Pintu terbuka akibat tertabrak tubuh Yu Ling yang seketika jatuh terjerembab di hadapan kedua orang tuanya. Yu Zhen melakukannya dengan sengaja melakukannya guna memberikan pelajaran bagi sang kakak.Yu Ling terkapar di lantai sambil meringis kesakitan, sedangkan Yu Zhen berdiri tegak dan tampak angkuh. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Mata elang dengan alis pedang milik pemuda itu sangat dingin tanpa bekas kasih."Zhen'er! Ling'er!" Jia Mi terpekik.Yu Shan dan Jia Mi yang sedang duduk menunggu kedatangan mereka berdua di ruangan itu pun menjadi terkejut bukan kepalang. Jia Mi sampai merasa hendak pingsan akibat terkejut hingga darah di tubuhnya serasa berhenti mengalir. Wanita itu memegang dada, seakan takut jika jantungnya melompat pergi. Yu Ling berusaha untuk bangkit, tetapi pinggangnya terasa sangat sakit hingga dia pun kembali terjatuh. Yu Shan dengan wajah marah berseru, "Ling'er! Jaga sopan santunmu!"Yu Shan mengira jika Yu Ling menabrak pintu akibat pengaruh mab
"Kamu bahkan belum melihatnya lagi semenjak hari itu, lalu bagaimana bisa dengan mudahnya kamu bilang tidak suka?" bertanya sang ibu sambil balas menatap Yu Ling."Tidak suka, ya tidak suka!" Yu Ling merasa sangat kesal dan mengibaskan tangannya dengan kasar. "Aku tidak mau!"Suasana yang tadinya hangat pun seketika menjadi kacau. Dua pasang manusia terus bertahan dalam kepentingannya masing-masing dan tak ada yang ingin menyerah. Yu Zhen memutuskan untuk bangkit dan berlutut di hadapan Yu Shan setelah menyimpan gulungan berharga itu di atas meja."Ayah, maafkan Zhen'er! Untuk sekarang, anak tidak berbakti ini tidak dapat menikahi gadis mana pun. Zhen'er masih harus menyelesaikan pelatihan ilmu yang masih dalam tahap penyelesaian." Ada nada memohon dalam suara Yu Zhen. "Ayah, Laoshi mengatakan, jika aku menyentuh seorang wanita sebelum ilmu yang sedang kupelajari selesai dengan sempurna. Maka ilmu yang telah aku latih sebelumnya akan hilang dan usahaku selama ini akan menjadi sia-si
"Kalau begitu cepatlah pergi! Aku tak sanggup mengejarnya." Yu Ling berkata sambil mengibaskan tangannya dan masih bersandar pada dinding."Baiklah, Tuan Muda Pertama." Huan Li mengepalkan kedua tangannya dan membungkuk."Hexia, kamu jagalah tuan muda." Huan Li berpesan."Baik." Wang Hexia mengangguk dan langsung menghampiri Yu Ling. Huan Li sendiri segera pergi menyusul Yu Zhen yang berlari cepat ke suatu arah.Wang Hexia lalu mengajak anak majikannya seraya memapah Yu Ling. "Tuan Muda, sebaiknya sekarang Anda kembali. Nyonya sangat khawatir dengan kepergian Anda berdua.""Baiklah." Yu Ling menyetujui. Dia pun berjalan kembali ke wisma dengan dibantu oleh Wang Hexia."Bocah bau itu tampaknya sangat marah kali ini." Yu Ling berkata pelan. "Aku khawatir kalau dia akan berbuat yang tidak-tidak.""Mungkin Tuan Muda Kedua masih belum dapat menerima keputusan Tuan Besar Yu. Memang tidak mudah melakukan hal yang tidak kita kehendaki." "Kamu pikir aku juga bisa menerima keputusan pria tua i
Tangan Yu Zhen menangkup, menutupi wajahnya guna meredam gejolak jiwa yang sedang sangat terguncang. Kekecewaan terhadap garis nasibnya sungguh menjadikan pemuda itu kian menyesali kenyataan, jika dia adalah tuan muda kedua Keluarga Yu yang seharusnya mendapat segala sesuatu tanpa kesulitan. "Aku hanya ingin menjadi orang bebas tanpa beban semacam itu." Mata Yu Zhen menghangat dan hidungnya terasa asam. Aliran air mata pun meluruh lepas tak dapat dikendalikan lagi. Meskipun dia adalah seorang praktisi seni bela diri yang cukup tangguh, tetapi hatinya tetaplah terdiri dari segumpal daging dan darah yang akan merasa sakit jika terluka.Hati yang berdarah di dalam sana memang tak ada yang mengetahui selain daripada dirinya sendiri dan Sang Pencipta. Mungkin dengan menjatuhkan air mata, setidaknya ada beban yang sedikit terangkat.Siapa bilang seorang pria tidak boleh menangis?Akibat terlampau larut dalam kekalutan, Yu Zhen sampai tidak menyadari akan adanya beberapa sosok pria tiba d
Meskipun Huan Li tidak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh sang tuan, tapi dirinya tidak banyak bertanya. Bagi pria muda itu, yang terpenting sekarang Yu Zhen sudah bersedia pulang kembali ke kediaman Keluarga Guo dan menghadiri acara perjamuan. Pengawal lain segera melaporkan perihal Yu Zhen kepada orang tuanya, sedangkan Huan Li terus mengikuti tuannya.Dikarenakan malam nanti adalah puncak acara dan Yu Zhen tak ingin menunda hal yang ingin dia lakukan. Yu Zhen sekarang terlihat sibuk di kamar yang ditempati bersama dengan sang kakak.Pemuda itu duduk sambil memegang pena celup dan tampak mulai menuliskan kalimat demi kalimat pada sehelai kertas sambil membacanya berulang kali. Saking seriusnya, terkadang ia tampak mengerutkan alis, memicingkan mata atau meremas kertas yang baru saja ia tulisi dan melemparkannya secara sembarangan, lalu menulis ulang hingga berulang kali.Huan Li yang setia menemani Yu Zhen sampai berulang kali menggelengkan kepala sambil terus menghaluskan batu
Tangan Yu Zhen bergetar saat meraih surat yang sekarang tertangkap basah oleh ayahnya. Ia membacanya dengan saksama dan benar-benar menyadari sesuatu. "Ini ... mengapa jadi seperti ini?" Yu Zhen tak percaya."Sekarang, apa lagi yang akan kamu jelaskan pada ayah dan ibumu, Zhen'er?"Yu Zhen masih bingung hingga tak menyahuti pertanyaan Yu Shan. Wajahnya yang pias sekarang menjadi merah padam akibat marah. Namun soalnya, ia bahkan tidak dapat membuktikan apa pun tentang kebenaran isi suratnya.Jika diperhatikan sekilas, tulisan di surat ini sedikit mirip dengan gaya tulisannya. Walaupun Yu Zhen tidak begitu pandai dalam ketrampilan seni menulis, tapi setidaknya dia melakukannya dengan cukup baik."Ini jelas bukan aku!" Yu Zhen berseru dalam hati dengan rasa masygul. "Aku merasa tidak menulis semua yang tertera di sini." "Yang kukatakan adalah penundaan, tapi mengapa jadi surat pembatalan?" pikir Yu Zhen dengan perasaan janggal. "Ayah, aku bisa menjelaskan ...." "Cukup! Sebaiknya kamu
Mendengar pertanyaan yang menyerupai tuduhan tersebut, Shen Xu dengan kesal memukulkan ujung selendang birunya ke punggung Guo Yan. "Mencuri? Apakah aku harus berlaku seperti itu hanya untuk memberi imbalan kepada seseorang?""Aku tidak mencuri dari ayahku dan untuk apa merasa sayang? Aku tidak tertarik dengan ilmu-ilmu semacam itu." Shen Xu memutar-mutar selendangnya. "Buku itu adalah hadiah pada saat aku berulang tahun. Sayang sekali, itu hanya bagian pertamanya. Bagian lain disimpan oleh gadis jelek itu."Guo Yan merasa sedikit bersalah. "Kalau begitu, maafkan aku, Shen Xu!" "Maafkan aku juga." Xiao Si Tian juga merasa bersalah."Mmhh." Shen Xu hanya bergumam kecil."Oh ya, kamu bilang tadi kalau buku ini hanya bagian pertamanya dan bagian lain dibawa oleh Shen Ji. Meski tak sempurna, tapi setidaknya aku memilikinya dan pasti akan aku pelajari." Xiao Si Tian merasa puas dan langsung menyimpan buku tersebut di balik pakaiannya. "Terima kasih, Shen Xu!" "Sama-sama." Shen Xu lalu dud
Yu Zhen merasa kesal sendiri hingga rahangnya mengatup rapat. Namun, sepertinya pria pelukis tampak sekali tak memedulikan perubahan cuaca di wajah orang lain yang sudah menjadi sewarna abu. "Lihatlah, Zhen'er. Bagaimana, apakah ada yang janggal?" Yu Ling merentangkan selembar kipas yang telah dia lukis dengan indahnya. Beberapa kalimat kata juga tertera di sana."Hmmm." Pandangan mata Yu Zhen langsung jatuh menimpa benda di tangan Yu Ling, kakaknya.Yu Zhen menatap goresan tinta hitam yang ditulis membentuk serangkai sajak sederhana. Tidak terlalu puitis, tetapi itu seperti gambaran perasaan penapak kuasnya.Yu Zhen merasa janggal. Mengapa rasa-rasanya seperti ada yang tidak benar, tetapi juga bukanlah hal yang salah?Yu Ling tak sabar dalam menunggu komentar adiknya, sedangkan orang yang ditunggu dengan sikap santai meletakan ujung jari telunjuknya di dagunya sendiri.Yu Zhen hanya berdecak kagum dalam hati. Karena jika disuarakan, maka orang di sampingnya bisa saja menjadi besar k
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi