Home / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 201 | Cinta Mei Hwa

Share

JILID 201 | Cinta Mei Hwa

Author: KSATRIA PENGEMBARA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari itu setelah makan dan istirahat, Jiu Long bertiga Gwangsin dan Jen Ting pamitan kepada semua orang. Tian Shan memeluk murid dan putra sahabatnya itu. "Ilmumu sekarang sudah maju pesat, kamu sudah menjadi pendekar kelas utama, hati-hati dan waspada, jangan terbuai sanjungan dan nafsu kekuasaan. Jiu Long jika kamu butuh sesuatu, kamu cari aku di Pegunungan Salju Meili, sementara aku menetap di sana." Tian Shan berkata sambil melirik Mei Hwa yang berdiri di sampingnya.

Keintiman Tian Shan dengan Mei Hwa tak luput dari mata Jiu Long. Ia berbisik, "Guru, apakah kamu dengan Mei Hwa, sudah berkawan akrab ?"

Mei Hwa tersenyum agak malu-malu. "Kami sudah kawin, beberapa hari lalu."

Karuan saja Jiu Long, Jen Ting dan Gwangsin memberi hormat dan ucapan selamat. Jen Ting bahkan memeluk Mei Hwa. "Syukur, akhirnya kamu bisa mencairkan hati pamanku itu."

Mei Hwa menarik Jen Ting menjauh. "Dia sudah cerita semuanya padaku, tentang perasaan cintanya pada ibunya Jiu L

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 202 | Waktu untuk berfikir

    "Tetapi bagaimana dengan kedudukanmu sebagai utusan para pendekar Himalaya dalam tarung mendatang?""Aku kan hanya sebagai utusan, sebagai juru bahasa, jadi tidak ada pengaruh apa-apa""Setelah pertarungan, apa kamu pulang ke negerimu?""Aku sudah memutuskan tetap tinggal di negeri ini sejak aku menjadi isteri pamanmu. Di negeri Himalaya ada pepatah yang khusus bagi kaum wanita, jika kamu kawin dengan penjahat, maka kamu juga menjadi penjahat. Itu ungkapan yang artinya, perempuan Himalaya itu akan setia mengikuti ke mana suaminya pergi." Mei Hwa menoleh ke arah Gwangsin yang mendampingi Jiu Long. "Jen Ting, apakah Gwangsin sudah jadi isteri Jiu Long?"Jen Ting tersenyum. Ia berbisik ke telinga Mei Hwa "Untung ada Gwangsin, jadi kami berdua bisa bergantian melayani Jiu Long."Mei Hwa memandang Jen Ting, kemudian tertawa geli. Ia sepertinya mengerti apa maksud ucapan Jen Ting. Dua perempuan itu semakin akrab satu sama lain. Keduanya berpelukan ketika

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 203 | Duduk Menyendiri Dan Melamun

    Beberapa hari kemudian mereka sampai di Partai Naga Emas. Semua murid menyambut dengan suka cita. Rupanya kabar kemenangan Jiu Long lebih cepat datang. Jiu Long kembali sibuk sebagai seorang ketua. Kepada Yu Jin dan Liu Xing, Jiu Long hanya bercerita singkat tentang pertarungannya. Dua sepuh perguruan itu heran. Keduanya melihat perubahan Jiu Long yang bingung, seperti seseorang yang sedang dilanda persoalan yang membutuhkan pemikiran keras.Ia tetap bergaul erat dan akrab dengan anak muridnya. Namun, ia masih mengerjakan kebiasaan yang baru, duduk menyendiri dan melamun. Yu Jin, Liu Xing, Gwangsin dan Jen Ting tak bisa mencegah kebiasaan ini. Karena begitu kebiasaannya disebut-sebut, Jiu Long langsung berdiam diri seperti anak kecil yang merajuk.Makin hari kebiasaan Jiu Long semakin mencolok. Waktunya kini lebih sering dihabiskan sendirian, duduk melamun atau berlatih silat sendirian. Ia tak lagi mengurus dirinya, agak mirip orang tak waras. Anehnya, ia berlatih sila

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 204 | Keadaan Jiu Long Mengkhawatirkan

    Xang Xi Tao memikirkan ramuan yang bisa menyembuhkan orang yang mengalami tekanan pikiran berlebihan. "Aku bisa membuat ramuan itu, tetapi kita harus temukan cara untuk meminumkannya pada Jiu Long. Sampai saat ini, ia tak bisa didekati siapa pun."Dewi Obat berkata lirih, "Aku pikir lebih baik sekarang ini kamu bikin ramuan obat itu, sementara kita semua memikirkan cara meminumkannya."Xang Xi Tao membuka bungkusan pakaiannya. Di dalamnya banyak tabung bambu yang berisi ramuan obat. Sementara ia meracik dan mencampur ramuan, Dewi Obat bersama Gwangsin, Jen Ting, Yu Jin, Liu Xing berpikir keras. "Banyak pendekar ahli mengalami hal yang sama dengan Jiu Long, pemahaman ilmu yang melebihi kesanggupan pikiran, membuat seseorang bisa gila bahkan tewas," kata Yu Jin. "Sebenarnya ilmu apa yang sedang ia pikirkan?"Jen Ting dan Gwangsin mengulang sekali lagi kejadian di hutan, ketika Jiu Long berteriak memanggil Sepuh Sun Jian. Mendadak Dewi Obat memanggil Jen Ting

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 205 | Pengobatan Jiu Long

    Sebenarnya ia telah menembus pencerahan tetapi ada sesuatu yang seperti titik bayangan kabur di depannya. Ia tahu bahwa ia harus sampai ke titik tersebut. "Aku berterima kasih kepada kalian semua, guru Xang Xi Tao dan Dewi Obat serta dua isteriku dan guru Yu Jin serta paman Liu Xing, tanpa kalian mungkin aku sudah tewas atau gila.Tetapi aku harus terus mencari pengertian itu. Kalian jangan khawatir."Jiu Long seharusnya merasakan Sengsara dalam pengalaman hidupnya baru ia bisa menguasai sempurna. Sengsara delapan rasa itu seperti bisikan Sepuh, Glana (Sedih), Harsa (Gembira), Syura (Berani), Prabhawa (Kekuasaan), Raga (Nafsu birahi), Kamuka (Jatuh cinta), Haju (Keselamatan), Kapejah (Kematian).Menyelusuri delapan rasa itu ternyata bukan hal yang mudah. Jiu Long melakukan kesalahan besar karena terlampau memaksakan diri. Seharusnya delapan rasa itu ditelusuri sambil ia menyelami asam garam kehidupan dunia. Ia nyaris tewas karena tenaga itu berbalik menghantam otak dan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 206 | Jurus Penakluk Langit Selesai dikuasai

    Namun, ketika sampai malam hari belum juga Jiu Long berhenti, orang mulai khawatir. Semalaman penuh, Jiu Long belum juga menghentikan latihannya. Bahkan berlanjut sampai pagi harinya.Semua orang terutama Jen Ting dan Gwangsin tidak tidur semalaman, menemani Jiu Long. Mereka khawatir melihat keadaan Jiu Long. Anehnya silat yang dimainkan Jiu Long mirip jurus Partai Naga Emas tetapi banyak perubahan yang aneh. Tetapi Jiu Long memainkannya dengan hebat.Jiu Long tidak mengutamakan kehebatan jurus atau ilmu tenaga dalam. Ia bersilat sesuai perasaan hati. Ada kalanya ia menggeram marah dan bersilat cepat serta beringas. Terkadang ia bersilat lambat dan tampak seperti orang berduka. Saat berikutnya seperti sikap seorang raja yang memiliki pengaruh.Delapan rasa dan satu aksi yang ia mainkan itu merupakan inti permainan silatnya, inti dari Jurus Penakluk Langit yang kesohor. Tentu saja tidak dimengerti oleh sebagian besar murid Partai Naga Emas. Yu Jin dan Liu Xing me

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 207 | Pertarungan Puncak Part 1

    Perjalanan panjang yang melelahkan Jiu Long sejak pencerahan ilmu Angin Es dan Api di Lembah Kera, Inti Naga Emas Pamungkas dan penemuan Jurus Penakluk Langit telah berakhir pada hari kemarin. Resiko hampir gila dan hampir tewas telah mewarnai perjalanannya dalam penguasaan ilmu kelas utama. Dendam atas kematian orangtuanya dan semangat membayar semua hutang darah perguruannya membuat Jiu Long tak pernah surut dalam melangkah. Tujuannya jelas, ingin melunasi dendam serta ambisi besar mengangkat kembali citra Partai Naga Emas yang sudah terpuruk selama duapuluh lima tahun.Pencerahan ilmu dimulainya ketika dia menemukan rahasia kehebatan Inti Naga Emas Pamungkas saat tarung lawan tiga murid Zhang Ma di Wuwei. Dia berhasil menembus misteri memahami inti falsafah jurus pusaka itu. Kalimat ‘Aku hendaknya menjadi perahumu menyeberangi laut kesusahan’ telah sempurna dipahaminya pada saat-saat terakhir ketika nyawanya berada di ambang

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 208 | Pertarungan Puncak Part 2

    Setelah melewati masa kritis itu, Jiu Long ragu-ragu melanjutkan pendalaman Jurus Penakluk Langit, takut gagal yang berakhir kehilangan akal waras lagi. Saat itulah, terdengar suara bisikan, "Kenapa harus takut, takut dan berani sama saja. Jurus Penakluk Langit terlalu ampuh dan agung sehingga pantas untuk dipelajari meskipun ada resiko kematian di situ."Jiu Long tahu, itu suara Sepuh. "Jadi memang benar yang tiap malam menolong aku adalah Sepuh." Timbul semangat dan keberanian Jiu Long. Ia berlatih kembali, memainkan delapan rasa menuju satu aksi. Mulanya ia mempersiapkan sikap jiwa delapan rasa kemudian baru memainkan jurus-jurus Pamungkas. Tahapan berikut ia berhasil memainkan jurus Kesempurnaan berbarengan sikap jiwa delapan rasa.Tidak ada kesulitan atau hambatan setiap ia memainkan aksi jurus. Itulah yang disebut Jurus Penakluk Langit, ilmu dari segala ilmu. Jiu Long bahkan tidak sadar bahwa ia kini telah melompati tingkat kepandaian silat kelas utama.Hari itu, suatu pagi yang

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 209 | Pertarungan Puncak Part 3

    Yu Jin menatap muridnya. "Muridku, selama kamu sakit, ada utusan Wuwei datang mengundang kamu. Belakangan aku mendengar bahwa mereka telah mengganti dirimu dengan Dong Zhuo. Tarung itu akan dilaksanakan pada saat purnama bulan, tempatnya di hutan bagian selatan Pegunungan Salju Meili, sekarang masih ada sisa waktu tiga hari lagi. Jika kau bergegas menunggang kuda, kau akan tiba pada siang di hari tarung."Sebelum Jiu Long menjawab, terdengar suara Jen Ting, "Aku dan Gwangsin ikut bersamamu" Dua perempuan itu sudah berada di situ."Guru, aku ke sana hanya sekadar nonton tarung. Aku tak punya maksud unjuk jago." Ia menoleh ke dua isterinya. "Jadi sebaiknya aku pergi sendiri saja.""Jiu Long, ajaklah isterimu. Kamu perlu ada yang menemani. Biar aku yang menjaga perguruan ini."Dua perempuan itu cepat berkemas dan menyediakan kuda. Jiu Long bertiga kemudian pamit pada Yu Jin dan sebagian murid. Mereka melecut kuda tunggangannya masing- masing. Malam hari mereka istirahat di hutan. Mereka

Latest chapter

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status