Tangan Yu Zhen bergetar saat meraih surat yang sekarang tertangkap basah oleh ayahnya. Ia membacanya dengan saksama dan benar-benar menyadari sesuatu. "Ini ... mengapa jadi seperti ini?" Yu Zhen tak percaya."Sekarang, apa lagi yang akan kamu jelaskan pada ayah dan ibumu, Zhen'er?"Yu Zhen masih bingung hingga tak menyahuti pertanyaan Yu Shan. Wajahnya yang pias sekarang menjadi merah padam akibat marah. Namun soalnya, ia bahkan tidak dapat membuktikan apa pun tentang kebenaran isi suratnya.Jika diperhatikan sekilas, tulisan di surat ini sedikit mirip dengan gaya tulisannya. Walaupun Yu Zhen tidak begitu pandai dalam ketrampilan seni menulis, tapi setidaknya dia melakukannya dengan cukup baik."Ini jelas bukan aku!" Yu Zhen berseru dalam hati dengan rasa masygul. "Aku merasa tidak menulis semua yang tertera di sini." "Yang kukatakan adalah penundaan, tapi mengapa jadi surat pembatalan?" pikir Yu Zhen dengan perasaan janggal. "Ayah, aku bisa menjelaskan ...." "Cukup! Sebaiknya kamu
Mendengar pertanyaan yang menyerupai tuduhan tersebut, Shen Xu dengan kesal memukulkan ujung selendang birunya ke punggung Guo Yan. "Mencuri? Apakah aku harus berlaku seperti itu hanya untuk memberi imbalan kepada seseorang?""Aku tidak mencuri dari ayahku dan untuk apa merasa sayang? Aku tidak tertarik dengan ilmu-ilmu semacam itu." Shen Xu memutar-mutar selendangnya. "Buku itu adalah hadiah pada saat aku berulang tahun. Sayang sekali, itu hanya bagian pertamanya. Bagian lain disimpan oleh gadis jelek itu."Guo Yan merasa sedikit bersalah. "Kalau begitu, maafkan aku, Shen Xu!" "Maafkan aku juga." Xiao Si Tian juga merasa bersalah."Mmhh." Shen Xu hanya bergumam kecil."Oh ya, kamu bilang tadi kalau buku ini hanya bagian pertamanya dan bagian lain dibawa oleh Shen Ji. Meski tak sempurna, tapi setidaknya aku memilikinya dan pasti akan aku pelajari." Xiao Si Tian merasa puas dan langsung menyimpan buku tersebut di balik pakaiannya. "Terima kasih, Shen Xu!" "Sama-sama." Shen Xu lalu dud
Yu Zhen merasa kesal sendiri hingga rahangnya mengatup rapat. Namun, sepertinya pria pelukis tampak sekali tak memedulikan perubahan cuaca di wajah orang lain yang sudah menjadi sewarna abu. "Lihatlah, Zhen'er. Bagaimana, apakah ada yang janggal?" Yu Ling merentangkan selembar kipas yang telah dia lukis dengan indahnya. Beberapa kalimat kata juga tertera di sana."Hmmm." Pandangan mata Yu Zhen langsung jatuh menimpa benda di tangan Yu Ling, kakaknya.Yu Zhen menatap goresan tinta hitam yang ditulis membentuk serangkai sajak sederhana. Tidak terlalu puitis, tetapi itu seperti gambaran perasaan penapak kuasnya.Yu Zhen merasa janggal. Mengapa rasa-rasanya seperti ada yang tidak benar, tetapi juga bukanlah hal yang salah?Yu Ling tak sabar dalam menunggu komentar adiknya, sedangkan orang yang ditunggu dengan sikap santai meletakan ujung jari telunjuknya di dagunya sendiri.Yu Zhen hanya berdecak kagum dalam hati. Karena jika disuarakan, maka orang di sampingnya bisa saja menjadi besar k
"Kamu baru saja memberiku semangat dan sekarang kamu mencibirku lagi!" Yu Ling memukulkan kipas pada lengan Yu Zhen dengan perasaan kesal.Yu Zhen hanya mengusap bekas pukulan dari kakaknya dengan santai tanpa ekspresi apa pun. Matanya yang tajam berbulu lentik melirik dengan sinis ke arah sang kakak.Yu Zhen tersenyum tipis, sedikit mengejek kakaknya. "Dasar lemah! Pukulanmu ini bahkan tidak bisa untuk membunuh nyamuk sekalipun." "Kamu!" Yu Ling menunjuk dengan kesal, rasa hatinya terasa sedikit panas.Dia segera meletakkan dengan tergesa-gesa kipas merah muda di atas meja, kemudian pemuda itu bangkit dari duduknya, dan menerkam sang adik.Mendengar desir angin akibat gerakan Yu Ling, Yu Zhen lantas memiringkan sedikit tubuhnya ke arah samping sambil tersenyum mencibir. Kecepatan gerak menghindar Yu Zhen membuat Yu Ling hanya menangkap udara kosong, sehingga dia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Yu Ling pun jatuh menabrak sebuah kursi kayu, hingga kursi dan tubuh pemuda itu sama-sam
Yu Shan menatap istrinya dengan pandangan tak senang. Permasalahan ini sudah membuat rasa hatinya sangat tidak enak terhadap Keluarga Shen. Bagaimana mungkin ia memiliki wajah jika dia bertemu dengan Shen Ming nantinya."Bagaimana aku tidak marah? Dia telah mempermalukanku! Apa kata mereka dan apa yang akan terjadi jika perjanjian itu dibatalkan?" Yu Shan bertanya dengan berang. Kekecewaan jelas tergambar di wajah tampan Yu Shan yang sesekali berubah warna sesuai dengan perasaan hatinya. Jia Mi bungkam. Ia memang tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya. Namun sebagai seorang ibu, rasa khawatir begitu mencengkeram hatinya saat ini. Pada akhirnya dia memilih untuk diam, meski perasaan dalam dada bagaikan diamuk badai."Sudahlah. Sebaiknya kamu tidak ikut campur dalam urusan ini. Aku tahu dia anakmu, tapi dia juga adalah anakku dan kehormatan keluarga kita terletak padanya." Yu Shan sendiri sebenarnya tengah dilanda rasa bingung bercampur marah. "Menurutmu, apa yang harus aku lakukan
Pria itu menatap lekat wajah anak keduanya dengan mata memerah. Dia mengibaskan secara kasar pegangan Jia Mi hingga terlepas.Jia Mi sedikit terhuyung ke belakang, tetapi dia masih dapat berseru, "Zhen'er, cepat lakukan sebelum ayahmu semakin marah!" Yu Zhen pun menuruti apa kata sang ibu dia segera bergerak hendak memeluk kaki Yu Shan, tetapi Yu Shan merasa muak dan tidak ingin disentuh oleh anak yang sudah dianggap menjatuhkan harga diri dan martabat Keluarga Yu."Ayah, Maafkan aku! Aku tak bermaksud mempermalukan Ayah dan Ibu! Aku-aku hanya ...."Belum sempat kata-kata Yu Zhen selesai, sebuah tamparan keras kembali mendarat di pipi Yu Zhen hingga pemuda itu terbatuk akibat tersedak darah dari pipi dalamnya yang pecah."Kakak Shan, tolong jangan tampar dia. lagi!" Jia Mi menjerit keras sambil menangis. "Diam! Ini juga akibat dari tindakanmu yang terlalu memanjakannya! Lihat dia sekarang! Dia sudah seperti menjatuhkan wajah ayahnya sendiri ke dalam kolam tinja!" Yu Shan kian berang
"Pantas saja dia tidak mau menikah dengan Ji'er-ku. Dia bahkan tumbuh lebih tampan dari ayahnya. Rasanya memang terlalu egois jika aku terus berharap dia mau menikahi Ji'er," gumam Shen Ming dalam hati."Benar, Adik Ming. Anak inilah yang telah dengan lancang diam-diam mengirimkan surat itu padamu." Yu Shan berkata dengan penuh penyesalan. "Akulah yang tidak dapat mendidik dan mendisiplinkannya dengan baik, sehingga dia bertindak kurang ajar terhadap Nona Kedua Shen.""Tidak! Itu bukan aku!" Hati Yu Zhen berteriak. Ia sungguh ingin mengatakan hal yang sesungguhnya.Shen Ming menarik napas, dan berusaha menenangkan hatinya yang memang sedang merasakan kesedihan atas surat penolakan dari pemuda ini."Zhen'er, segera minta maaf kepada Paman Ming!" Suara keras Yu Shan cukup mengagetkan Yu Zhen."Oh!" Yu Zhen sampai tergagap akibat kaget. Namun ia segera mengepalkan tangannya. "Baik, Ayah." Yu Zhen lantas menghadap Shen Ming, melakukan gongshou sambil membungkuk hormat dan berucap, "Salam
Meskipun sangat berat hati, akhirnya Shen Ming menganggukkan kepala dan berucap dengan nada lirih. "Baiklah, paman tak keberatan sama sekali dengan permohonanmu itu. Paman juga menyadari akan keadaan anak paman yang tak sebanding denganmu, Zhen'er," "Jika demikian, aku akan memberi waktu untukmu selama tiga tahun. Kamu sempurnakanlah ilmu yang sedang kamu pelajari. Baru setelah itu, datanglah padaku untuk menentukan hari yang baik, dan aku akan menikahkan kamu dengan anakku." Shen Ming berucap dengan suara lembut, arif dan bijaksana."Bagaimana, apakah kamu menyetujuinya, Kakak Shan?" Shen Ming menoleh ke arah Yu Shan yang sekarang sikapnya terlihat lebih baik."Aku serahkan semua urusan itu padamu, Adik Ming. Aku hanya ingin perjanjian itu terlaksana, keluarga kita bersatu dan terhindar dari malapetaka." Jawaban Yu Shan benar-benar semakin membuat Yu Zhen hancur berkeping-keping. "Terima kasih atas kemurahan hati Paman dan Ayah. Zhen'er baru bisa merasa lega sekarang." Yu Zhen menge
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi