Share

BAB 7. Perjalanan ke Hilir

Penulis: Hudi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Melihat celah yang terbuka, wajah dari Zhang Ji Long tampak tersenyum lebar saat ia merasakan angin segar menyapa kulitnya. Ia langsung bergegas menerobos celah dari batu besar yang selama ini menutupi gua dengan perasaan lega dan bahagia. Ia melangkah keluar dari gua, memasuki dunia yang luar biasa dan memancarkan semangat baru.

“Akhirnya aku bebas!!!”

Zhang Ji Long meluapkan kebebasannya dari Gua dengan berteriak keras yang menggema sampai jauh, suara teriakannya penuh kegembiraan membelah udara seperti deru sang elang yang memenuhi langit, menandakan kemenangan yang menggelegar dan semangat yang tak terbendung. Tangannya diterjang angin saat ia merentangkan lengan ke atas, merayakan kebebasan dan keberhasilannya.

Tak lama, terlihat Zhang Ji Long yang sudah bersiap untuk meninggalkan Gua yang telah ia tempati selama tiga tahun, tubuhnya terlihat sangat kuat dan berotot. Ia terlihat setengah telanjang karena semua pakaian yang diberikan oleh Kakeknya sudah terlalu kecil untuknya. Ia hanya memakai celana yang terbuat dari kulit binatang yang sudah usang yang selama ini menjadi selimut dan perlindungan setianya selama ia tinggal di dalam Gua. Ia tampak mengambil napas dalam-dalam, memandang sekeliling gua dengan rasa haru yang terpatri di matanya. Di hatinya terasa berat, karena gua itu telah menjadi tempat berlatih dan merasakan kedamaian selama tiga tahun. Kitab-kitab berharga yang ia baca menjadi saksi perjalanan menjadi seorang Pendekar Kultivasi. Dengan campuran perasaan sedih dan bersemangat, ia melangkahkan kakinya dengan mantap meninggalkan gua dengan pengharapan baru di dalam dirinya.

“Kakek, aku berjanji akan menjadi pendekar hebat, menghidupkan kembali kejayaan sekte Pedang Putih di negeri Oriental. Aku akan menaklukkan segala rintangan, melatih diri dengan keras, dan mempersiapkan diri untuk memimpin sekte ini menuju puncak kemuliaan yang baru."

Terlihat Zhang Ji Long berjalan menjauh meninggalkan Gua Gunung Es, dalam benaknya tampak api semangat menyala membara, ia berjanji akan mengembalikan kejayaan dari sekte Pedang Putih dan akan berusaha menjadi seorang Pendekar Kultivasi yang hebat. Ia berjalan tanpa arah yang pasti, mengikuti kehendak hatinya yang membimbingnya. Langkahnya turun dari Gunung Es penuh dengan ketidakpastian, namun juga penuh kebebasan. Ia merasakan hembusan angin yang menenangkan saat mengikuti aliran angin itu menuju ke petualangan yang belum diketahui.

“Aku tidak tahu arah setelah meninggalkan Gua Gunung Es ini, tapi aku akan mengikuti nurani hatiku dengan penuh keyakinan. Setapak demi setapak, aku akan menemukan takdirku. Seperti salah satu syair yang pernah aku baca dari Kitab. Percayalah, langkah yang penuh ketabahan, dan jiwa yang takkan pernah ragu akan membawa dirimu pergi ke arah yang benar."

Gunung Es menjulang tinggi dengan puncak yang menjulur ke langit. Dindingnya yang terjal dan licin menakutkan banyak orang, tetapi tidak bagi Zhang Ji Long. Dengan kualitas tulang tingkat ke-9 yang sempurna di Dunia Fana ini, tubuhnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Setiap langkahnya di atas bebatuan licin, ia dengan sangat mudah menyesuaikan keseimbangannya. Tubuhnya terasa ringan, seolah-olah terhubung dengan alam sekitarnya. Kekuatan fisiknya memungkinkan dia untuk menghadapi tantangan Gunung Es tanpa kesulitan, menjadikannya seperti bayangan yang melintasi lereng dan lembah dengan lincah dan penuh keyakinan.

Namun, baru beberapa jam ia menuruni Gunung Es itu, tiba-tiba dari perutnya terdengar suara keras yang menandakan bahwa tubuhnya membutuhkan asupan makanan. Sensasi keroncongan mengguncang tubuhnya.

“Ahk!!! Aku sangat lapar sekali. Di Gunung Es ini apa yang bisa aku makan?! Mungkin aku tahan dulu saja, mudah-mudahan di bawah sana dapat aku temukan makanan.”

Tak lama kemudian, terdengar suara geraman dari balik semak-semak. Dalam cahaya senja yang redup di balik semak-semak itu, serigala kelaparan muncul dengan bulu menggigil. Matanya tajam memandang Zhang Ji Long dengan nafsu yang ganas. Mulutnya terbuka lebar mengungkapkan gigi-gigi tajam. Tubuhnya bergetar siap menerkam, mengisyaratkan kelaparan yang mendalam.

“Hmm, ini binatang apa yah? Kalau aku perhatikan ini seperti gambar anjing yang suka aku lihat di kitab-kitab Kakek … .”

“Kira-kira bisa aku makan tidak yah anjing ini?”

Mata Zhang Ji Long terpana melihat seekor serigala yang tidak pernah ia lihat di dalam gua, wajahnya seketika berubah menjadi bingung karena tidak tahu dengan binatang apa yang ada di depannya saat ini. Selain itu, karena perutnya yang sudah sangat lapar, ia sepertinya ingin menyantap serigala itu.

Tanpa menunggu lama lagi, serigala itu langsung melompat ke arah Zhang Ji Long dan berusaha untuk menerkamnya. Namun, baru saja serigala itu mendekat, Zhang Ji Long dengan sekali pukulan dapat melumpuhkan serigala itu dan membuat tubuh serigala itu terhempas ke tanah dengan mata yang menggantung, menandakan akhir ajalnya yang mendadak datang menjemput.

“Anjing ini mati? Mudah sekali.”

Zhang Ji Long duduk dengan penuh kepuasan, memegang sepotong paha serigala yang garing. Aroma daging panggang memenuhi udara. Api kecil membara dari kayu-kayu yang teratur tersusun, menyinari wajahnya yang terlihat sedikit lelah. Ia memanggang serigala itu dengan kayu-kayu yang ia bawa dari Gua.

“Daging anjing ini tidak lebih enak dari ikan yang aku dapat di Gua. Aku merindukan aroma ikan panggang.”

Setelah selesai dengan serigala panggangnya, Zhang Ji Long melanjutkan perjalanannya untuk menuruni Gunung Es ini, kakinya yang kokoh menapaki lereng Gunung Es. Setiap langkahnya membawa kehangatan ke dalam kedinginan Gunung Es. Pemandangan indah dari pegunungan yang menjulang tinggi dan lembah yang dalam menghiasi perjalanan menuju hilir Gunung Es tersebut.

Setelah tiga hari menuruni Gunung Es dengan setiap harinya hanya memakan daging serigala lapar yang selalu muncul menghadang Zhang Ji Long. Akhirnya, ia sampai di tengah gunung Es itu dengan suhu yang lebih hangat terasa. Ia terpesona oleh pemandangan yang tiba-tiba lebih hijau dari sebelumnya. Pohon-pohon menjulang tinggi, menghiasi lereng Gunung Es dengan dedaunan yang segar. Suara angin yang berdesir menyapa daun-daun yang bergoyang menciptakan suasana yang menyejukkan.

“Waah, indah sekali! Baru kali ini aku merasakan suasana sesejuk ini dengan warna hijau yang mulai muncul di beberapa tempat.”

Zhang Ji Long kemudian melanjutkan perjalanannya lagi.

Setelah beberapa jam berjalan, dari kejauhan ia seperti melihat sekumpulan rusa gunung. Namun, yang menarik perhatiannya adalah keberadaan tanduk yang terpancar dari kepala yang menurut Zhang Ji Long itu adalah anjing.

“Waah! Banyak sekali anjing disana! Ta-tapi kenapa mereka memakai tanduk di kepalanya! Pasti itu adalah binatang iblis. Aku tidak mau memakannya.”

Kruek!!

Kruek!!

Suara dari perut Zhang Ji Long terdengar lagi dengan sangat keras.

“Ternyata anjing iblis ini rasanya lebih enak daripada anjing berbulu lebat di atas gunung es.”

Terlihat Zhang Ji Long yang akhirnya memanggang rusa gunung tersebut, walaupun pada awalnya ia merasa ragu karena dianggapnya rusa itu adalah anjing iblis karena bertanduk. Namun, karena rasa lapar yang sudah melewati batasnya, ia tetap saja menyantap rusa itu.

Tiga hari berlalu …

Zhang Ji Long terkesima melihat air terjun untuk pertama kalinya. Ia berdiri takjub di tepi air terjun, memandang dengan mata terbuka lebar. Air terjun menjulang tinggi, memancarkan kekuatan alam yang luar biasa. Gemuruh air yang jatuh dengan deras menciptakan semburat kabut yang mempesona, mengisi udara dengan kelembutan dan keindahan yang memikat. Ia melompat dengan penuh semangat ke dalam sungai yang mengalir deras di bawah air terjun. Tubuhnya terhempas oleh arus air yang kuat, sementara tetesan air menyiraminya. Ia merasakan sensasi segar dan kebebasan saat tubuhnya bergerak di antara riak-riak air yang mengalir dengan kekuatan yang tak terbendung.

“Anak kecil! Siapa kamu?!”

Tiba-tiba datang seorang pria yang berteriak kepada Zhang Ji Long.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silalahi Sabam
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 8. Pendekar Muda

    Seorang pria muda berteriak kepada Zhang Ji Long, pria berjubah hijau bertampang pas-pasan itu berdiri di sisi sungai, rambut hitamnya tergerai tertiup angin. Ia dengan wajah penasarannya melihat Zhang Ji Long berenang sampai di sisi sungai dan naik ke permukaan untuk berdiri. Terlihat seorang anak kecil sangat tampan berkulit putih cerah dengan otot keras, rambut panjangnya terlihat basah tidak beraturan, wajahnya yang polos melihat takjub ke arah pria muda itu."Kamu siapa? Aku baru kali ini melihat anak kecil seperti mu di desa ini.""Aku Ji Long."Dengan wajah polosnya Zhang Ji Long memperkenalkan dirinya tanpa menyebutkan nama klan "Zhang". Ia tahu bahwa klan nya pasti sedang dalam intaian musuh-musuh dari sekte Pedang Putih, setelah melihat kakeknya yang diserang oleh kakek beraura merah. Oleh karena itu ia menyembunyikan identitas klan nya."Ji Long? Kamu berasal darimana?""Dari sana."Jari telunjuk Zhang Ji Long mengarah ke atas Gunung Es."Hmm, kamu pasti anak yang di jual

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 9. Keluarga Klan Lu

    Tak lama kemudian, Lu Chen Yuan dan Lu Jia Ying dengan kepala tegak, keluar dari rumahnya. Langkah kakinya mantap dan penuh keberanian, meski wajah mereka terlihat tegang. Mereka sudah bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi."Cepat serahkan tanaman ajaib itu?! Para pendekar kami sangat membutuhkan tanaman itu!" teriak Zhao Ze Ling."Kami hanya seorang Petani, Tuan Pendekar! Kami tidak tahu dimana tanaman ajaib itu!" jawab Lu Chen Yuan."Jangan bohong! Aku tahu Lu Chen Wei tinggal di rumah ini!""Ayahku, Lu Chen Wei, sudah pergi dari rumah ini. Aku tidak tahu keberadaannya sekarang!"Zhao Ze Ling berjalan perlahan menghampiri Lu Chen Yuan dan Lu Jia Ying, lalu ia menghunuskan pedangnya."Kalau kalian tidak mengatakan dimana tanaman ajaib itu, maka kalian berdua akan mati di tanganku!""Kami benar-benar tidak mengetahui dimana tanaman ajaib itu, Tuan Pendekar. Ayahku Yang menyimpannya."Zhao Ze Ling lalu mengarahkan mata pedangnya menempel pada leher Lu Jia Ying."Katakan dimana ta

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 10. Ujian Menjadi Murid

    "Selesai Guru! Apakah aku lulus ujian?"Wajah Lu Chen Feng terlihat sangat terkesima, matanya terbelalak dengan rahang mulutnya yang terus terbuka lebar. Ia terkejut melihat Zhang Ji Long berlari mengelilingi lapangan kosong sebanyak sepuluh putaran dengan kecepatan dan kekuatan yang sangat mengagumkan. Setiap langkah kakinya memancarkan energi yang sangat kuat, dan serangkaian gerakan tubuhnya terlihat begitu ringan. Lu Chen Feng bisa merasakan getaran kekuatan yang luar biasa saat Zhang Ji Long melintas di dekatnya, seperti angin kencang yang membelah langit, membawa semangat dan kehebatan yang melampaui batas manusia."Iya Ji Long, ka-kamu lolos.""Hanya dalam hitungan sepuluh kali ruas jari tangan kananku, anak itu sudah bisa menyelesaikan ujian berlari sepuluh putaran. Luar biasa juga anak ini … ," gumam Lu Chen Feng."Padahal aku baru sedikit saja mengeluarkan kekuatanku Guru, tapi sudah lolos he he."Seketika lutut Lu Chen Feng melemah ketika mendengar ucapan dari Zhang Ji Long

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 11. Mengisi Kendi Air

    Terlihat Zhang Ji Long yang sedang membawa dua ember menuju ke sungai, jarak antara rumah ke sungai sekitar dua kilometer. Ia sedang menjalani ujian yang diperintahkan oleh Lu Chen Feng untuk mengisi air sungai dari dua ember yang di bawanya ke tiga buah kendi besar yang ada di rumahnya.Satu ember bisa menampung lima liter air jernih dari sungai, yang berarti Zhang Ji Long setiap kembali ke rumah bisa membawa dua ember penuh berisi sepuluh liter air jernih dari sungai. Satu kendi besar yang ada di luar rumah Lu Chen Feng bisa menampung dua ribu liter air, yang berarti Zhang Ji Long harus mengisi tiga kendi besar sebanyak enam ribu liter. Untuk mengisi tiga kendi besar itu Zhang Ji Long harus bolak-balik sebanyak enam ratus kali jarak rumah ke sungai tempat mengambil air, dengan jarak tempuh seribu dua ratus kilometer.Zhang Ji Long dengan penuh keceriaan dan penuh semangat, membawa dua ember kosong ke tepi sungai yang mengalir deras. Air sungai yang jernih dan segar mengalir dengan i

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 12. Tongkat Kakek Tua

    “Maaf, Kakek. Apa yang terjadi? Apakah Kakek baik-baik saja?”“Oh, anak muda, terima kasih telah mendekat. Aku tersesat dan kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan. Aku sudah berjalan tanpa arah selama beberapa waktu.” Dengan suara serak dan lemah.“Bagaimana bisa Kakek tersesat di hutan ini? Kakek juga kenapa sendirian?”“Aku adalah seorang petualang, anak muda. Tetapi usiaku telah menjadikan aku rentan dan melupakan banyak hal. Aku berusaha mencari kenangan lama di tempat ini, tetapi tampaknya aku tersesat dan tak bisa menemukan jalan pulang.”Kakek tua itu memandang ke kejauhan dengan mata yang penuh kepedihan. Ekspresinya terpancar dari wajah keriputnya, menunjukkan perasaan sedih yang mendalam. Dalam pandangannya, terlihat nostalgia dan kehilangan, seolah-olah dia sedang merenungkan masa lalu yang jauh.“Oh, begitu. Makanlah gulungan roti gandum ini dulu Kakek agar tubuh Kakek segar kembali.”Lu Chen Feng lalu memberikan gulungan roti mewah terakhirnya kepada Kakek tua i

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 13. Panen Jagung

    Terlihat Zhang Ji Long yang sedang berlari kencang meluncur dengan kecepatan penuh menembus embun pagi menuju ladang, matanya terfokus pada anjing yang terus menggonggong di ujung ladang. Hembusan angin pagi yang membuat rambut panjangnya melayang berkibar-kibar di udara.“Hiyaa!!!”Setelah berada dekat dengan anjing itu, Zhang Ji Long melompat hendak bersiap untuk memukul anjing itu. Bersamaan dengan lompatan dari Zhang Ji Long, anjing itu pun melompat dengan tinggi juga yang sepertinya bermaksud untuk menyerang Zhang Ji Long karena melihat Zhang Ji Long ingin menyerangnya. Dan …Pukulan dilontarkan oleh Zhang Ji Long di udara dengan cepat. Namun, dengan sigap anjing besar itu bisa mengelak pukulan dari Zhang Ji Long. Tubuh besar dari anjing itu justru menghantam tubuh Zhang Ji Long yang kecil, yang membuat keduanya terjatuh di tanah dengan posisi Zhang Ji Long yang berada di bawah anjing itu.Dalam keadaan terdesak, Zhang Ji Long lalu mencekik dengan erat leher dari anjing itu yang

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 14. Lu Kang Bersaudara

    Sekelebat sosok hitam tampak di balik pepohonan sedang memperhatikan Lu Chen Feng yang sepertinya sedang di hadang oleh Lu Kang bersaudara di hutan belantara ini. Sosok itu mengendus udara dengan hati-hati, langkahnya yang tenang dan ringan membuatnya tak terdengar saat melintas di antara pepohonan.Terlihat Lu Kang bersaudara menghunuskan pedangnya, mereka bertiga dengan tatapan picik yang penuh keangkuhan, sebenarnya hanya ingin memamerkan kemampuan Pendekar tingkat ke-3 kepada Lu Chen Feng yang juga memiliki kemampuan Pendekar tingkat ke-3.“Chen Feng! Akan ku perlihatkan bagaimana jurus dari Sekte Pedang Merah akan membuatmu bertekuk lutut di hadapan ku!” ancam Lu Kang Xuan.Lu Chen Feng lalu melepas tongkat kayu yang terlihat usang dari penyangga keranjang yang ia bawa, tongkat itu terasa ringan dan terlihat sangat sederhana tanpa ukiran atau hiasan apapun. Lalu ia arahkan tongkat kayu usang itu ke arah Lu Kang bersaudara dengan tatapan tajam penuh keseriusan.“Ha ha ha! Mau apa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 15. Kakek Guru

    Kabut putih dari embun yang menyelimuti ladang alang-alang semakin tebal saat Lu Chen Feng semakin mendekati ibunya. Kabut itu seperti menghalangi pergerakannya karena mengaburkan pandangannya. Namun, Lu Chen Feng tetap berlari dengan penuh keyakinan, ia dapat merasakan kehangatan yang datang dari sosok ibunya yang sangat disayanginya.Lu Chen Feng kali ini merasa bingung karena ia merasa sudah berlari sangat lama namun kenapa belum sampai juga ke tempat ibunya berdiri. Bahkan semakin kencang ia berlari semakin menjauh pula sosok ibu yang ada dihadapannya, kemudian perlahan menghilang dari pandangan Lu Chen Feng. Ibu!!!Lu Chen Feng kembali membuka matanya untuk bangun dari tidurnya. Namun, kali ini ia berada di kasurnya dalam kamarnya.“Ternyata aku hanya bermimpi. Wajah ibu mengapa terlihat sangat nyata sekali ….”***Bulan purnama terlihat menjulang di langit malam, menggantung dengan megahnya di atas ladang yang luas. Cahaya putih purnama yang lembut dan berkilauan memancar ke bu

Bab terbaru

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 61. Mencari Petunjuk

    Guru Zi Feng merasa bahwa untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan dan mencegah pelaku sebenarnya curiga, dia harus tetap memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi dia yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat dalam menjaga keadilan dan mengungkap pelaku sebenarnya.Guru Zi Feng menyampaikan hukuman dengan suara lembut, dan para siswa, termasuk Li Wei dan teman-temannya, merasa lega mendengar kata-kata selanjutnya."Saya tahu bahwa ini adalah langkah yang tidak adil, tetapi ini adalah keputusan yang perlu kita ambil untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan. Hukuman ini hanya untuk berpura-pura, agar pelaku sebenarnya tidak curiga," ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.Li Wei, yang awalnya merasa kecewa oleh hukuman yang diberikan, sekarang merasa lega karena dia tahu bahwa Guru Zi Feng berada di pihaknya. Dia bersama dengan teman-temannya mengangguk sebagai tanda penghormatan kepada guru mereka.Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia juga merasa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 60. Siapa Dalangnya?

    Ketika Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia hendak berjalan kembali menuju Guru Zi Feng untuk melaporkan kerusakan taman, Li Wei tiba-tiba menghentikan mereka dengan suara tenang. Dia tampak berusaha membela diri."Benar, bukan kami yang merusak taman ini," ucap Li Wei menjelaskan dengan wajah serius. "Kami baru saja dihukum oleh Guru Zi Feng. Kenapa kami harus mencari keonaran lagi? Kami tahu bahwa taman ini sangat berharga bagi guru kita."Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Li Wei. Mereka menyadari bahwa Guru Zi Feng memang baru saja memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Tindakan merusak taman yang indah ini pasti akan menambah kesulitan dalam kondisi mereka.Namun, Zhang Ji Long tetap tegas. "Kami mengerti itu, Li Wei, tetapi kami juga memiliki kewajiban untuk melindungi dan merawat taman ini. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kami harus memberi tahu Guru Zi Feng tentang kerusakan ini. Biarkan dia yang menentukan apa yang

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 59. Taman yang Rusak

    Siang hari di Taman rahasia bagaikan pagi karena kabut putih yang lembut dan berembun menyelimuti setiap sudutnya.Kabut putih yang lembut dan berembun memberikan suasana ajaib kepada Taman Rahasia pada pagi yang cerah ini, seakan-akan dunia di dalam taman ini telah merembes keluar dari mimpi, kabut itu menjalari setiap batang tanaman dengan lembut, memberikan sentuhan kelembutan pada daun-daun yang diberkahi dengan tetesan embun. Cahaya matahari yang berusaha merayapi kabut tersebut menciptakan perpaduan kontras yang memukau, menciptakan panorama yang begitu memesona dan menenangkan, di tengah pesona kabut yang mengambang, aroma bunga-bunga taman pun semakin terasa. Setiap kelopak bunga menjadi seperti lukisan alami yang dilengkapi dengan detail embun yang gemerlap, dengan kabut lembut itu juga memberi kesan misterius pada patung-patung kecil yang tersebar di seluruh taman, seolah-olah memberi jiwa pada benda-benda bisu tersebut. Melangkah perlahan di lorong-lorong taman adik dari

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 58. Catatan Bahan Dapur

    "Maafkan kami, Tuan Pendekar, kami tidak menyadari siapa Anda sebenarnya," ujar Li Wei dengan suara penuh penyesalan kepada Zhao Ze Ling, mengakui ketidak pahaman mereka terhadap identitas sebenarnya.“Kami bersedia menerima konsekuensi dari perbuatan kami,” ucap Li Wei dengan rendah hati, menunjukkan kesiapan untuk menghadapi akibat dari tindakan mereka.“Biasanya aku akan langsung membunuh orang-orang bodoh seperti kalian!” gertak Zhao Ze Ling dengan tatapan tajam yang membuat udara terasa tegang, mengisyaratkan ancaman nyata atas tindakan kelompok "Lima Bayangan Malam"."Namun, kalian beruntung hari ini. Kalian tidak akan merasakan dampak dari ketidaktahuan dan kelancangan kalian, karena aku akan memberikan kalian kesempatan untuk menebus kesalahan ini," lanjut Zhao Ze Ling dengan suara dingin.“Aku kagum dengan keberanian kalian. Akan aku masukkan kalian ke dalam Sektek ku sebagai ‘Murid Luar’,” ucap Zhao Ze Ling dengan suara tegas, memberikan penghargaan atas keberanian mereka sa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 57. Ketua Pengurus Perpustakaan

    Sementara itu, Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long tampak mengelilingi Perpustakaan yang terlihat sangat berantakan itu, bekerja sama dalam usaha untuk merapikan kerusakan yang terjadi semalam. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab terhadap Sekte Pedang Merah, mereka saling berkoordinasi dalam membersihkan, memperbaiki, dan mengatur kembali buku-buku serta artefak berharga yang tersebar. Meskipun situasi yang mereka hadapi tidak mudah, semangat mereka untuk menjaga integritas perpustakaan dan menghormati nilai-nilai sektenya tidak pernah pudar, membuktikan dedikasi mereka dalam menghadapi tantangan yang sulit.Zhao Fang Jia, dengan pandangan yang tajam dan hati yang penuh tekad, juga menyempatkan diri untuk mengamati secara rinci setiap sudut perpustakaan, mencari petunjuk yang mungkin bisa membantu mengungkapkan penyebab dari peristiwa semalam. Meski tidak memiliki bukti konkret, dia berusaha menggunakan nalurinya sebagai penjaga perpustakaan untuk melihat tanda-tanda atau pe

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 56. Kejutan di Perpustakaan

    Keesokan pagi tiba dengan kilatan kejutan yang melukiskan ekspresi wajah Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long. Mata mereka memandang ke sekeliling perpustakaan yang biasanya rapi dan tertata dengan penuh keterkejutan. "A-apa yang terjadi di sini?" gumam Zhao Fang Jia dengan suara gemetar, ekspresi kebingungannya semakin menguat saat ia mengeluarkan kata-kata tersebut. Matanya terus bergerak dari satu sudut perpustakaan yang berantakan ke sudut lainnya, mencoba menggambarkan dalam pikirannya apa yang mungkin telah terjadi semalaman, dengan suaranya terdengar lemah, mencerminkan kekagetan dan kebingungannya yang mendalam atas perubahan dramatis yang terjadi pada tempat yang biasanya ia jaga dengan sepenuh hati. Bibirnya sedikit bergetar, menandakan kegelisahan yang sulit diungkapkan, tergambar betapa ia merasa terkejut dan sedih melihat perpustakaan yang begitu dihormatinya dalam keadaan seperti ini, dan kerinduannya untuk mencari tahu penyebab dari peristiwa tak terduga ini.Sementara i

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 55. Kegaduhan Dalam Kereta

    Traaang!Ayunan pedang dari Li Wei terhenti dengan tiba-tiba ketika pedangnya bertemu dengan pedang yang dipegang oleh pria dalam kereta itu. Benturan antara kedua bilah pedang menciptakan dentingan yang menusuk telinga, mencerminkan kekuatan yang tak terduga dari pria tersebut. Meskipun dalam posisi yang sangat tidak tepat dan tengah mengalami birahi tinggi karena sedang dalam posisi sedang bercinta dengan seorang wanita, pria itu dengan sigap mengatasi kejutan dan refleksnya tetap terjaga mengambil kendali atas situasi, dengan gerakan yang cepat, tangannya meraih gagang pedangnya yang terletak di sampingnya.Dengan gerakan yang cepat dan penuh insting, pria itu berhasil memutar tubuhnya sementara tangannya yang terletak di samping berhasil menangkap gagang pedangnya yang tergeletak di atas bangku.Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi dengan gairah, kini berubah menjadi serius dan penuh perhitungan. "Apakah kamu benar-benar tidak bisa melihat, apa yang sedang aku lakukan sekarang!? B

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 54. Lima Bayangan Malam

    Sebelum menjadi "Murid Luar" sekte Pedang Merah Li Wei, Chen Yuan, Wang Lin, Liu Yang, dan Zhang Jie adalah sekelompok remaja yang hidup dengan merampok di negeri Oriental. Li Wei, yang merupakan ketua mereka, memiliki kharisma yang luar biasa dan kemampuan taktis yang membuatnya dihormati oleh anggota kelompok tersebut dengan pengetahuan tentang strategi pertempuran dan kepemimpinan yang kuat, ia mampu merancang rencana merampok dengan penuh ketelitian. Di bawah arahannya, kelompok ini bekerja bersama, memanfaatkan keahlian unik masing-masing anggota untuk menciptakan aksi-aksi yang mengguncang kota. Chen Yuan, seorang ahli dalam seni bela diri, bertanggung jawab atas bagian teknis rencana mereka, dengan kepiawaian dalam berbagai gaya pertempuran, ia mampu melumpuhkan lawan dengan gesit. Wang Lin, yang memiliki latar belakang sebagai pandai besi, menjadi tulang punggung dalam menjaga kelompok ini tetap memiliki senjata yang tajam dan siap digunakan. Liu Yang, seorang penjelajah ul

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 53. Ujian Terakhir

    Zhao Zi Feng membawa Zhang Ji Long ke sebuah tempat terpencil di dalam suatu hutan yang rimbun dan lebat. Di tengah hutan tersebut terdapat sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi dan vegetasi yang tumbuh subur. Tempat ini tampak sepi dan alami, dengan atmosfer yang tenang dan sunyi, hanya dihiasi oleh suara angin berdesir dan nyanyian burung-burung di kejauhan.Di tengah lapangan terbuka, terdapat sejumlah patok-patok kayu yang tersusun membentuk suatu pola tertentu. Patok-patok ini nampaknya memiliki fungsi dan arti tertentu dalam ujian yang akan dihadapi oleh Zhang Ji Long. Ruang terbuka ini adalah tempat di mana Zhang Ji Long akan diuji dalam keterampilan bertahan hidup, kemampuan membaca lingkungan, serta kreativitas dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul di alam liar. Dalam suasana alam yang damai ini, ujian ketiga Zhang Ji Long akan menguji kecakapan dan pengetahuannya dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.Wajah

DMCA.com Protection Status