Mereka tak pernah berpikir, bahwa dalam keadaan Yun Ching unggul, hanya dalam sekejap mata keadaan bisa berubah. Dari menang, bisa kalah bahkan Yun Ching kena hantam begitu telak. Teman-teman Yun Ching lainnya, ikut bereaksi macam-macam. Ma Teng tidak bergerak, dia memegang erat tangan Panglima Yu Ku, ketua Sinelir. "Jangan! Kita bersabar dulu, lihat situasi."
Tidak demikian dengan semua rekannya, tujuh pendekar langsung meluruk menyerang Jiu Long bersamaan dengan empat murid Naga Hitam. Jumlahnya sebelas orang. Pendekar Jiaozhi bersama dua adiknya menyerang dengan senjata cambuk berujung logam tajam. Si Belut Putih dengan tangan kosong. Nenek kembar Shuwan dan Xia He, dengan ilmu tampar dan jurus pedang bersatu-padu. Bayangan Hantu, bersenjata pedang.
Mereka merencanakan sejak awal. Tujuh pendekar bersama Ma Teng dan berserta empat murid Naga Hitam bertugas menyerang Jiu Long. Jika pendukung Jiu Long membantu, akan diladeni oleh Quon dan To Mu serta Sinelir dan pungga
Terdengar suara desah Jiu Long, pelan tetapi jelas di telinga semua orang. "Terimakasih, tetapi biar aku sendiri menyelesaikan urusan ini, mereka pantas mati karena punya niatan buruk terhadap Partai Naga Emas." Mayleen, Tian Shan, Diaochan kembali ke tempat berdiri. Permintaan Jiu Long menjelaskan bahwa dia sendiri sanggup mengatasi keroyokan lawan. Saat itu Jiu Long sedang berada di puncak pagelaran ilmu, pikiran dan tubuh menyatu secara utuh. Tidak semua serangan datang bersamaan. Tiga murid Naga Hitam Chyou, Haocun dan Aiguo paling depan, serangan kilat menggunakan jurus Naga Hitam Kelam tingkat empat. Jiu Long sedang merasakan kemerdekaan tubuh dan pikiran. Matanya tajam bagai mata elang, menangkap semua gerak lawan. Sulit dipercaya, Jiu Long mengelak dan menangkis sambil menyerang balik. Apabila tadi ia bergerak lamban tetapi justru lebih cepat dari gerak lawan, kini gerakannya sangat cepat. Bersikap seperti awan yang mengikuti angin, kemudian menyeran
Sekonyong-konyong Jiu Long mendengar suara lirih memanggil namanya. Suara itu seperti dikenalnya. Dia menoleh ke arah suara. Seorang perempuan cantik memandang kepadanya. Sepasang mata itu tidak berkedip. Jiu Long mengenali. "Gwangsin"Jiu Long melihat seorang lelaki jangkung usia limapuluhan berdiri di sisi Gwangsin, menggenggam tangan si gadis. Gwangsin menoleh berkata kepada lelaki itu, "Aku hanya mau mengucap kata perpisahan. Biarkan aku, kamu tahu aku tidak akan melarikan diri."Jiu Long mendengar apa yang dikatakan Gwangsin. Kenapa? Apa yang terjadi? Mengapa sikap Gwangsin begitu tawar padanya? Ia menatap lekat lelaki itu tetapi belum pernah mengenalnya. Lelaki itu tampan, berdandan mewah. Dari bentuk dan warna pakaiannya, orang itu pasti dari istana Kaisar Giok Timur. Lelaki itu melepas genggaman membiarkan Gwangsin maju beberapa langkah. Gwangsin berhenti dalam jarak beberapa tongkat dari Jiu Long."Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Aneh, limabelas bul
"Aku berduka mendengar kematian Kakak Jen Ting. Tetapi nasibku juga tidak beruntung. Nenek Dewi Obat dalam tawanan mereka. Aku tak bisa lari, aku harus bersedia menjadi isterinya dan dia akan membebaskan Dewi Obat." Dia berkata lirih yang hanya bisa didengar suaminya.Jiu Long terkejut. "Siapa orang itu? Siapa mereka?""Dia Senpai Wu, dia mahamenteri orang kepercayaan Kaisar Giok Timur, ia paling berkuasa, melawan dia sama dengan melawan seantero Dinasti Giok Timur.""Aku tak akan melepas kau pergi, aku mencintaimu Gwangsin, apa pun yang terjadi aku akan menghadapi bahkan seluruh Dinasti Giok Timur sekali pun."Dia memandang mesra kekasihnya. "Aku mencintaimu Jiu Long, tetapi nasibku memang buruk Aku harus pergi, sampai jumpa." Dia membalik tubuh. Pada saat itulah dia melihat seorang nenek tua sedang melangkah terseok-seok dengan memanggul tongkat sapu lidi. Langkah nenek itu menuju rombongan punggawa Dinasti Giok Timur. Siapa lagi kalau bukan nenek dan g
Saat berikut Gwangsin berbalik. Ia melangkah ke Senpai Wu. Neneknya sudah sangat dekat dengan rombongan Dinasti Giok Timur. Melihat nenek tua renta yang jalannya saja sudah terseok- seok, tak seorang pun curiga sehingga membiarkan si nenek mendekati rombongan. Mendadak Nenek Sapu Lidi bergerak cepat. Ia menyerang dengan sapu lidi. Gwangsin ikut menerjang. Pada saat bersamaan Jiu Long sudah melayang.Senpai Wu dan rombongan tak menyangka. Gebrakan nenek tua itu dahsyat, beberapa punggawa terdorong mundur. Senpai Wu yang ternyata seorang sakti berusaha mencegah, namun Jiu Long sudah sampai di dekatnya. Jiu Long marah, mengibas dua tangan bagai menyibak air di kolam. Kesiuran angin dingin menerpa Senpai Wu dan orang di sekitarnya. Pada saat yang sama Gwangsin menerobos ke dalam rombongan. Ia bersama neneknya bertarung keras, banyak korban berjatuhan.Keributan yang terjadi memancing orang lain. Mayleen mengajak dua pembantunya membantu Jiu Long. Meski tidak mengenal
Para punggawa Dinasti Giok Timur terkesima. Apa yang dikatakan Senpai Wu adalah perintah atas nama Raja Dinasti Giok Timur. Tidak seorang pun berani membangkang. Kepala Patlikur Sinelir Panglima Yu Ku telah mengumumkan perintah Senpai Wu.Semua punggawa mengambil posisi istirahat, begitu juga para punggawa Dinasti Giok Barat dan murid Partai Naga Emas. Kejadian ini di luar perhitungan Ma Teng. Semua berantakan, Yun Ching dan para pendekar sewaan mati di tangan Jiu Long. Bahkan sekarang ini Senpai Wu dan punggawa Sinelir lepas tangan, tak mau terlibat. Dia harus menghadapi Jiu Long satu lawan satu.Bagaimanapun juga Ma Teng seorang pendekar yang punya karakter dan ilmu mumpuni. Dalam situasi sulit dan terdesak, dia meyakinkan diri sendiri akan melawan Jiu Long sampai titik darah penghabisan. Seorang pendekar, kalaupun harus mati, dia mati bersama kehormatan dan harga diri. "Sehebat apa pun ilmu Jiu Long, ia toh belum merasakan hebatnya pukulan Halilintar Hitam, jurus pe
Jiu Long menatap Ma Teng yang sangat percaya diri. Matanya tajam, dalam dan dingin. "Orang ini kejam dan licik. Aku tak boleh meremehkan orang ini. Dia pernah menyerangku dengan pisau terbang, senjata itu sangat ampuh, aku harus waspada." Berpikir demikian, Jiu Long mengembangkan dua tangannya, mengangkat sama kakinya dalam sikap menanti. "Hutang nyawa bayar nyawa, beberapa waktu lalu kamu menghalangi aku menolong isteriku. Kamu sepuluh orang mengeroyok aku dan isteriku, padahal kita tak pernah bermusuhan bahkan kita tak pernah bertemu sebelumnya.""Jiu Long, tuan tak perlu bicara ngalor ngidul, mencari simpati orang. Waktu itu kita belum tarung tuntas, sekarang keadaan sangat berbeda, ini tarung mati atau hidup. Terimalah tamparan dari neraka." Belum habis ucapannya, Ma Teng sudah menerjang dengan tamparan berantai.Dua tangannya bagaikan saling mendahului. Angin panas terasa oleh sebagian orang dalam radius beberapa tongkat. Itu jurus Halilintar Hitam.Jiu Lon
Jiu Long meladeni gempuran Halilintar Hitam lawan dengan lamban. Bergerak dan melayang seperti awan yang digiring angin, semua berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada ketergesaan. Jiu Long melihat pertahanan Ma Teng sangat rapat. Ternyata Ampai tangguh melebihi Yun Ching. Ada bedanya, jika Yun Ching sangat bernafsu dan kelewat percaya diri dengan Naga Hitam Kelam.Ma Teng lebih hati-hati karena mengetahui ilmu Jiu Long sangat tinggi "Dia sudah bertarung menghadapi banyak lawan, sudah melewati seratus jurus lebih, tenaganya pasti terkuras. Aku hanya menunggu dia letih, saat itulah aku meyerang dengan pisau terbang," katanya dalam hati. Berpikir demikian, Ma Teng bertarung waspada, sabar dan tidak bergegas. Dia lebih banyak bertahan dan mengulur-ulur waktu. Jurus pedang Tujuh bulan dan tamparan Halilintar Hitam tidak mudah ditembus Jiu Long.Manusia punya keterbatasan, tenaga manusia terbatas. Jiu Long bukan manusia Dewa. Letih mulai mengganggu geraknya. Sejak
Hwang Mi Hee dengan wajah bingung memandang Jiu Long. Mata lelaki itu tertutup, tetapi nafasnya seperti biasa. Hwang Mi Hee mengulur tangan, hendak mencabut pisau di pundak ketuanya. Tetapi dicegah Gwangsin.Mayleen juga mencegah, berseru, "Jangan, jangan kamu cabut pisaunya!"Hwang Mi Hee yang sejak bertemu sudah cemburu dan kesal terhadap Mayleen, tak mau peduli. Ia meneruskan maksudnya. Tetapi Gwangsin dan Tian Shan yang entah kapan bergerak, sudah berada di dekat Jiu Long, menghalangi maksud gadis itu. "Jangan dicabut, pisau itu beracun, jika dicabut racun akan lebih cepat menjalar."Mayleen mendekat, namun dihalangi Hwang Mi Hee dan Gan Nung."Ketuamu kena racun ganas, aku mau memberi obat pemunah, kalian minggir," kata Mayleen.Hwang Mi Hee berkata ketus, "Obat? Obat apa? Pasti racun!"Gadis India itu tidak marah. "Terserah kamu, tetapi buat apa aku meracuni dia, aku ingin menolong karena dia masih punya hutang padaku, supaya dia