Tahapan akhir, menggunakan tenaga batin menerapkan daya magis dan sihir ke dalam setiap jurus Naga Hitam Kelam. Pada tahapan ini seseorang bisa berhasil menguasai ilmu ini dengan sempurna, tetapi jika gagal maka dia bisa gila bahkan bisa kehilangan nyawa, karena tenaga inti yang sudah dikuasainya pada enam tingkatan sebelumnya akan berbalik menghantam diri sendiri.
Yun Ching tahu persis bahaya ini, tetapi dia telah memutuskan menempuh jalan nekad. Dia yakin jika telah menguasai tingkat tujuh, bukan hanya Jiu Long yang bisa dihadapinya, dia bahkan tak akan menemukan tandingan di rimba persilatan. Dan untuk mimpi besar seperti itu layak jika ia mempertaruhkan nyawa.
Begitu yang pernah dituturkan ayahnya ketika menurunkan ilmu ini secara lisan saat dia masih berusia sepuluh tahun.
Selama satu tahun dia harus menghafal Naga Hitam Kelam. Ayahnya, ketua partai Naga Hitam, juga pewaris tunggal ilmu Naga Hitam Kelam. Ilmu ini memang hanya ditu
Tujuan hidup Yun Ching, hanya balas dendam. Dia telah bersumpah akan menumpas habis Partai Naga Emas sampai lenyap dari muka bumi. Tak boleh ada yang tersisa. Kematian ayahnya, ibunya, kakak-kakaknya harus dibalas. Matinya Sun Zuolin dan Wei Hu serta sebagian besar murid utamanya, belum cukup. Partai Naga Emas masih berdiri bahkan sekarang ini makin megah dan kuat. Ratusan murid berlatih silat di perguruan itu. Sekarang ini Partai Naga Emas bersama Wuwei disebut sebagai dua perguruan besar di Dataran tengah.Dendamnya bahkan lebih besar ketimbang cinta dan nafsunya terhadap Jen Ting, perempuan yang bertahun-tahun dicintainya. Dia begitu mencintai Jen Ting, tetapi ketika perempuan itu memutuskan menjadi isteri Jiu Long, perasaan cintanya berubah menjadi kebencian.Dendam semakin membara. Sebagian dendam terlampiaskan ketika dia menikmati saat-saat membunuh Jen Ting sekaligus melukai batin Jiu Long. Tetapi itu belum cukup, dia berjanji akan membunuh lebih banyak lagi mur
"Sambil menanti orang-orang itu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Yun Ching.Yuwen menyingsingkan lengan baju. Ia melonjorkan lengannya yang putih mulus. Tanpa menyentuh apa pun, sepotong paha ayam yang berada di ujung meja tersedot ke tangannya "Aku akan memulai perang dengan Partai Naga Emas, membunuh setiap murid Partai Naga Emas yang kujumpai di tengah jalan, mengirim mayatnya ke sana. Selain itu aku akan mengutus muridku menyelidiki keberadaan Jiu Long, sampai hari ini aku tak mendengar sesuatu pun tentang pendekar itu, ia seperi lenyap ditelan bumi."Ma Teng memberi hormat kepada Yuwen. "Nyonya Jia Li, jika engkau sudah memulai perang, maka aku akan sangat berterima kasih. Sementara ini aku dan adik Yun Ching akan tetap di istana, menanti kedatangan para tamu. Jangan lupa, setiap waktu kau bisa datang ke rumahku ini."Usai jamuan makan, Yuwen bersama tiga muridnya diantar ke kamar masing-masing. Yun Ching berkata kepada Ma Teng. "Kakak Ampai, aku minta
Istana Kaisar Giok Barat sedang berpesta. Yuan Shu hatinya sedang berbunga-bunga. Karena tujuh hari lalu dia baru saja dikaruniai seorang bayi lelaki Seorang putra mahkota.Sudah tujuh hari tujuh malam Yuan Shu menggelar pesta rakyat dan membagi-bagi hadiah kepada seluruh rakyatnya. Hampir separuh dari seluruh beras yang bertumpuk di gudang istana, dibagikan kepada rakyat. Dan orang yang dipercaya untuk melaksanakan amanah itu adalah Shu han, iparnya yang setia.Di dalam istana, di keputren kamar permaisuri, Im ji hye sedang dilayani beberapa pelayan. Minum jamu, pijat khusus, sampai pesolekan mempercantik diri dikerjakan dayang-dayang yang semuanya masih muda-muda dan cantik. Tiga dayang yang menjadi pimpinan berusia sekitar empatpuluhan.Bagi dayang-dayang itu menjadi abdi dalem yang khusus melayani permaisuri adalah kebanggaan dan kehormatan. Apalagi junjungan mereka, sang permaisuri, telah melahirkan seorang putra mahkota. Semua dayang-dayang itu mendapat ha
Santapan malam sudah siap di meja besar. Sang Raja duduk berdua permaisuri. Tampak sekali pasangan nomor satu istana Kaisar Giok Barat berada di puncak kebahagiaan. Tetapi dalam rasa bahagianya, Yuan Shu tampak sedikit kesal. Im ji hye mengetahui ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya. Sudah lima tahun dia mengenal watak dan sikap Yuan Shu meski baru satu tahun ini menjadi isterinya.Sejak petualangan mereka ketika dikejar-kejar orang bayaran sampai saat-saat menjadi Yang Dipertuan Agung di istana Kaisar Giok Barat ia selalu mendampingi kekasihnya itu. "Ada apa Kak, kamu kelihatan kesal, pasti ada urusan besar."Memang selama ini Im ji hye jika hanya berduaan dengan suaminya tak pernah menggunakan bahasa istana. Mereka lebih suka berbahasa kasar sebagaimana di dunia kependekaran. "Gila benar, Ma Teng orang kepercayaan semakin gila. Dia kini mengundang banyak tokoh silat kelas utama ke istana Kaisar Giok Timur, sepertinya dia menyusun kekuatan. T
Keduanya membawa tusuk konde permaisuri. Jika benda itu diperlihatkan kepada Jiu Long, pasti dia akan mengabulkan permintaan permaisuri. Untuk menemui ketua perguruan Wuwei, juga diutus masing-masing dua anggota pasukan istana Kaisar Giok Barat. Diharapkan dalam waktu satu bulan sudah ada kabar kepastiannya.* * *Perahu layar itu merapat di pelabuhan Jedung, di muara sungai kuning. Ukurannya yang besar tampak mencolok dibanding semua perahu layar yang berlabuh di pelabuhan. Kapal itu datang dari Himalaya, singgah di Pucet dan Malaka. Pelayaran ditempuh ligapuluh hari lebih sejak dari Himalaya. Semua penumpang adalah pedagang asing, dari Himalaya, India, dan Gujarat.Pelabuhan tampak ramai. Kuli-kuli memanggul barang dagangan memindahkan ke perahu-perahu kecil. Sebagian pedagang memilih jalan sungai kuning untuk mencapai desa tujuan. Sebagian lain menggunakan kereta kuda, tergantung letak desa yang dituju.Seorang lelaki berewok bertubuh tam
Wanita berbaju hitam mengangkat tangannya memberi tanda menghentikan kawannya. Dia tertawa sinis. "Tak perlu heran, setahun kami belajar bahasa negeri ini. Aku belum mau membunuh. Aku akan melepas kalian, tetapi kalian harus keluar dari warung ini dengan jalan merangkak."Kelima lelaki itu berdiri dan masih seperti orang bingung. Terdengar bentakan wanita baju hitam. "Cepat atau...”Lima lelaki itu cepat menjatuhkan diri, merangkak keluar warung.Seorang dari rombongan Himalaya, berdiri dan memberi hormat. "Pertunjukan ilmu yang hebat, nona-nona juga tak perlu heran, kami juga belajar bahasa negeri ini. Rupanya kita sama-sama mempersiapkan diri dengan baik. Kalau boleh tanya apa tujuan nona datang ke dataran tengah ini?"Wanita baju hitam masih tetap duduk, membalas hormat, "Sejak kami naik dari pelabuhan Malaka, aku sudah tahu bahwa kalian adalah pendekar kelas utama dari Dataran Tengah. Kami datang dan India, memang ada tujuan, tetapi tidak sopan
Pendekar Himalaya, sengaja memperlihatkan tenaga dalam yang tinggi. Tetapi gadis India juga memperagakan kekuatan tenaga dalam yang mumpuni. Nona baju hitam tidak bereaksi. Tidak marah. Dia menggamit dua anak buahnya. "Di sini tidak nyaman lagi, banyak orang iseng, ayo kita pergi."Rombongan dari Dataran Tengah itu tidak menyangka tiga gadis India itu mau mengalah dan pergi begitu saja. Mereka diam, memandang kepergian tiga gadis. Mendadak terdengar suara gemeretak, ternyata meja dan kursi yang tadi diduduki tiga gadis India itu patah berantakan. Itu pertunjukan tenaga dalam hebat. Meja kursi sudah dirusak tetapi masih berdiri tegar. Selang beberapa saat baru rubuh berantakan. Di ambang pintu, nona baju hitam berkata kepada lima pedagang lokal tadi. "Kalian bayar ganti rugi meja kursi itu, jika masih sayang nyawamu." Lima pedagang itu hanya bisa manggut.---ooo00ooo---Hwang Mi Hee mengerti mengapa Jiu Long menyuruhnya mengintai gerak
Di pintu gerbang tampak dua tamu perempuan sedang berdebat dengan murid penjaga. Melihat dua murid wanita datang, dua tamu itu memberi hormat. "Kami datang dari jauh, aku Triasing dan dia ini adikku Mei Li Tsu. Kami mau jumpa Kak Jiu Long.""Maaf, apa perlunya menemui ketua kami?"Triasing memandang adiknya. Mei Li Tsu menjawab dengan nada kesal. "Tadi sudah kami beritahu kepada penjaga ini bahwa tujuan kami ini rahasia dan hanya bisa kami ceritakan pada Kak Jiu Long."Lien-hua dan Hwang Mi Hee memerhatikan dua wanita pendatang itu. Triasing berusia sekitar empat puluhan, langkah dan geraknya sigap. Wajahnya tampak kaku dan dingin. Mei Li Tsu, berusia duapuluhan, cantik jelita, suka senyum mempertontonkan giginya yang putih dan mulutnya yang menarik. Ada kesan Genit.Lien-hua tertegun, menduga-duga apakah tetamu ini kenalan dekat ketua. Dia khawatir berlaku kasar yang nantinya malah ditegur sang ketua. Lain halnya Hwang Mi Hee yang mendongkol melihat laga