Dia mengenal beberapa lelaki tapi belum seorang pun membuatnya merasa enggan berpisah. Tetapi entah mengapa ia merasa enggan berpisah dengan Jiu Long. Bukan cuma enggan berpisah. Lebih dari itu Jiu Long telah mendatangkan perasaan yang membingungkan. Ia dibuatnya lupa alam sekeliling. "Tidak salah orang bilang cinta itu nikmat. Aku tak perlu menyesal mencintai Fei Hung. Aku tahu, ia tergila-gila dan sangat mencintaiku. Bisa kulihat dan kurasakan."Bagi Jiu Long, Meishin ibarat rembulan di tengah gelapnya malam. Selama ini ia tak pernah dicintai dan mencintai perempuan. Ia pernah meniduri beberapa perempuan tetapi hanya sebatas kebutuhan jasmani. Inilah pertama kali ia kasmaran pada perempuan.Cinta memang aneh. Cinta bisa datang dengan tiba-tiba. Pada saat lain, cinta bisa berubah menjadi kebencian, juga secara mendadak. Kalau cinta sudah datang, mekar dan tumbuh subur maka manusia sulit mengendalikannya dan sulit menghentikannya.Segala sesuatu tak pernah tidak mengikuti hukum alam,
Gangxi cukup ramai. Kebanyakan pendatang adalah para pedagang yang singgah bermalam sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya. Siang hari itu di warung makan Lemu wee dipenuhi pengunjung. Semua bangku dan kursi sudah terisi. Bahkan sebagian orang rela berdiri menunggu giliran tempat kosong. Masakan Lemu wee memang terkenal enak dan murah.Jiu Long dan Meishin beruntung. Datang lebih pagi sehingga mendapat tempat di dekat jendela menghadap sungai. Warung itu tidak jauh dari sungai di mana banyak perahu ditambat. Sudah tiga hari mereka menyantap makanan seadanya, kini ada masakan lezat, tak heran mereka makan dengan lahap. Mendadak Jiu Long menunda makannya. Ia menatap lama ke sungai. Melihat lagak kekasihnya, Meishin ikut memandang ke arah sungai.Terlihat pemandangan ganjil. Seorang lelaki tinggi besar dengan tongkat panjang melompat-lompat dari satu perahu ke perahu lain. Ia memburu seorang gadis. Lucu. Setiap hampir kena hantaman tongkat, gadis itu melompat dengan pesat.Tongkat m
Tiba di hutan pinggir desa. Gadis kurus itu berhenti.Fang Chungui menyerbu langsung mengemplang dengan tongkat. Tidak mirip tongkat, karena ukurannya lebih besar dari tongkat biasa. Di ujungnya ada ukiran kepala ular, terbuat dari logam Gadis itu mengelak gesit sambil memaki, "Fang Chungui, hari ini ajalmu tiba, bersiaplah untuk mati""Kamu bangsat mulut lancang, siapa kamu sebenarnya? Apa urusanmu dengan aku? Katakan sebelum kuhancurkan kepalamu!""Kamu pendekar cabul. Sudah banyak anak gadis dan isteri orang yang kamu perkosa dan kamu hancurkan hidup mereka. Kamu juga ikut dalam rombongan yang menghancurkan Partai Naga Emas. Dosamu sudah bertumpuk, cuma bisa dicuci dalam neraka jahanam!""Ha... ha... ha... jadi kamu sisa-sisa orang Partai Naga Emas. Kebetulan aku memang sudah bersumpah membasmi semua orang Partai Naga Emas. Tetapi aku tak perlu cepat-cepat membunuhmu, aku memang lagi mencari gadis kurus untuk jadi selirku""Bangsat mulut busuk!" Keduanya langsung tarung.Fang Chung
Fang Chungui berseru, "Sebut namamu sebelum kepalamu pecah berantakan!" Tongkatnya mencakar dan mengemplang ke arah kepala dan pundak Jiu Long.Jiu Long tak menjawab. Ia memusatkan perhatian pada serangan lawan. Masuk ke dalam pertarungan tanpa persiapan, itu kesalahannya yang membuatnya terdesak hebat. Kini ia cuma bisa bertahan sambil menanti kesempatan memperbaiki posisi. Akhirnya kesempatan itu pun datang.Tongkat mengemplang dari atas ke bawah. Ia berlaku nekad. Ia menanti sampai tongkat hanya berjarak satu jengkal dari kepalanya. Meishin terkejut. Tanpa sadar ia menjerit. Tidak cuma menjerit, ia bergerak cepat menerobos pertarungan.Pada saat itu Jiu Long merasakan angin tongkat menerpa kepalanya mendatangkan rasa pedih. Tenaga dalam Fang Chungui ternyata kuat melebihi perkiraannya. Tindakan nekad itu dilakukan Jiu Long dengan perhitungan matang. Ia tahu melawan Fang Chungui yang ilmunya demikian tinggi, salah hitung sedikit saja, kepala bisa pecah. Jiu Lo
Serangan gabungan itu ternyata telah mengunci semua jalan keluar Fang Chungui. Tetapi Fang Chungui bukan pendekar sembarangan. Ia sudah malang melintang puluhan tahun di dunia kependekaran, sering menghadapi ancaman bahaya yang tak terbilang banyaknya. Ia mengemplang kepala Meishin, sambil memutar tubuh ia melayangkan sapuan tongkat ke gadis kurus dan tendangan berantai ke dada Jiu Long. Ia memusnahkan serangan dengan serangan.Dalam satu gebrakan ia sudah melayangkan serangan ketiga penjuru. Fang Chungui hebat. Tetapi Meishin tak kurang lihainya. Ia tak menarik serangan. Agaknya tongkat akan menghantam kepalanya, ternyata tidak. Meishin mengubah kedudukan jongkok menjadi merata tanah, ketika tongkat lewat di kepalanya. Ia melenting, memburu dan menghajar selangkangan lawan. Itu jurus Naga Terbang Menyusup.Fang Chungui terkesiap. "Celaka!" serunya. Memang ia celaka. Serangan Meishin membuatnya terkejut sehingga serangannya ke gadis kurus tertahan. Si gadis dengan juru
Meishin memotong penuturan Jiu Long. "Oh jadi kamu putranya kak Jiu Biao dan kak Zsu Tsu. Kamu yang ditolong kakakku Tian Shan dari istana duapuluh lima tahun lalu itu!""Tetapi kamu sendiri murid siapa, Meishin?"Meishin tertawa. Tak urung ia malu, wajahnya kemerahan. "Namaku bukan Meishin, namaku Jen Ting, adik perguruan ayahmu, jadi aku ini bibi gurumu." Tiba-tiba saja gadis itu terkejut. Ia mengucapkan kata "bibi" dengan nada biasa.Tetapi ketika mendengar ucapannya sendiri, ia terkejut. Ada sesuatu yang terbang dari sanubarinya. "Jika aku bibinya, berarti ia keponakan muridku, bagaimana mungkin bisa ada hubungan cinta di antara kita?"Berpikir demikian, tiba-tiba Jen Ting memutar tubuh dan berlari sambil mendekap wajahnya. Jiu Long terkejut. Karuan saja ia lantas mengejar. "Meishin, tunggu, tunggu dulu."Jen Ting berhenti. Ia menoleh dan memandang Jiu Long dengan wajah bersimbah air mata. "Jangan panggil aku Meishin, aku Jen Ting, aku bibimu,
Sambil melangkah masuk desa dia menggandeng lengan Jen Ting "Kenapa kamu keras kepala. Kita saudara seperguruan, Jen Ting, kamu kakak seperguruan, aku adik, cuma itu. Tak ada hubungan apa-apa, tak ada hubungan bibi guru dan keponakan murid. Mengapa kamu masih ngotot soal bibi dan keponakan." Jiu Long berhenti, memegang dua lengan Jen Ting, menatap mata gadis itu. "Apakah kamu tidak mencintaiku lagi? Coba, katakan kamu tidak mencintaiku lagi."Jen Ting menggeleng kepala. "Aku mencintaimu, Jiu Long." Ia terisak, menangis lagi. "Mengapa kau bukan Fei Hung, benar-benar Fei Hung yang sudah meniduri aku, Fei Hung yang mencintaiku dari malam sampai pagi di atas perahu. Mengapa tiba-tiba kamu beralih menjadi Jiu Long putra kak Jiu Biao dan kak Zsu Tsu?"Jiu Long memeluk kekasihnya. "Supaya aku lebih mencintaimu, menjaga dan melindungimu sampai hari tua."Dua sejoli itu bermalam di desa. Pembicaraan masih berkisar pada keraguan Jen Ting akan hubungan bibi guru dan kepona
"Itu tidak adil! Tidak bisa! Kau bukan bibi guruku, Jen Ting, kau adalah Meishin kekasihku!" Jiu Long berteriak sambil berlari. Ia berlari terus, berlari dan berlari. Ketika senja berubah menjadi malam. Ketika hutan menjadi pekat ditelan gelapnya malam, dia berhenti di tengah hutan. Ia tidak tahu berada di mana. Tetapi Jiu Long tak peduli. Karena sebenarnya dia hanya ingin lari menjauh dari persoalan yang begitu menggoncang hatinya. "Mengapa kita harus berpisah, Meishin?" Malamnya dia tidur di atas pohon. Dia berpikir dan merenung. Terjadi pertentangan dalam dirinya. Di satu sisi dia mengakui Jen Ting adalah bibi guru, di sisi lain dia menolak keras. "Memang Jen Ting adalah adik perguruan ayah dan ibuku. Jen Ting juga adik dari guruku Tian Shan. Dari dua alasan ini, benarlah Jen Ting adalah bibi guru. Tetapi setahuku tak ada aturan yang melarang perkawinan antara keponakan murid dengan bibi guru. Hanya memang aneh dan janggal apalagi jika usia bibi guru lebih
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d