"Raja... hanya dua klan yang akan menambah kekuatan pihak Kerajaan, sementara dua yang lainnya tidak dapat mengerahkan bala bantuan. Klan Shang, klan Fei, dan klan Hu sedang menuju kemari," lapor seseorang kepada Raja.Di Ibukota Kerajaan Shang ada lima klan besar, yaitu klan Shang, klan Xie, klan Dao, klan Fei, dan klan Hu."Klan Dao masih menata kembali markas dan kekuatan Mereka, semantara klan Xie, kenapa Mereka berdiam diri?" tanya Raja."Mereka telah mengirim banyak orang ke Desa dan Kota untuk membantu Kerajaan Shang menangani gerombolan pengacau," jawab orang itu.Setelah berhasil menghancurkan dan menerobos masuk, ratusan ribu pasukan Pemberontak kini bersiap menyerang puluhan ribu pasukan di pihak Kerajaan."Serang!" perintah salah satu Tetua Sekte Bayangan kematian.Lima Patriark sekte dari Aliansi Pemberontak menyaksikan jalannya pertempuran dengan senyum kemenangan.Seketika pertempuran sengit terjadi di dalam wilayah Ibukota Kerajaan Shang, beberapa warga yang tidak sempa
"Sialan, matilah Kau Patriark keparat." Mereka bertiga mulai menyerang mengeroyok Zhan Mo.Zhan Mo mulai melawan. Dia masih dapat mengimbangi tiga Tetua dari Sekte Tengkorak Hitam.Pertempuran kembali terjadi, beberapa Prajurit pihak Kerajaan masih terpaksa harus bertahan menghadapi dua sampai tiga Prajurit musuh.Prajurit dari pihak Pemberontak dan pihak Kerajaan bertempur di tengah kobaran api yang menghanguskan beberapa bangunan. Mereka mulai saling serang dan menyebar ke Penjuru Ibukota Kerajaan Shang.Beberapa Tetua sekte Aliansi Pemberontak juga mulai berhadapan dengan Patriak, Raja dan Jenderal Kerajaan, mengeroyok Mereka karena jumlah Tetua pihak musuh yang lebih banyak.Pihak Pemberontak mengerahkan kekuatan penuh, sementara pihak Kerajaan hanya mencoba melawan dengan Patriak, Tetua dan Prajurit seadanya.Raja Shang Sui di lindungi oleh Patriark klan dan lima orang Jenderal di dekatnya, Mereka melawan beberapa Tetua sekte Elang Hitam dan Sekte Ular Hitam."Raja berhati-hatila
Beberapa warga Ibukota juga melihat Liu Shin terbang dengan pedang yang menghunus ke arah langit di sinari dengan terang rembulan. Dia dan pedangnya seolah sedang menantang langit."Siapa yang terbang?" gumam Mereka."Itu ... sepertinya Aku pernah melihatnya.""Dia tidak begitu asing di mataku.""Pendekar Serigala Malam. Dia Pendekar muda yang ikut turnamen.""Dia bisa terbang, Pendekar Serigala Malam bisa terbang."Warga yang melihatnya mulai terlihat kagum dengan Liu Shin yang terbang. Mereka tidak tahu kalau Liu Shin hanya terbawa terbang oleh pedang di tangannya.Di sisi lain, Wang Bo yang membawa ratusan pasukan bersama Li Siyu juga melihat akan hal itu. Begitupun dengan Sekte Rajawali Putih yang sedang melesat ke arah lokasi pertempuran. Sekte Rajawali Putih juga merupakan salah satu dari sekte Pelindung Kerajaan Shang yang terlambat datang. Mereka membawa ribuan Pasukan melesat ke arah tempat pertempuran.Liu Shin melukai sedikit jarinya, menempelkan darah ke gagang pedang itu.
"Apa Kamu takut denganku Pak Tua?" ledek Liu Shin."Sialan, rasakan senjata mematikanku! Jerat Kematian."Shuriken besar berputar di sekeliling Chong Li. Dia menggerak-gerakkan tangannya membuat shuriken besar mengeluarkan shuriken-shuriken kecil yang melesat satu demi satu sampai ratusan ke arah Liu Shin.Mata Liu Shin yang sangat tajam, dapat dengan mudah menghindar dan menangkis shuriken-shuriken yang melesat ke segala sisinya.Beberapa Prajurit musuh maupun Kerajaan di sekitar Liu Shin terkena shuriken kecil, membuat Mereka tewas seketika dengan tubuh menghitam.Liu Shin menelan ludah melihat hal itu, "Apa Kamu menggunakan racun, Pak Tua?""Tidak ada urusannya denganmu Bocah tengik," balas Chong Li kembali mengeluarkan shuriken-shuriken kecil yang kali ini berjumlah ribuan, membombardir ke arah Liu Shin dari semua sisi."Sialan, Pak tua ini sangat licik, menyerangku dari atas. Bagaimana Aku menghadapinya?" gumam Liu Shin."Aku akan membunuhnya," ucap Zhu Lao dari cincin ruang dime
Chong Li kemudian menyuruh Tetua segera meluluh lantahkan Kerajaan dan memburu Raja Shang Sui.Wang Bo, Li Siyu dan orang-orang bertopeng berhasil sedikit membalik keadaan. Akan tetapi, jumlah musuh yang berkali lipat lebih banyak membuat Mereka dapat dengan mudah menerobos dan meluluhlantakkan gerbang Ibukota.Di udara, Patriark dan Pasukan Sekte Rajawali Putih telah di kepung oleh beberapa Tetua dan puluhan ribu pasukan Sekte Elang Hitam.Patriark Sekte Rajawali Putih terluka parah, tewas dan terjatuh dari atas langit. Bersamaan dengan hal itu, Pasukan sektenya terpaksa bergerak menjauh dari Pasukan Sekte Elang Hitam.BommmBommmBommm"Bola Api Penghancur.""Panah Api Raksasa.""Tinju Penghancur Gunung."Beberapa Tetua Sekte Elang Hitam membombardir gerbang Istana Kerajaan. Hanya butuh waktu singkat gerbang itu hancur berantakan.Ribuan anak panah api juga di lesatkan, membuat beberapa prajurit tewas dan bangunan Istana terbakar."Patriark, cepat Kalian berempat telan pil dari Mena
Raja berhasil di buat terluka parah oleh salah satu Tetua sekte pemberontak."Aku terpaksa harus melepaskan takhta ini kepada orang-orang yang keji," gumam Raja memejamkan mata, seolah akan menerima kematiannya.Seorang Tetua berniat mengarahkan tombak ke perut Raja Shang Sui. Tetapi sebelum itu di lakukan, Zhu Lao terlebih dahulu mencekik Tetua itu dan meninjunya sampai tewas seketika.Raja yang tidak kunjung mendapatkan serangan terakhir, mulai membuka mata. Dia memicingkan matanya, tidak percaya seorang Tetua yang akan mengakhiri hidupnya sudah tewas terkapar di tanah."Tuan Pendekar Serigala Malam, apa Kamu yang membunuhnya?" tanya Raja Sui.Zhu Lao tidak menghiraukan, Dia melesat ke arah Wang Bo dan Li Siyu yang juga sudah terluka cukup parah.Zhu Lao mengeluarkan pedang Serigala Malam. Secepat kilat, empat kepala Patriark pihak musuh terjatuh di tanah.Wang Bo, Li Siyu dan Raja Shang Sui sangat tercengang melihat Liu Shin. Mereka sangat kualahan bahkan hampir mati, sementara Liu
Chong Li melesat dengan sangat cepat, kabur dari arena pertempuran tanpa di sadari oleh orang-orang dari pihak Kerajaan. Mereka terfokuskan oleh Pendekar Serigala Malam dan pengejaran terhadap Prajurit musuh yang berusaha kabur.Tidak butuh waktu lama Raja menyatakan kemenangan sejenak setelah tubuh Liu Shin di ambil alih oleh Zhu Lao. Meskipun banyak korban jiwa, bangunan dan Istana hancur lebur dan terbakar, Dia masih tetap bersyukur akan hal itu atau kejahatan merajalela jika Kerajaan jatuh ke tangan Para Pemberontak yang keji.Beberapa Prajurit musuh di biarkan kabur karena Mereka sudah sangat kehabisan tenaga untuk memburu pihak musuh.Raja, Patriark sekte aliansi pelindung, Patriak dan beberapa Tetia klan mendatangi Liu Shin yang telah selesai dengan urusannya membasmi orang-orang keji."Pendekar Serigala Malam, Saya atas nama Warga Ibukota Kerajaan Shang berterimakasih sebanyak-banyaknya atas ... ""Aku harus pergi," potong Zhu Lao.Zhu Lao melesat dengan sangat cepat meninggal
Pemimpin itu kemudian menyuruh bawahannya melepaskan Liu Shin."Anak muda, darimana Kamu berasal?" tanya Pemimpin itu. Dia kemudian mempersilahkan Liu Shin untuk duduk di depannya."Kamu bisa memanggilku Sie Gong," lanjutnya memperkenalkan diri."Aku dari Kota Naga Langit," balas Liu Shin."Aku baru pernah mendengarnya, Kota macam itu?" tanya Sie Gong."Salah satu Kota di Kerajaan Senwu." balas Liu Shin."Kerajaan Shang?" Sie Gong mengerutkan keningnya."Jangan bertele-tele, Dunia apa yang Kamu tinggali?""Apa maksud Senior? tentu sama seperti dunia tempat keberadaan Kita sekarang," balas Liu Shin."Duduklah! Coba ceritakan tentang dunia di luar tempat ini? Sudah puluhan ribu tahun Kami tidak dapat keluar dari sini. Begitupun dari luar, tidak ada yang pernah masuk ke tempat ini." terang Sie Gong.Liu Shin tanpa banyak menolak kemudian mulai menceritakan sedikit tentang dunia tempatnya tinggal yang Dia ketahui.Setelah mendapatkan penjelasan dari Liu Shin, Sie Gong mulai menyadari bahw
Dengan usaha keras, Liu Shin dan Surya kelana akhirnya bisa menapak di gunung brawijaya. Mereka langsung melesat mencari keberadaan Si Mata Merah. "Siapa kalian?" tanya Si Mata Merah melihat Liu Shin dan Surya kelana. Liu Shin tidak segera membalas Si Mata Merah. Dia melihat ke altar kuno dan tidak mendapati istrinya. Sementara Surya kelana bernafas lega karena adiknya masih hidup. "Dimana istriku?" tanya Liu Shin. "Jika istrimu tidak ada, dia berarti telah dibawa oleh dewa iblis ke alam dewa," balas Si Mata Merah. Liu Shin mengepalkan tangannya, amarahnya memuncak mengetahui istrinya dibawa ke alam dewa. Tanpa banyak berkata, Liu Shin dan Surya kelana mulai menyerang Si Mata Merah. Pertempuran berlangsung sangat sengit, hingga tidak lama Liu Shin berhasil menghabisi Si Mata Merah. Namun, iblis kuno yang telah menyerap beberapa wanita dengan tubuh spesial telah bangkit dengan separuh kekuatannya. Iblis kuno kemudian turun tangan karena terganggu dengan kedatangan Liu S
Ribuan tahun yang lalu, benua malaya disebut sebagai kerajaan kuno selatan. Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh benua malaya. Kerajaan kuno selatan itulah yang terus berperang dengan benua tianlang maupun benua taishan untuk memperluas wilayah kekuasaan.Seiring dengan berjalannya waktu, perang saudara terus menerus terjadi di kerajaan kuno selatan. Kerajaan kuno selatan mulai terlupakan dan berubah nama menjadi benua malaya dengan banyak kerajaan besar maupun kecil yang berdiri tegak.Kerajaan-kerajaan di benua malaya itu tidak ubahnya seperti sekte yang memiliki aliran hitam dan putih, yaitu baik dan jahat.Si Mata Merah mengumpulkan kerajaan-kerajaan yang jahat di bawah kepemimpinan kerajaan wirasena. Dia berniat kembali menjadikan benua malaya menjadi kerajaan kuno selatan.Dalam menggapai keinginannya itu, Si Mata Merah dimanfaatkan oleh Cheng Gu, seseorang dari klan penyihir yang sempat dihabisi oleh Liu Shin.Cheng Gu menjanjikan Si Mata Merah kekuatan dahsyat sehingga mampu
Liu Shin menyimpan kristal kehidupan di cincin ruang dimensinya. Dia memikirkan cara bagaimana bisa naik ke atas gumpalan awan gunung brawijaya.“Saudaraku, apa kamu sanggup menghindari petir hitam?” tanya Liu Shin.“Meskipun harus mati, aku akan mencobanya demi adikku,” balas Surya Kelana.“Lebih baik kita menghindar terlebih dahulu dari hujan petir hitam. Kita pikirkan cara terlebih dahulu bagaimana bisa sampai ke gunung brawijaya.”“Baiklah.”Liu Shin dan Surya Kelana kemudian menjauh dari jangkauan petir hitam di atas permukaan air laut.Liu Shin melihat Surya Kelana duduk dengan posisi lotus diatas permukaan air laut dan memejamkan matanya. “Saudaraku, apa yang kamu lakukan?” tanya Liu Shin.“Aku sedang membaca beberapa kitab, siapa tahu ada yang berguna,” balas Surya Kelana.Liu Shin menyipitkan matanya. “Apa maksudmu? Aku hanya melihatmu duduk bersila tanpa melakukan apapun. Kamu juga tidak mengenakan cincin ruang dimensi sebagai tempat penyimpanan kitabmu.”“Aku tidak membutuh
“Saudaraku, lekas menjauh dari sini dan menghindar dari jangkauan hujan petir!” perintah Liu Shin kepada Surya Kelana. “Aku akan membantumu,” ujar Surya Kelana. “Ini sangat berbahaya, biarkan aku menghadapinya seorang diri,” balas Liu Shin. Liu Shin menyadari jika area untuk memasuki gunung brawijaya sangat sukar untuk ditembus. Mau tidak mau dia harus melawan kepiting raksasa dan membinasakannya. Kepiting raksasa tidak akan membiarkan seorangpun mencapai gunung brawijaya di wilayah kekuasaannya di permukaan air laut. Sementara itu, awan yang sangat besar tempat keberadaan gunung brawijaya bergemuruh sangat keras dan terus menghujani Liu Shin dan Surya Kelana dengan petir hitam. Dari pengamatan Liu Shin, gunung brawijaya menolak siapapun yang akan memasukinya dengan formasi ataupun fenomena alam yang ada disekitarnya. “Dua orang akan lebih mudah menghadapinya, aku bisa mengalihkan perhatiannya,” Surya Kelana memaksa untuk ikut menghadapi kepiting raksasa. “Baiklah,” balas Liu S
"Hmmm ... gunung brawijaya? gunung itu sangat sulit ditemukan," balas manager paviliun."Berapa harga yang harus kami bayar?" tanya Liu Shin."Ini bukan masalah harga, paviliun kami juga kekurangan informasi tentangnya.""Lalu, informasi apa yang paviliun ketahui? Aku akan membayarnya dengan harga yang pantas," balas Liu Shin kemudian mengambil ribuan koin emas dan meletakkannya di atas meja dihadapan manager paviliun."Anak muda ... masukkan kembali uangmu! Bagaimana jika kita saling bertukar informasi? Kamu tidak perlu membayarnya."Liu Shin mengerutkan alis. "Apa maksudmu?""Gunung brawijaya merupakan tempat paling mengerikan di benua ini, sangat mustahil dimasuki manusia biasa. Hanya orang-orang dengan kekuatan layaknya dewa yang bisa memasukinya. Jika kamu berhasil memasukinya, aku ingin kamu memberikan informasi tentang apa saja yang ada di gunung tersebut. Bagaimana menurutmu?""Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempat ini setelah urusanku selesai di gunung brawijaya,"
Setelah cukup lama bertarung, Liu Shin akhirnya bisa melumpuhkan Cheng Gu. Liu Shin memaksa Cheng Gu untuk memberikan informasi padanya, tapi Cheng Gu tidak mau mengakui apapun. Liu Shinpun akhirnya membunuh Cheng Gu. Liu Shin melanjutkan perjalanannya di wilayah kekuasaan kerajaan wirasena untuk mencari gunung brawijaya. Dia mencari informasi selama beberapa hari di kota ataupun desa namun tidak kunjung juga mengetahui dimana letak keberadaan gunung brawijaya. “Kemana aku bisa menemukan keberadaan gunung brawijaya? Sial, aku lupa bertanya letak gunung brawijaya kepada pendekar buta.” Liu Shin terlihat frustasi kerena tidak menemukan keberadaannya. Saat Liu Shin sedang melesat terbang, dia melihat pemuda yang sedang di keroyok oleh dua orang. Liu Shin mengamati pertarungan yang tidak seimbang tersebut. Setelah memastikan pemuda yang sedang dikeroyok tidak bersalah, Liu Shinpun akhirnya membantunya. “Saudara, biarkan aku menolongmu,” ujar Liu Shin mengagetkan pemuda yang sedang di
“Anak muda, kamu benar-benar arogan.” Wusss Orang itu melesat turun ke tanah untuk menyerang Liu Shin. “Tinju Macan Api.” Bummmm Liu Shin berhasil menghindar dari serangan orang itu. Serangan tinju orang itu sangat dahsyat mengenai tanah, membuat tanah menjadi sebuah kawah yang sangat besar. “Orang ini begitu kuat, aku harus waspada,” gumam Liu Shin. “Kembalilah ke kerajaan manggala atau aku akan membunuhmu.” Orang misterius itu kembali mengancam Liu Shin. “Aku tidak akan kembali sampai aku menemukan Si Mata Merah,” jawab Liu Shin. “Jadi, kamu mencari Si Mata Merah? Langkahi dulu mayatku,” ujar orang misterius tersebut. “Siapa kamu?” tanya Liu Shin. “Karena kamu akan mati, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku Cheng Gu dari klan penyihir dunia atas.” “Jadi, kamu adalah seseorang yang memburu Ratu Siluman Rubah? Kenapa kamu melindungi kerajaan wirasena dan apa hubunganmu dengan Si Mata Merah?” “Itu tidak ada urusannya denganmu,” jawab Cheng Gu. Pertempuran sengitpun terjadi
Setelah selesai makan di kedai arak, Liu Shinpun pergi dari kota kalageni untuk melanjutkan perjalanan menuju kerajaan wirasena. Dalam perjalanannya, Liu Shin melihat puluhan petapa suci melesat terbang dengan sangat cepat menuju ke arah timur. “Mau kemana orang-orang tersebut?” gumam Liu Shin. Liu Shin yang penasaran mengikuti petapa-petapa suci itu. Para Petapa ternyata menuju ke sebuah lembah yang bernama lembah hitam. Di lembah itu, sudah berkumpul sekitar ratusan petapa suci lainnya. Liu Shin bersembunyi di dahan sebuah pohon dan mengamati Para Petapa. Para Petapa terlihat berkumpul di depan sebuah pintu portal yang ada di lembah itu. Tidak lama kemudian, pintu portal terbuka dan petapa-petapa itu memasuki pintu. “Ada apa di balik pintu portal itu? Aku ikuti saja mereka.” Liu Shin mengikuti petapa-petapa suci masuk ke sebuah portal. Portal itu membawa Liu Shin menuju ke sebuah tempat yang tampak seperti labirin. “Apa yang sesungguhnya mereka cari di tempat seperti ini?” Tr
“Tunggu anak muda! Apa kamu yakin bisa mengalahkan Si Mata Merah?”“Sejujurnya, aku mungkin belum mampu mengalahkannya, oleh karenanya istriku berhasil dibawa kabur oleh Si Mata Merah ke benua ini. Namun, aku tidak ingin berlama-lama karena kedua istriku mungkin dalam bahaya,” balas Liu Shin.“Kalau begitu, aku akan mengajarimu sedikit cara bagaimana mengalahkannya. Aku sudah sangat hafal dengan jurus dan tekniknya. Apa kamu tertarik? Aku juga sudah lama menyimpan dendam dengannya dan ingin membunuhnya.”“Baiklah kalau tuan pendekar buta bersedia,” jawab Liu Shin.“Tutup matamu!” perintah Pendekar Buta.Kekuatan Si Mata Merah sangat mengerikkan. Hanya dengan menatap matanya, seseorang akan menjadi patung. Oleh karenanya, Pendekar Buta bermaksud mengajari Liu Shin bagaimana cara bertarung menggunakan insting dan pendengarannya.Liu Shin tanpa ragu menutup matanya. Mereka lalu berlatih tanding tanpa penglihatan, membuat Liu Shin selalu terkena pukulan tongkat sakti milik Si Pendekar Bu