Melihat rekannya kesakitan, Malini maju mendampingi Kumarawet Keduanya berbincang lirih. Lalu Malini berseru, "Jiu Long kamu menggunakan ilmu siluman, karena itu kami akan maju berdua, apakah kamu takut? Jika takut kamu cepat mundur menyerah dan mengaku di mana Sun Jian bersembunyi"
Gwangsin berteriak dari pinggiran, "Hei, wanita goblok, tak punya malu, sudah keok masih tak tahu malu, sekarang mau main curang dua mengeroyok satu"
"Kamu mau bela kekasihmu, maju saja sekalian biar kucabik-cabik wajahmu yang burik." Malini seperti kelepasan omong. Ia heran tanpa sadar ia berseru, "Hei kamu sudah tidak burik lagi, waktu di Wuwei aku tidak begitu perhatikan. Kamu cantik, pantas saja Jiu Long tergila-gila padamu!"
Jiu Long tertawa "Kamu ini tak tahu diri, kenapa masih mau tarung lawan kakek guruku, menghadapi aku cucu muridnya saja, kalian tak ungkulan apalagi melawan Sepuh Sun Jian. Kalian mau maju berdua, ya maju saja, dari dulu aku sudah tahu persis kalian ini tak
Pertarungan jadi lain. Tadi seorang diri Malini menghajar Jiu Long sampai babak belur. Kemudian setelah memperoleh pencerahan dan menemukan Inti Naga Emas Pamungkas Jiu Long menghajar balik Malini. Kini berdua, Kumarawet dan Malini bahkan tampak terdesak. Jiu Long memainkan Naga Emas dan Big Bang dengan leluasa. Duapuluh jurus berlalu, dua pendekar asing itu terdesak, bernapas pun sulit! Dalam keadaan bingung dan frustasi, Kumarawet dan Malini berlaku nekad Adu jiwa!Mereka menggelar jurus yang paling diandalkan perguruan mereka Atehai Zaminpar Kabhiyeh Chand Sitare (Kadang bulan dan bintang pun turun ke bumi), jurus yang bisa digunakan dua atau tiga orang secara bersatu padu. Dua pasang tangan saling bantu, mencakar dan memukul dengan seluruh kekuatan yang ada.Jiu Long melihat datangnya serangan, bukannya mengelak malah maju menerjang. Dua tangan melakukan gerak memutar kemudian mendorong. Ia menggabung dua jurus Naga Emas Pamungkas yaitu
Kumarawet dan Malini menyaksikan sepak terjang kakek berjubah putih itu, merasakan angin Lesus bawaan si kakek serta syair yang dinyanyikan dengan tenaga dahsyat serta mengandung wibawa kekuasaan. Dalam hati mereka mengakui takkan mungkin bisa menandingi ilmu tokoh sakti itu. Keduanya duduk bersila di tanah, mengerahkan tenaga mengobati luka dalamnya. Sia-sia. Tenaga mereka belum bisa digunakan. Perlu waktu satu bulan untuk memulihkan tenaga.Jiu Long menghampiri dua musuhnya itu. "Aku tahu rahasiamu. Kalian adalah si syair Maut itu. Kalian membunuh banyak orang. Sekarang kalian luka dan mungkin satu bulan lagi baru bisa sembuh. Kalau aku buka rahasiamu sekarang ini, banyak orang akan mengejar kalian, membalas dendam kematian keluarganya, kalian akan dikejar ratusan orang."Kumarawet dan Malini memandang ketakutan. Butir keringat dingin muncul di wajahnya. Selama ini dengan ilmu yang begitu tinggi, mereka tidak pernah membayangkan akan dikalahkan seseorang apalagi samp
Hari itu setelah makan dan istirahat, Jiu Long bertiga Gwangsin dan Jen Ting pamitan kepada semua orang. Tian Shan memeluk murid dan putra sahabatnya itu. "Ilmumu sekarang sudah maju pesat, kamu sudah menjadi pendekar kelas utama, hati-hati dan waspada, jangan terbuai sanjungan dan nafsu kekuasaan. Jiu Long jika kamu butuh sesuatu, kamu cari aku di Pegunungan Salju Meili, sementara aku menetap di sana." Tian Shan berkata sambil melirik Mei Hwa yang berdiri di sampingnya.Keintiman Tian Shan dengan Mei Hwa tak luput dari mata Jiu Long. Ia berbisik, "Guru, apakah kamu dengan Mei Hwa, sudah berkawan akrab ?"Mei Hwa tersenyum agak malu-malu. "Kami sudah kawin, beberapa hari lalu."Karuan saja Jiu Long, Jen Ting dan Gwangsin memberi hormat dan ucapan selamat. Jen Ting bahkan memeluk Mei Hwa. "Syukur, akhirnya kamu bisa mencairkan hati pamanku itu."Mei Hwa menarik Jen Ting menjauh. "Dia sudah cerita semuanya padaku, tentang perasaan cintanya pada ibunya Jiu L
"Tetapi bagaimana dengan kedudukanmu sebagai utusan para pendekar Himalaya dalam tarung mendatang?""Aku kan hanya sebagai utusan, sebagai juru bahasa, jadi tidak ada pengaruh apa-apa""Setelah pertarungan, apa kamu pulang ke negerimu?""Aku sudah memutuskan tetap tinggal di negeri ini sejak aku menjadi isteri pamanmu. Di negeri Himalaya ada pepatah yang khusus bagi kaum wanita, jika kamu kawin dengan penjahat, maka kamu juga menjadi penjahat. Itu ungkapan yang artinya, perempuan Himalaya itu akan setia mengikuti ke mana suaminya pergi." Mei Hwa menoleh ke arah Gwangsin yang mendampingi Jiu Long. "Jen Ting, apakah Gwangsin sudah jadi isteri Jiu Long?"Jen Ting tersenyum. Ia berbisik ke telinga Mei Hwa "Untung ada Gwangsin, jadi kami berdua bisa bergantian melayani Jiu Long."Mei Hwa memandang Jen Ting, kemudian tertawa geli. Ia sepertinya mengerti apa maksud ucapan Jen Ting. Dua perempuan itu semakin akrab satu sama lain. Keduanya berpelukan ketika
Beberapa hari kemudian mereka sampai di Partai Naga Emas. Semua murid menyambut dengan suka cita. Rupanya kabar kemenangan Jiu Long lebih cepat datang. Jiu Long kembali sibuk sebagai seorang ketua. Kepada Yu Jin dan Liu Xing, Jiu Long hanya bercerita singkat tentang pertarungannya. Dua sepuh perguruan itu heran. Keduanya melihat perubahan Jiu Long yang bingung, seperti seseorang yang sedang dilanda persoalan yang membutuhkan pemikiran keras.Ia tetap bergaul erat dan akrab dengan anak muridnya. Namun, ia masih mengerjakan kebiasaan yang baru, duduk menyendiri dan melamun. Yu Jin, Liu Xing, Gwangsin dan Jen Ting tak bisa mencegah kebiasaan ini. Karena begitu kebiasaannya disebut-sebut, Jiu Long langsung berdiam diri seperti anak kecil yang merajuk.Makin hari kebiasaan Jiu Long semakin mencolok. Waktunya kini lebih sering dihabiskan sendirian, duduk melamun atau berlatih silat sendirian. Ia tak lagi mengurus dirinya, agak mirip orang tak waras. Anehnya, ia berlatih sila
Xang Xi Tao memikirkan ramuan yang bisa menyembuhkan orang yang mengalami tekanan pikiran berlebihan. "Aku bisa membuat ramuan itu, tetapi kita harus temukan cara untuk meminumkannya pada Jiu Long. Sampai saat ini, ia tak bisa didekati siapa pun."Dewi Obat berkata lirih, "Aku pikir lebih baik sekarang ini kamu bikin ramuan obat itu, sementara kita semua memikirkan cara meminumkannya."Xang Xi Tao membuka bungkusan pakaiannya. Di dalamnya banyak tabung bambu yang berisi ramuan obat. Sementara ia meracik dan mencampur ramuan, Dewi Obat bersama Gwangsin, Jen Ting, Yu Jin, Liu Xing berpikir keras. "Banyak pendekar ahli mengalami hal yang sama dengan Jiu Long, pemahaman ilmu yang melebihi kesanggupan pikiran, membuat seseorang bisa gila bahkan tewas," kata Yu Jin. "Sebenarnya ilmu apa yang sedang ia pikirkan?"Jen Ting dan Gwangsin mengulang sekali lagi kejadian di hutan, ketika Jiu Long berteriak memanggil Sepuh Sun Jian. Mendadak Dewi Obat memanggil Jen Ting
Sebenarnya ia telah menembus pencerahan tetapi ada sesuatu yang seperti titik bayangan kabur di depannya. Ia tahu bahwa ia harus sampai ke titik tersebut. "Aku berterima kasih kepada kalian semua, guru Xang Xi Tao dan Dewi Obat serta dua isteriku dan guru Yu Jin serta paman Liu Xing, tanpa kalian mungkin aku sudah tewas atau gila.Tetapi aku harus terus mencari pengertian itu. Kalian jangan khawatir."Jiu Long seharusnya merasakan Sengsara dalam pengalaman hidupnya baru ia bisa menguasai sempurna. Sengsara delapan rasa itu seperti bisikan Sepuh, Glana (Sedih), Harsa (Gembira), Syura (Berani), Prabhawa (Kekuasaan), Raga (Nafsu birahi), Kamuka (Jatuh cinta), Haju (Keselamatan), Kapejah (Kematian).Menyelusuri delapan rasa itu ternyata bukan hal yang mudah. Jiu Long melakukan kesalahan besar karena terlampau memaksakan diri. Seharusnya delapan rasa itu ditelusuri sambil ia menyelami asam garam kehidupan dunia. Ia nyaris tewas karena tenaga itu berbalik menghantam otak dan
Namun, ketika sampai malam hari belum juga Jiu Long berhenti, orang mulai khawatir. Semalaman penuh, Jiu Long belum juga menghentikan latihannya. Bahkan berlanjut sampai pagi harinya.Semua orang terutama Jen Ting dan Gwangsin tidak tidur semalaman, menemani Jiu Long. Mereka khawatir melihat keadaan Jiu Long. Anehnya silat yang dimainkan Jiu Long mirip jurus Partai Naga Emas tetapi banyak perubahan yang aneh. Tetapi Jiu Long memainkannya dengan hebat.Jiu Long tidak mengutamakan kehebatan jurus atau ilmu tenaga dalam. Ia bersilat sesuai perasaan hati. Ada kalanya ia menggeram marah dan bersilat cepat serta beringas. Terkadang ia bersilat lambat dan tampak seperti orang berduka. Saat berikutnya seperti sikap seorang raja yang memiliki pengaruh.Delapan rasa dan satu aksi yang ia mainkan itu merupakan inti permainan silatnya, inti dari Jurus Penakluk Langit yang kesohor. Tentu saja tidak dimengerti oleh sebagian besar murid Partai Naga Emas. Yu Jin dan Liu Xing me