Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 126 | Sulit Mempercayai

Share

JILID 126 | Sulit Mempercayai

last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-27 01:04:20

Membuang pikiran tadi, ia menatap Jiu Long. Dilihatnya lelaki itu sedang memejam mata, tangannya nempel di dada Yu Jin. Ia takjub mendengar suara nafas Jiu Long yang teratur, hilang dan timbul, lembut dan perlahan. Pertanda tenaga dalamnya sulit diukur. Setahu Jen Ting, hanya mendiang gurunya saja yang tenaga dalamnya mumpuni seperti itu.

Jen Ting menoleh ke Yu Jin yang masih berada di pangkuan Jiu Long. Orangtua itu kelihatan membaik. Matanya terpejam. Nafasnya teratur meskipun kadang tersendat. Wajahnya yang tadinya pucat bagaikan mayat kini mulai memerah dan berkeringat.

Jen Ting menghela nafas lega. Ia memandang kekasihnya dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa semakin mencintai lelaki itu, cintanya makin subur. "Sungguh, aku tak bisa hidup tanpa dia," gumamnya dalam hati. Ia memejamkan mata, semadi, menghimpun semua tenaganya yang sudah cerai-berai disebabkan pertarungan keras dan pertentangan batin dalam dirinya

Matahari mulai doyong ke Barat. Jen Ting sudah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 127 | Terima Tugasmu

    Jiu Long menjatuhkan diri berlutut di hadapan gurunya, memegang lutut gurunya. "Guru, aku tidak berani.”Kalimat itu tidak selesai karena Yu Jin memotong. "Berdiri Jiu Long, berdirilah dan terima tugasmu dengan jantan. Seorang lelaki sejati, pendekar sejati, tak akan pernah menolak tugas seberat apa pun yang diberikan kepadanya. Sekarang kamu masih memanggil aku sebagai guru, tetapi tak lama lagi kau akan menjadi ketua Partai Naga Emas. Aku hanya perlu berjumpa dengan Kakak Liu Xing untuk menjelaskan persoalan ini. Ia pasti setuju!"Mendengar nama Liu Xing disebut mendatangkan perasaan berbeda dalam sanubari sepasang kekasih itu. Jen Ting merasa kikuk, bagaimana menghadapi Liu Xing yang pernah melampiaskan nafsu bejat menikmati tubuhnya. Jiu Long senang lantaran bisa menceritakan pertemuannya dengan paman gurunya itu. Tak lupa ia menceritakan pengalaman Liu Xing yang didengarnya sendiri dari cerita paman guruku. Malam hari ketiganya menginap di rumah salah seoran

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 128 | Semua ilmu itu bersih

    Kemudian Yu Jin menyuruh Jiu Long memainkan Naga Emas Pamungkas. Orangtua itu membayangkan kembali penuturan Tian Shan yang pernah melihat jurus Pamungkas ketika Sepuh Sun Jian merobohkan pendekar Takadagawe. Tapi Yu Jin bagai membentur tembok, makna kalimat ‘Aku hendaknya menjadi perahumu menyeberangi laut kesusahan’ sebagai inti pemahaman jurus Naga Emas Pamungkas tetap tak bisa ditembus. "Guru, apa hebatnya ilmu Naga Hitam Kelam dan kenapa hawa pukulannya berbau busuk? Tadi Jen Ting bersikap aneh, ia seperti ditenung ketika diserang Yun Ching. Mungkinkah jurus itu mengandung sihir ilmu hitam?""Semua ilmu pada mulanya bersih tetapi bila jatuh di tangan orang jahat akan berubah menjadi ilmu yang membinasakan. Bila jatuh ke tangan orang bersih akan digunakan untuk membela keadilan. Ilmu Naga Hitam Kelam pada mulanya diciptakan seorang pendeta asal India sekitar duaratus tahun lalu. Aku tidak tahu persis ilmu itu, tapi konon ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 129 | Semua Yang Hidup Ini Akan Mati

    "Paman, kita harus memberitahu paman Liu Xing agar terhindar dari bokongan Yun Ching.""Tapi di mana menemukan Kakak Liu Xing? Semoga kita menemukannya di pertemuan Wuwei.""Guru, kau ikut ke Wuwei?""Ya kenapa tidak? Semua orang ingin menyaksikan pemenang yang menyandang gelar lima pendekar paling sakti di dataran tengah. Kenapa? Kamu khawatir akan keselamatanku?""Tetapi kalau jumpa musuh-musuhmu, sedang kau belum sembuh, hal ini bisa menyulitkanmu, guru.""Jiu Long, semua yang hidup ini akan mati. Tak ada kecualinya. Aku sudah lama hidup. Aku tidak menyesal kalau harus mati sekarang, apalagi setelah tahu Partai Naga Emas sudah punya ahli waris sejati. Aku ingin menyaksikan adu ilmu itu, kupikir semua pendekar akan tumpah ruah di Wuwei. Tak usah khawatir akan diriku. Biarlah, apa yang harus terjadi, terjadilah."Apa yang dikatakan Yu Jin benar semata. Seluruh pendekar dataran tengah akan tumpah ruah di Wuwei menyaksikan perebutan gengsi ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 130 | Saling Mencintai

    Dari jauh tampak gunung Wuwei bagai menyundul langit. Seperti gunung tak bermahkota, puncaknya tersembunyi di antara semaraknya awan, ada suatu kekuatan raksasa yang terpendam di dalamnya. Wuwei hanya sebuah gunung, tapi bukan sekedar gunung.Hari itu Wuwei dikunjungi banyak tamu. Tak pernah sebanyak itu sebelumnya. Orang-orang itu mendaki lereng Selatan dengan membisu seribu bahasa. Kawan dengan kawan tak saling tegur. Kawan dan lawan pun pura-pura tak kenal. Dari dandanan maupun gerak, tak salah lagi hampir semua tamu adalah mereka yang menguasai ilmu.Meskipun ada beberapa orang awam ikut datang untuk menonton keramaian atau pedagang yang menjual makanan dan minuman.Hampir seluruh penjuru dataran tengah mengetahui adanya perang tanding adu kepandaian untuk memilih lima pendekar paling jago di dataran tengah. Hari itu orang mulai berdatangan, meskipun hari pertarungan baru akan dimulai dua hari lagi.Jiu Long bertiga Yu Jin dan Jen Ting mendaki lereng

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 131 | Yun Ching, Si Penghianat

    "Apa katamu? Yun Ching?""Ya, Yun Ching murid Kakak Sun Zuolin, dialah pengkhianat yang disebut-sebut meracuni gudang makanan dan air minum perguruan kita. Ceritanya panjang, adikku."Pertemuan yang tak disangka-sangka itu cukup menggembirakan semua orang. Bersama Liu Xing adalah Yuan Shu, Shu han dan Im ji hye serta delapan pendekar Dinasti Giok Barat. Yang seorang lagi dikenal sebagai Liang Zhipu, tokoh sakti yang serba misterius. Jiu Long dan Jen Ting memberi hormat kepada Liu Xing.Tampak oleh Jiu Long mata Liu Xing yang penuh penyesalan bercampur malu ketika menerima sungkem Jen Ting. Agak serak suara Liu Xing ketika mengucap kata maaf. "Sudah lama tak pernah ketemu, Jen Ting, maafkan aku, maafkan pamanmu ini."Jen Ting tetap merunduk, tak berani dan enggan melihat wajah paman gurunya itu. Ia masih membayang perlakuan lelaki itu setiap menikmati pelampiasan birahi atas tubuhnya. Ada rasa jijik di mata Jen Ting dan ia tak ingin memperlihatkan rasa jij

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 132 | Bertemu Gwangsin

    Esok harinya masih banyak tamu lain yang berdatangan. Dari pagi sampai sore tak pernah putus. Senja itu Jiu Long seorang diri berkeliling di sekitar kaki gunung. Tiba-tiba ia terkejut melihat empat orang berjalan berpapasan dengannya. Tanpa sadar ia berseru, "Gwangsin"Gadis itu memang Gwangsin. Gadis itu lari menyongsong Jiu Long. Ia melompat memeluk Jiu Long. "Jiu Long, kamu masih hidup!"Sesaat kemudian Gwangsin sadar, ia melepas pelukannya. Jiu Long takjub melihat kecantikan gadis di depannya. Tak ada lagi bekas penyakit cacar di wajahnya. Wajahnya berseri semakin membias kecantikan alaminya, rambutnya ikal terurai sebatas bahu. Ia cantik, sangat cantik dengan kulit putih mulus dan tubuhnya yang kurus, langsing namun montok. "Gwangsin kamu cantik sekali, kamu sudah sembuh, eh katamu dulu perlu waktu satu tahun."Ia masih saja segar dan ceria. Ia tertawa senang. "Nenek menyembuhkan aku dalam waktu tiga bulan, lagipula aku tak jadi dipingit satu tahun sebab ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 133 | Jalan Buntu

    Jiu Long menatap tajam Ki Dalang dan si gadis penari. Ki Dalang berusia limapuluhan. Sedang si penari seorang gadis usia sekitar duapuluh lima tahun. Cantik, segar dengan potongan tubuh agak gemuk. Raut wajahnya mirip Gwangsin."Namaku Jiu Long. Aku murid tunggal Yu Jin dari Partai Naga Emas. Aku sangat beruntung memperoleh pertolongan dan petunjuk Dewi Obat sehingga bisa menemukan kisanak berdua dalam pesta tahunan di lereng Gunung Huang. Dan cerita Ghatotkamasraya sangat menarik perhatianku. Aku beruntung bisa menyaksikan tari Inti Naga Emas Pamungkas yang kucari-cari selama ini."Empat orang itu terdiam. Ki Dalang mendehem kemudian bertanya, "Aku tak mengerti, apa maksudmu?"Jiu Long bisa menebak pikiran orang tua itu. Ia berdiri kemudian memperlihatkan separuh dari jurus Naga di Langit kesembilan sebelum digabung dengan sepenggal tari Naga."Ini namanya jurus Naga di Langit kesembilan tetapi belum sempurna. Jurus ini baru se

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Legenda Raja Pendekar   JILID 134 | Kerinduan Sepasang Kekasih

    Jiu Long memegang lengan Gwangsin, "Aku akan memperkenalkan kamu dengan Jen Ting, Aku sudah bicara dengannya tentang kamu, jadi tak akan ada masalah.""Kamu bicara apa saja?""Aku cerita bagaimana hebatnya kamu memasang perangkap cinta, membuat aku kasmaran dan mencintaimu habis-habisan." Jiu Long memandang mata Gwangsin yang kedip-kedip bercahaya, ada rasa bangga dan cinta di situ."Terus, kamu bilang apa lagi?""Aku katakan bahwa aku akan hidup bersama dua perempuan yang kucintai dan mencintai aku, Jen Ting sebagai isteri pertama, Gwangsin isteri kedua, begitu dulu yang kamu katakan padaku, iya kan?"Saat itu Dewi Obat sudah berdiri di samping Gwangsin. Ia muncul begitu saja. Ia mendengar sebagian perkataan Jiu Long. Ia berkata tawar. "Jiu Long, aku peringatkan kamu, jangan kamu mempermainkan cucuku, aku akan mengejar kamu!"Jiu Long tersenyum. Ia melihat sepasang mata Dewi Obat menatapnya dengan bersinar ceria. Nenek itu tidak marah, mala

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status