Home / Pendekar / Legenda Pendekar Pedang Ganda / 47. Teknik Menyerap Ingatan

Share

47. Teknik Menyerap Ingatan

last update Huling Na-update: 2024-02-14 06:24:55

Pria tawanan sekarang terkulai tak berdaya dalam cengkraman kuat tangan Qing Yuan yang sedang menerapkan teknik Ilmu Penyerap Ingatan. Jangankan memberontak, bahkan untuk menggerakkan jari saja terasa sangat sulit.

Detik berikutnya, terdengarlah jeritan panjang si tawanan yang diteruskan oleh erangan-erangan kacau dari mulutnya.

Namun, semua itu tidak membuat Qing Yuan menghentikan penerapan Ilmu Penyerap Ingatan. Suatu teknik ilmu mengerikan yang bisa menghancurkan organ dalam seseorang.

Kelopak mata Qing Yuan perlahan tertutup dan semua orang di sana tidak ada yang menyadari akan adanya selarik cahaya merah kecil baru saja keluar dari ruang di antara kedua alis pemuda itu.

Sinar merah sebesar biji buah persik itu melesat cepat, menembus kening si tawanan dan mulai menjelajah ke dalam ruang kesadarannya.

Cahaya merah tersebut adalah salah satu serpihan roh milik Qing Yuan yang sengaja dilepaskan untuk menjelajahi ruang ingatan seseorang. Teknik ini terbilang cukup berbahaya, jika itu dilakukan melampaui batas waktu yang sudah ditentukan.

Risiko dari orang yang menerapkan ilmu ini, dia bisa kehilangan kesadaran. Bahkan jika terlambat barang sedikit saja, kemungkinan serpihan roh si penerap terancam tidak dapat kembali ke tubuh aslinya.

Namun, Qing Yuan adalah Yang Yuan, orang yang tidak pernah takut apa pun demi mendapatkan keinginannya. Dia termasuk pemuda dengan gejolak hasrat membara dan tidak mudah menyerah begitu saja hanya karena kendala kecil.

Panas menyengat menyebar di telapak tangan Qing Yuan, membuat pria tawanan menjerit kesakitan akibat kulit kepalanya terasa terbakar, perih tak terkira hingga masuk ke dalam ruang otaknya.

Pria tawanan malang itu sekarang dalam keadaan setengah sadar dan selebihnya seperti di ambang pintu kematian.

Qing Yuan memang sedang berusaha menembus ruang kesadaran milik si pria tawanan, dan ingatan pria itu sekarang terlihat di penglihatan mata batinnya.

Pertama-tama dalam bayang kesadarannya, Qing Yuan hanya melihat kegelapan di mana-mana. Tak ada setitik pun cahaya penerang dan tempatnya berada seperti di tengah kabut pekat yang terus bergerak berputaran.

Anehnya, meskipun ini adalah ruang kesadaran. Alam di mana ingatan manusia terkumpul membentuk lautan memori. Namun, di sini semuanya tampak kosong dan hanya diselimuti oleh kabut gelap.

Tidak ada bayangan kenangan hidup, tiada secercah pun cahaya semangat yang tersirat. Ingatan pemilik ruang kesadaran ini seperti hilang, atau tepatnya dihilangkan oleh suatu kejanggalan.

"Hmm, kesadaran orang ini sepertinya memang sudah disusupi oleh sejenis ilmu hitam untuk mengendalikan pikiran seseorang," gumam serpihan jiwa Qing Yuan sambil melihat sekelilingnya yang gelap. "Sebaiknya aku coba terus menembus masuk ke dalam pusat kegelapan. Siapa tahu ada sesuatu yang bisa menjadi petunjuk."

Cahaya merah serpihan roh Qing Yuan melesat ke suatu arah, terkadang berputar, berkeliling dan berhenti secara mengambang di kehampaan.

Cahaya serpihan roh itu lalu membentuk sosok tubuh Qing Yuan yang samar dan melayang-layang di udara hampa pada ruang kesadaran pria tawanan. Cukup lama bayangan roh Qing Yuan mencari, dan akhirnya dia pun menemukan suatu hal yang membuatnya terkejut.

"Tempat apa ini?" tanya serpihan roh Qing Yuan sambil memasuki sebuah padang rumput yang menghampar di tengah hutan. Bisa dikatakan, ini adalah satu-satunya tempat di mana masih ada secercah ingatan milik pria tawanan.

Sepertinya, ingatan ini terjadi dan terekam setelah teknik Ilmu Pencucian Otak diterapkan. Sebuah metode mengerikan yang diterapkan pada diri seseorang demi mengendalikan orang lain dalam suatu ajaran aliran sesat.

Di sana terdapat banyak orang berpakaian serba hitam dengan topeng dan caping bambu tampak tengah berlutut di belakang punggung seseorang yang cukup misterius.

"Siapa orang itu?" Serpihan roh kesadaran Qing Yuan bertanya, saat melihat sesosok bayangan manusia berbalut pakaian serba ungu tampak berdiri membelakangi pasukan berpakaian serba hitam tersebut.

"Apakah dia ini adalah tuan mereka?"

Samar namun pasti, Qing Yuan seperti mendengar suara dari arah kerumunan tersebut. Suara itu terasa asing, dah bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali.

"Kali ini aku menugaskan kalian untuk mengacaukan apa pun yang dilakukan oleh Kelompok Topeng Iblis, memburu dan menangkap pemimpinnya, hidup atau mati!"

Serpihan roh Qing Yuan terkejut. Namun, dia tak dapat berbuat apa pun. Sosok pria berjubah ungu itu seperti dikelilingi oleh aura jahat yang sangat kental, sehingga sangat sulit untuk ditembus ataupun disentuh.

"Bangsat! Beraninya kau memerintahkan hal itu pada mereka!" Serpihan roh Qing Yuan melesat cepat ke arah kerumunan pria-pria bercaping bambu yang masih terus berlutut.

Jika tidak mengeluarkan suara, mungkin mereka semua tampak bagaikan barisan arca batu yang tak bergerak sama sekali. Anehnya, barisan itu seperti tidak merasakan jika ada seseorang yang sedang menerobos dan menerjang dengan kemarahan luar biasa.

Qing Yuan mencoba untuk menyerang dengan melayangkan tinju ke arah kepala pria berjubah ungu yang membuat emosinya meledak.

Namun, sekuat apa pun dia menyerang, pukulannya tak dapat mengenai sosok pria berjubah ungu tersebut. Bahkan pukulannya seperti hanya menembus angin dan sia-sia di udara.

Serpihan roh Qing Yuan menggeram marah dan itu membuat tubuh utamanya bergetar hebat disertai keringat yang bercucuran.

"Ketua, apa yang terjadi dengan Anda?" seru Qing Sha disertai kekhawatiran yang terbayang jelas di matanya.

Qing Sha menjadi panik, tapi dia pun tak bisa berbuat apa pun dan tak berani menganggu. Dia terlalu takut untuk berbuat kesalahan yang mungkin akan mencelakakan tuannya.

Ekspresi wajahnya bahkan menjadi sangat buruk dan rasanya ingin membunuh saja pria tawanan yang sedang ditahannya.

Sementara itu, kawan-kawannya yang lain tengah sibuk mengeksekusi para tawanan yang rencananya mayat-mayat mereka akan dikirim ke Sekte Puncak Barat sebagai surat tantangan terbuka.

Di dalam ruang kesadaran pria tawanan, Qing Yuan kembali mendengar pria berjubah ungu berkata memerintah dengan suara dingin, tegas dan datar.

Suara itu seperti tidak memiliki belas kasih serta terdengar seperti mengandung tekanan dendam yang sangat kuat.

"Dan ingatlah oleh kalian semua. Aku berjanji, bagi siapa pun yang berhasil mendapatkan kepala Yang Yuan, murid utama si keparat Yang Hua dari Sekte Lembah Kegelapan, maka imbalan besar akan kalian dapatkan dariku."

"Siap, Tuan Muda!" sahut para pria berjubah hitam yang sedang berlutut.

"Bajingan ini, beraninya mengatai laoshi dengan kata keparat!" Serpihan roh Qing Yuan semakin merasa marah, bahkan sangat marah. "Dan dia bahkan menginginkan kepalaku!"

Akan tetapi, Qing Yuan hanya dapat terus menahannya sekuat tenaga, atau jiwanya saat ini bisa terguncang dan meledak akibat serangan emosinya sendiri.

Sosok pria berjubah ungu terlihat berjalan pergi menjauh tanpa sedikit pun menolehkan wajah ke belakang. Dia sangat misterius dan membuat suasana hati Qing Yuan semakin kacau.

"Qing Fuyu, Yang Yuan dan Yang Hua, yang kuinginkan hanyalah membuat keluarga kalian hancur sebelum kalian semua mati mengenaskan!" Suara seruan pria berjubah ungu itu terdengar semakin samar tapi sangat menyakitkan bagi Qing Yuan.

"Hahahaha!"

Tawa panjang pria berjubah ungu sayup-sayup terdengar dari kejauhan dan membuat Qing Yuan bertambah marah.

"Yang Yuan, tunggulah saat mu tiba!"

"Hahahaha!"

Kaugnay na kabanata

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   48. Salah Orang?

    Akibat emosi yang terus meledak-ledak, segelombang terjangan kekuatan bagai menghempas terbang serpihan roh Qing Yuan hingga melesat keluar dari dahi si pria tawanan dan kembali secara paksa ke dalam tubuhnya. "Sial! Siapa orang itu!" jerit Qing Yuan yang tiba-tiba saja tersentak bangun dengan wajah pucat disertai keringat bercucuran. Pemuda itu bahkan sampai terhuyung ke arah belakang sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak. "Ketua!" Tanpa memedulikan apa pun, Qing Sha langsung menjatuhkan tubuh pria tawanan hingga ambruk ke atas antai beralas jerami. Tangan pria itu berhasil menyambar tubuh dan menahan badan tuannya yang nyaris terjatuh. Qing Yuan linglung untuk sejenak, untuk kemudian ia menatap Qing Sha seperti melihat musuh yang sangat dia benci. Tangan pemuda itu secara tanpa sadar mencengkeram kerah baju bawahannya yang sedang tak kalah kebingungan."Kamu! Kamu menginginkan kepalaku dan juga nyawa kedua orang tuaku!" Qing Yuan membentak. "Tidak!" Qing Sha mengg

    Huling Na-update : 2024-02-15
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   49. Memang Sudah Gila

    Yu Zhen menghampiri sang kakak dan mencengkeram kuat lengan kanan Yu Ling dengan wajah memerah karena marah. Pemuda itu tahu, jika kakaknya adalah seorang peminum berat yang sangat sulit untuk disembuhkan."Mei'er, ini sakit!" Yu Ling menepis dengan kasar tangan adiknya. "Tak seharusnya kau berlaku kasar terhadap tuan muda ini!""Mei'er! Mei'er ... cepat peluk aku! Aku sungguh merindukanmu. Tidak melihatmu sehari saja, rasanya itu bagai seratus tahun." Yu Ling bergerak sempoyongan dan memeluk adiknya yang ia lihat seperti Qi Mei, kekasihnya. "Aku takut, Mei'er. Aku takut saat seratus tahun kemudian ... rambutmu sudah serupa bunga kapas. Aku takut melihat kulitmu yang lembut itu, nantinya jadi mengkeriput seperti kulit kura-kura." Yu Ling masih meracau dengan mata sedikit memerah dan setengah terbuka.Tangan Yu Ling mulai bergerak nakal ke wajah Yu Zhen. Terkadang mencubit pipinya, menarik ujung hidung hingga hendak mencium sang adik. Tak bisa dipungkiri, Yu Zhen pun merasa tertekan o

    Huling Na-update : 2024-02-17
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   50. Penolakan

    Pintu terbuka akibat tertabrak tubuh Yu Ling yang seketika jatuh terjerembab di hadapan kedua orang tuanya. Yu Zhen melakukannya dengan sengaja melakukannya guna memberikan pelajaran bagi sang kakak.Yu Ling terkapar di lantai sambil meringis kesakitan, sedangkan Yu Zhen berdiri tegak dan tampak angkuh. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Mata elang dengan alis pedang milik pemuda itu sangat dingin tanpa bekas kasih."Zhen'er! Ling'er!" Jia Mi terpekik.Yu Shan dan Jia Mi yang sedang duduk menunggu kedatangan mereka berdua di ruangan itu pun menjadi terkejut bukan kepalang. Jia Mi sampai merasa hendak pingsan akibat terkejut hingga darah di tubuhnya serasa berhenti mengalir. Wanita itu memegang dada, seakan takut jika jantungnya melompat pergi. Yu Ling berusaha untuk bangkit, tetapi pinggangnya terasa sangat sakit hingga dia pun kembali terjatuh. Yu Shan dengan wajah marah berseru, "Ling'er! Jaga sopan santunmu!"Yu Shan mengira jika Yu Ling menabrak pintu akibat pengaruh mab

    Huling Na-update : 2024-02-17
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   51. Sangat Kecewa

    "Kamu bahkan belum melihatnya lagi semenjak hari itu, lalu bagaimana bisa dengan mudahnya kamu bilang tidak suka?" bertanya sang ibu sambil balas menatap Yu Ling."Tidak suka, ya tidak suka!" Yu Ling merasa sangat kesal dan mengibaskan tangannya dengan kasar. "Aku tidak mau!"Suasana yang tadinya hangat pun seketika menjadi kacau. Dua pasang manusia terus bertahan dalam kepentingannya masing-masing dan tak ada yang ingin menyerah. Yu Zhen memutuskan untuk bangkit dan berlutut di hadapan Yu Shan setelah menyimpan gulungan berharga itu di atas meja."Ayah, maafkan Zhen'er! Untuk sekarang, anak tidak berbakti ini tidak dapat menikahi gadis mana pun. Zhen'er masih harus menyelesaikan pelatihan ilmu yang masih dalam tahap penyelesaian." Ada nada memohon dalam suara Yu Zhen. "Ayah, Laoshi mengatakan, jika aku menyentuh seorang wanita sebelum ilmu yang sedang kupelajari selesai dengan sempurna. Maka ilmu yang telah aku latih sebelumnya akan hilang dan usahaku selama ini akan menjadi sia-si

    Huling Na-update : 2024-02-19
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   52. Sama-sama Gila

    "Kalau begitu cepatlah pergi! Aku tak sanggup mengejarnya." Yu Ling berkata sambil mengibaskan tangannya dan masih bersandar pada dinding."Baiklah, Tuan Muda Pertama." Huan Li mengepalkan kedua tangannya dan membungkuk."Hexia, kamu jagalah tuan muda." Huan Li berpesan."Baik." Wang Hexia mengangguk dan langsung menghampiri Yu Ling. Huan Li sendiri segera pergi menyusul Yu Zhen yang berlari cepat ke suatu arah.Wang Hexia lalu mengajak anak majikannya seraya memapah Yu Ling. "Tuan Muda, sebaiknya sekarang Anda kembali. Nyonya sangat khawatir dengan kepergian Anda berdua.""Baiklah." Yu Ling menyetujui. Dia pun berjalan kembali ke wisma dengan dibantu oleh Wang Hexia."Bocah bau itu tampaknya sangat marah kali ini." Yu Ling berkata pelan. "Aku khawatir kalau dia akan berbuat yang tidak-tidak.""Mungkin Tuan Muda Kedua masih belum dapat menerima keputusan Tuan Besar Yu. Memang tidak mudah melakukan hal yang tidak kita kehendaki." "Kamu pikir aku juga bisa menerima keputusan pria tua i

    Huling Na-update : 2024-02-21
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   53. Apa Salahnya Mencoba?

    Tangan Yu Zhen menangkup, menutupi wajahnya guna meredam gejolak jiwa yang sedang sangat terguncang. Kekecewaan terhadap garis nasibnya sungguh menjadikan pemuda itu kian menyesali kenyataan, jika dia adalah tuan muda kedua Keluarga Yu yang seharusnya mendapat segala sesuatu tanpa kesulitan. "Aku hanya ingin menjadi orang bebas tanpa beban semacam itu." Mata Yu Zhen menghangat dan hidungnya terasa asam. Aliran air mata pun meluruh lepas tak dapat dikendalikan lagi. Meskipun dia adalah seorang praktisi seni bela diri yang cukup tangguh, tetapi hatinya tetaplah terdiri dari segumpal daging dan darah yang akan merasa sakit jika terluka.Hati yang berdarah di dalam sana memang tak ada yang mengetahui selain daripada dirinya sendiri dan Sang Pencipta. Mungkin dengan menjatuhkan air mata, setidaknya ada beban yang sedikit terangkat.Siapa bilang seorang pria tidak boleh menangis?Akibat terlampau larut dalam kekalutan, Yu Zhen sampai tidak menyadari akan adanya beberapa sosok pria tiba d

    Huling Na-update : 2024-02-24
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   54. Sehelai Surat Petaka

    Meskipun Huan Li tidak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh sang tuan, tapi dirinya tidak banyak bertanya. Bagi pria muda itu, yang terpenting sekarang Yu Zhen sudah bersedia pulang kembali ke kediaman Keluarga Guo dan menghadiri acara perjamuan. Pengawal lain segera melaporkan perihal Yu Zhen kepada orang tuanya, sedangkan Huan Li terus mengikuti tuannya.Dikarenakan malam nanti adalah puncak acara dan Yu Zhen tak ingin menunda hal yang ingin dia lakukan. Yu Zhen sekarang terlihat sibuk di kamar yang ditempati bersama dengan sang kakak.Pemuda itu duduk sambil memegang pena celup dan tampak mulai menuliskan kalimat demi kalimat pada sehelai kertas sambil membacanya berulang kali. Saking seriusnya, terkadang ia tampak mengerutkan alis, memicingkan mata atau meremas kertas yang baru saja ia tulisi dan melemparkannya secara sembarangan, lalu menulis ulang hingga berulang kali.Huan Li yang setia menemani Yu Zhen sampai berulang kali menggelengkan kepala sambil terus menghaluskan batu

    Huling Na-update : 2024-02-25
  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   55. Barang Curian?

    Tangan Yu Zhen bergetar saat meraih surat yang sekarang tertangkap basah oleh ayahnya. Ia membacanya dengan saksama dan benar-benar menyadari sesuatu. "Ini ... mengapa jadi seperti ini?" Yu Zhen tak percaya."Sekarang, apa lagi yang akan kamu jelaskan pada ayah dan ibumu, Zhen'er?"Yu Zhen masih bingung hingga tak menyahuti pertanyaan Yu Shan. Wajahnya yang pias sekarang menjadi merah padam akibat marah. Namun soalnya, ia bahkan tidak dapat membuktikan apa pun tentang kebenaran isi suratnya.Jika diperhatikan sekilas, tulisan di surat ini sedikit mirip dengan gaya tulisannya. Walaupun Yu Zhen tidak begitu pandai dalam ketrampilan seni menulis, tapi setidaknya dia melakukannya dengan cukup baik."Ini jelas bukan aku!" Yu Zhen berseru dalam hati dengan rasa masygul. "Aku merasa tidak menulis semua yang tertera di sini." "Yang kukatakan adalah penundaan, tapi mengapa jadi surat pembatalan?" pikir Yu Zhen dengan perasaan janggal. "Ayah, aku bisa menjelaskan ...." "Cukup! Sebaiknya kamu

    Huling Na-update : 2024-02-27

Pinakabagong kabanata

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   118. TIGA HARI PENENTUAN (TAMAT)

    Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   117. Pikiran Kotor

    Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   116. Gagal Berduel

    Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   115. Pedang Ganda Ada Dua Pasang?

    Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   114. Dia Tahu Namaku?

    Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   113. Salah Paham

    "Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   112. Menyiksa Yu Zhen

    Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   111. Mainan Bagus

    "Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   110. Yang Shui Bimbang

    Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi

DMCA.com Protection Status