Ini gila bagaimana mungkin Jen Ting mendadak bisa punya tenaga sehebat itu. Dari mana datangnya tenaga Jen Ting itu? Dan jurus apa tadi yang digunakan Jen Ting, jurus aneh tetapi sangat ampuh? Dia memang tak pernah mengenal dan belum sempat mempelajari Naga Emas Pamungkas yang handal itu.
Mata Yun Ching menangkap sebab musababnya. Tangan Jiu Long memegang tumit kaki Jen Ting. Rupanya dari situ Jen Ting memperoleh tenaga besar itu.
Tetapi ia tetap saja heran, tak mungkin ada kejadian aneh begitu. Jiu Long sedang menolong Yu Jin dengan pengerahan tenaga dalam, tak mungkin bisa membantu tenaga dalam lewat tumit kaki Jen Ting. Karena begitu Jiu Long mengalihkan sedikit saja perhatian apalagi tenaga dalamnya ke tempat lain, maka Yu Jin akan muntah darah. Dan Jiu Long pun akan menderita luka dalam yang parah akibat tenaga dalamnya yang memukul balik.
Bukan cuma Yun Ching yang heran, Jiu Long dan Jen Ting pun tak habis heran. Tadi sebenarnya ketika Jiu Long me
Memang aneh. Tadinya Jiu Long apalagi Jen Ting, tak bisa memainkan jurus Pamungkas dengan pengerahan tenaga penuh lantaran terkandas pada kalimat ‘Aku hendaknya menjadi perahumu menyeberangi laut kesusahan’ belum terserap. Tetapi kenapa tadi itu jurus Naga di Langit kesembilan bisa dimainkan dengan tenaga penuh, tenaga panas Angin Es dan Api yang sampai memukul mundur Yun Ching. Sebabnya tidak lain karena Inti Ilmu Naga Pamungkas pada prinsipnya adalah ilmu meminjam tenaga dari luar yang diolah dengan tambahan tenaga sendiri menjadi serangan balik. Dan karena Jen Ting yang memainkan jurus sedang tenaganya adalah tenaga Jiu Long, maka jurus itu bisa dimainkan sempurna dengan tenaga penuh. Sayang sekali Jiu Long tidak mengerti sebab musabab keberhasilan jurus tadi, dan ia pun tak punya waktu memikirkan keberhasilan dan keajaiban tadi. Yun Ching pun tak mau berpikir mencari tahu sebab musabab jurus yang membuat ia terpukul mundur.Yun Ching melotot.
Membuang pikiran tadi, ia menatap Jiu Long. Dilihatnya lelaki itu sedang memejam mata, tangannya nempel di dada Yu Jin. Ia takjub mendengar suara nafas Jiu Long yang teratur, hilang dan timbul, lembut dan perlahan. Pertanda tenaga dalamnya sulit diukur. Setahu Jen Ting, hanya mendiang gurunya saja yang tenaga dalamnya mumpuni seperti itu.Jen Ting menoleh ke Yu Jin yang masih berada di pangkuan Jiu Long. Orangtua itu kelihatan membaik. Matanya terpejam. Nafasnya teratur meskipun kadang tersendat. Wajahnya yang tadinya pucat bagaikan mayat kini mulai memerah dan berkeringat.Jen Ting menghela nafas lega. Ia memandang kekasihnya dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa semakin mencintai lelaki itu, cintanya makin subur. "Sungguh, aku tak bisa hidup tanpa dia," gumamnya dalam hati. Ia memejamkan mata, semadi, menghimpun semua tenaganya yang sudah cerai-berai disebabkan pertarungan keras dan pertentangan batin dalam dirinyaMatahari mulai doyong ke Barat. Jen Ting sudah
Jiu Long menjatuhkan diri berlutut di hadapan gurunya, memegang lutut gurunya. "Guru, aku tidak berani.”Kalimat itu tidak selesai karena Yu Jin memotong. "Berdiri Jiu Long, berdirilah dan terima tugasmu dengan jantan. Seorang lelaki sejati, pendekar sejati, tak akan pernah menolak tugas seberat apa pun yang diberikan kepadanya. Sekarang kamu masih memanggil aku sebagai guru, tetapi tak lama lagi kau akan menjadi ketua Partai Naga Emas. Aku hanya perlu berjumpa dengan Kakak Liu Xing untuk menjelaskan persoalan ini. Ia pasti setuju!"Mendengar nama Liu Xing disebut mendatangkan perasaan berbeda dalam sanubari sepasang kekasih itu. Jen Ting merasa kikuk, bagaimana menghadapi Liu Xing yang pernah melampiaskan nafsu bejat menikmati tubuhnya. Jiu Long senang lantaran bisa menceritakan pertemuannya dengan paman gurunya itu. Tak lupa ia menceritakan pengalaman Liu Xing yang didengarnya sendiri dari cerita paman guruku. Malam hari ketiganya menginap di rumah salah seoran
Kemudian Yu Jin menyuruh Jiu Long memainkan Naga Emas Pamungkas. Orangtua itu membayangkan kembali penuturan Tian Shan yang pernah melihat jurus Pamungkas ketika Sepuh Sun Jian merobohkan pendekar Takadagawe. Tapi Yu Jin bagai membentur tembok, makna kalimat ‘Aku hendaknya menjadi perahumu menyeberangi laut kesusahan’ sebagai inti pemahaman jurus Naga Emas Pamungkas tetap tak bisa ditembus. "Guru, apa hebatnya ilmu Naga Hitam Kelam dan kenapa hawa pukulannya berbau busuk? Tadi Jen Ting bersikap aneh, ia seperti ditenung ketika diserang Yun Ching. Mungkinkah jurus itu mengandung sihir ilmu hitam?""Semua ilmu pada mulanya bersih tetapi bila jatuh di tangan orang jahat akan berubah menjadi ilmu yang membinasakan. Bila jatuh ke tangan orang bersih akan digunakan untuk membela keadilan. Ilmu Naga Hitam Kelam pada mulanya diciptakan seorang pendeta asal India sekitar duaratus tahun lalu. Aku tidak tahu persis ilmu itu, tapi konon ada
"Paman, kita harus memberitahu paman Liu Xing agar terhindar dari bokongan Yun Ching.""Tapi di mana menemukan Kakak Liu Xing? Semoga kita menemukannya di pertemuan Wuwei.""Guru, kau ikut ke Wuwei?""Ya kenapa tidak? Semua orang ingin menyaksikan pemenang yang menyandang gelar lima pendekar paling sakti di dataran tengah. Kenapa? Kamu khawatir akan keselamatanku?""Tetapi kalau jumpa musuh-musuhmu, sedang kau belum sembuh, hal ini bisa menyulitkanmu, guru.""Jiu Long, semua yang hidup ini akan mati. Tak ada kecualinya. Aku sudah lama hidup. Aku tidak menyesal kalau harus mati sekarang, apalagi setelah tahu Partai Naga Emas sudah punya ahli waris sejati. Aku ingin menyaksikan adu ilmu itu, kupikir semua pendekar akan tumpah ruah di Wuwei. Tak usah khawatir akan diriku. Biarlah, apa yang harus terjadi, terjadilah."Apa yang dikatakan Yu Jin benar semata. Seluruh pendekar dataran tengah akan tumpah ruah di Wuwei menyaksikan perebutan gengsi ya
Dari jauh tampak gunung Wuwei bagai menyundul langit. Seperti gunung tak bermahkota, puncaknya tersembunyi di antara semaraknya awan, ada suatu kekuatan raksasa yang terpendam di dalamnya. Wuwei hanya sebuah gunung, tapi bukan sekedar gunung.Hari itu Wuwei dikunjungi banyak tamu. Tak pernah sebanyak itu sebelumnya. Orang-orang itu mendaki lereng Selatan dengan membisu seribu bahasa. Kawan dengan kawan tak saling tegur. Kawan dan lawan pun pura-pura tak kenal. Dari dandanan maupun gerak, tak salah lagi hampir semua tamu adalah mereka yang menguasai ilmu.Meskipun ada beberapa orang awam ikut datang untuk menonton keramaian atau pedagang yang menjual makanan dan minuman.Hampir seluruh penjuru dataran tengah mengetahui adanya perang tanding adu kepandaian untuk memilih lima pendekar paling jago di dataran tengah. Hari itu orang mulai berdatangan, meskipun hari pertarungan baru akan dimulai dua hari lagi.Jiu Long bertiga Yu Jin dan Jen Ting mendaki lereng
"Apa katamu? Yun Ching?""Ya, Yun Ching murid Kakak Sun Zuolin, dialah pengkhianat yang disebut-sebut meracuni gudang makanan dan air minum perguruan kita. Ceritanya panjang, adikku."Pertemuan yang tak disangka-sangka itu cukup menggembirakan semua orang. Bersama Liu Xing adalah Yuan Shu, Shu han dan Im ji hye serta delapan pendekar Dinasti Giok Barat. Yang seorang lagi dikenal sebagai Liang Zhipu, tokoh sakti yang serba misterius. Jiu Long dan Jen Ting memberi hormat kepada Liu Xing.Tampak oleh Jiu Long mata Liu Xing yang penuh penyesalan bercampur malu ketika menerima sungkem Jen Ting. Agak serak suara Liu Xing ketika mengucap kata maaf. "Sudah lama tak pernah ketemu, Jen Ting, maafkan aku, maafkan pamanmu ini."Jen Ting tetap merunduk, tak berani dan enggan melihat wajah paman gurunya itu. Ia masih membayang perlakuan lelaki itu setiap menikmati pelampiasan birahi atas tubuhnya. Ada rasa jijik di mata Jen Ting dan ia tak ingin memperlihatkan rasa jij
Esok harinya masih banyak tamu lain yang berdatangan. Dari pagi sampai sore tak pernah putus. Senja itu Jiu Long seorang diri berkeliling di sekitar kaki gunung. Tiba-tiba ia terkejut melihat empat orang berjalan berpapasan dengannya. Tanpa sadar ia berseru, "Gwangsin"Gadis itu memang Gwangsin. Gadis itu lari menyongsong Jiu Long. Ia melompat memeluk Jiu Long. "Jiu Long, kamu masih hidup!"Sesaat kemudian Gwangsin sadar, ia melepas pelukannya. Jiu Long takjub melihat kecantikan gadis di depannya. Tak ada lagi bekas penyakit cacar di wajahnya. Wajahnya berseri semakin membias kecantikan alaminya, rambutnya ikal terurai sebatas bahu. Ia cantik, sangat cantik dengan kulit putih mulus dan tubuhnya yang kurus, langsing namun montok. "Gwangsin kamu cantik sekali, kamu sudah sembuh, eh katamu dulu perlu waktu satu tahun."Ia masih saja segar dan ceria. Ia tertawa senang. "Nenek menyembuhkan aku dalam waktu tiga bulan, lagipula aku tak jadi dipingit satu tahun sebab ak