Wu Long berdiri di atas altar Desa Matahari yang telah memancarkan sinar terang. Ia memandang ke arah puncak gunung tempat sosok besar dengan mata merah menatapnya dari kejauhan. Kuno Tian berdiri di sisinya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.“Penguasa Kegelapan adalah entitas yang hampir tak terkalahkan,” ujar Kuno Tian. “Ia adalah perwujudan kegelapan murni, dan ia akan menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya. Wu Long, kau harus bersiap.”Wu Long mengangguk, menggenggam erat Seruling Bambu Putih yang telah menjadi kunci kekuatannya selama ini. “Aku sudah siap, Kuno Tian. Dunia ini tidak akan jatuh ke dalam kegelapan selamanya.”Wu Long menuju puncak gunung, tempat Penguasa Kegelapan berdiri menunggu. Sepanjang jalan, kegelapan terasa semakin pekat, seperti menggigit ke dalam jiwa. Tanah di sekitarnya retak dan bergetar, angin bertiup dengan bisikan menakutkan, dan suara gemuruh terdengar dari kejauhan.Setibanya di puncak, Wu Long menemukan dirinya dihadapkan
Setelah mengalahkan Penguasa Kegelapan, Wu Long kembali ke Desa Matahari bersama Kuno Tian. Desa itu perlahan-lahan pulih dari kehancuran. Pohon-pohon mulai menghijau, udara yang sebelumnya berat kini terasa segar, dan para penduduk yang bersembunyi mulai keluar dari persembunyian mereka.Namun, meskipun suasana mulai tenang, Wu Long tidak bisa menghilangkan perasaan was-was yang menghinggapi dirinya. Serpihan bayangan terakhir Penguasa Kegelapan yang melarikan diri terus membayangi pikirannya.“Apa yang kau pikirkan, Wu Long?” tanya Kuno Tian, yang duduk di samping altar utama desa.“Kegelapan itu belum sepenuhnya lenyap,” jawab Wu Long sambil memandang ke kejauhan. “Aku merasa ini hanya awal dari sesuatu yang lebih besar.”Kuno Tian mengangguk pelan. “Penguasa Kegelapan adalah ancaman besar, tetapi ia bukan satu-satunya. Dunia ini menyimpan banyak rahasia, dan kau baru saja membuka salah satunya. Bersiaplah, Wu Long. Tantangan yang lebih berat mungkin ada di depan.”Sementara itu, k
Wu Long berdiri tegap, meskipun udara di Dimensi Bayangan terasa semakin menyesakkan. Dengan Seruling Bambu Putih di tangannya, ia memanggil kekuatan elemen yang telah menyatu di dalam dirinya. Naga Putih berputar di udara, memancarkan cahaya terang yang tampak menembus kegelapan di sekitar mereka.Penguasa Bayangan tertawa keras, suaranya menggema di seluruh dimensi. “Kau mungkin memiliki kekuatan elemen, tetapi di dunia ini, kegelapan adalah rajanya. Bersiaplah untuk hancur, Wu Long.”Dari bayang-bayang, Penguasa Bayangan menciptakan makhluk-makhluk mengerikan berbentuk serigala hitam dengan mata merah menyala. Mereka bergerak cepat, menyerang Wu Long dan sekutunya dari segala arah.Raja Void, dengan kekuatan elemen anginnya, menciptakan pusaran badai untuk menahan serangan makhluk-makhluk bayangan. “Wu Long! Aku akan menahan mereka. Fokus pada Penguasa Bayangan!”Wu Long mengangguk, lalu mengarahkan Seruling Bambu Putih ke arah Penguasa Bayangan. Ia meniup seruling itu, menghasilka
Wu Long yang kembali ke Desa Matahari dibuat terkejut dengan kondisi Desa Matahari.Desa Matahari yang dahulu damai kini menjadi puing-puing, hanya menyisakan bau hangus dan abu yang beterbangan. Penduduk desa yang selamat menceritakan sosok Lie Wei, pria yang seharusnya telah tewas bertahun-tahun lalu. Kini ia kembali dengan julukan Iblis Phoenix Hitam, kekuatannya jauh melampaui yang pernah mereka ketahui.Bahkan kuat dugaan kalau Lie Wei juga sebenarnya yang telah menghancurkan Desa Matahari sebelumnya.Wu Long berdiri di tepi desa, memandangi kehancuran yang ditinggalkan Lie Wei. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, tetapi satu hal jelas—Lie Wei bukan lagi manusia biasa. Shun Ming, yang telah lama menyelidiki rahasia Desa Matahari, mendekat dengan ekspresi serius."Kekejamanmu akan segera berakhir, Lie Wei! Aku menyesal tidak memastikan kematianmu saat itu sehingga kamu bisa kembali dan menghancurkan desa kelahiranku! Aku tidak akan mengampunimu!"Rasa geram dan kemarahan yang
Setibanya di Pegunungan Api Merah, Wu Long merasakan tekanan energi yang luar biasa. Di puncak salah satu gunung, ia melihat sosok Lie Wei berdiri dikelilingi api yang berkobar. Tubuhnya tampak seperti menyatu dengan nyala api, dan sayap phoenix hitam menjulang di punggungnya.Api yang berkobar di sekujur tubuh Lie Wei juga berwarna hitam dan menebarkan panas yang melebihi api biasa.“Wu Long,” suara Lie Wei bergema, penuh kebencian dan kekuatan. “Kau datang untuk menghentikanku? Terlambat. Dunia ini akan tunduk pada kekuatanku.”Wu Long berdiri tegap, sorot matanya penuh tekad. “Lie Wei, apa yang kau lakukan ini hanya akan membawa kehancuran. Aku tidak akan membiarkanmu merusak keseimbangan dunia.”Lie Wei tertawa dingin. “Keseimbangan? Dunia ini tidak butuh keseimbangan. Hanya yang terkuat yang layak bertahan. Dan aku adalah yang terkuat!”Lie Wei menyerang lebih dulu, meluncurkan bola api raksasa yang panasnya cukup untuk melelehkan batu. Wu Long menghindar dengan kecepatan luar bi
Wu Long, menyadari bahaya yang mendekat, memainkan nada dari Seruling Bambu Putih. Dari seruling tersebut, muncul seekor naga biru bercahaya yang menyerang phoenix api Lie Wei. Kedua makhluk itu bertabrakan di udara, menciptakan ledakan energi yang mengguncang bumi.Lie Wei tidak berhenti di situ. Dengan gerakan tangannya, ia memanggil teknik baru: "Inferno Abadi", di mana bola-bola api hitam melayang di sekelilingnya sebelum meledak satu per satu ke arah Wu Long. Wu Long segera merapal jurus "Tameng Elemen Cahaya", menciptakan dinding pelindung yang memantulkan sebagian besar serangan Lie Wei, meskipun beberapa ledakan berhasil menggores tubuhnya.Wu Long melompat maju, mengayunkan tangannya untuk memanggil "Lima Elemen Surgawi". Elemen Api, Air, Angin, Tanah, dan Logam bergabung menjadi pusaran energi yang melesat ke arah Lie Wei. Phoenix hitam Lie Wei menahan serangan itu dengan paruhnya, tetapi kekuatan serangan Wu Long membuatnya mundur beberapa langkah.“Kau tidak buruk, Wu Long
Lie Wei jatuh ke tanah, tubuhnya mulai hancur, namun tawa penuh dendam masih terdengar. “Wu Long, meskipun kau telah menang, ingatlah ini: kegelapan tidak pernah benar-benar lenyap. Akan selalu ada yang mencoba menggantikan aku.”Wu Long mendekati tubuh Lie Wei, mengamati musuh lamanya yang kini hanya tinggal bayangan dari kekuatan yang pernah dimilikinya. “Aku akan menjaga keseimbangan dunia ini. Tidak akan ada lagi tempat bagi kegelapan seperti milikmu, Lie Wei.”Lie Wei tertawa untuk terakhir kali sebelum tubuhnya benar-benar menghilang dalam semburan api hitam, meninggalkan sebuah simbol berbentuk phoenix di tanah. Wu Long tahu ini bukan hanya akhir dari Lie Wei, tetapi juga peringatan akan tantangan yang mungkin muncul di masa depan.Setelah pertarungan selesai, Wu Long kembali ke altar Desa Matahari, di mana Shun Ming dan Kuno Tian telah menunggunya. Shun Ming tersenyum tipis. “Kau berhasil, Wu Long. Dunia ini aman untuk sementara waktu.”Kuno Tian memandangi Wu Long dengan keba
Wu Long melangkah pelan memasuki gerbang besar Nirvana Surgawi. Udara di sekelilingnya beraroma bunga melati dan dupa, memancarkan kedamaian yang biasa ia rindukan. Gerbang itu sendiri menjulang tinggi, terbuat dari giok hijau dengan ukiran naga dan burung phoenix yang tampak hidup ketika cahaya menyentuhnya. Di atas gerbang, bendera-bendera sutra berwarna emas dan biru berkibar lembut diterpa angin.Di dalamnya, Nirvana Surgawi tampak seperti dunia yang dibuat dari mimpi. Langitnya selalu berwarna biru jernih tanpa awan, dengan sinar matahari keemasan yang memancar lembut, tak pernah terlalu terik. Padang rumput yang luas terbentang dihiasi bunga-bunga liar berwarna-warni, sementara sungai-sungai berair jernih mengalir dengan suara gemericik yang menenangkan. Pohon-pohon sakura berdiri megah di sepanjang jalan, bunga-bunganya yang merah muda dan putih berguguran seperti salju setiap kali angin berembus.Di kejauhan, terlihat istana-istana megah yang tampaknya terbuat dari kristal, de
Desa Rembulan, yang dulunya muram akibat kehancuran oleh Phoenix Iblis, kini bersinar kembali berkat bantuan dari Perguruan Matahari dan Rembulan. Hari ini, desa yang biasanya sepi itu dipenuhi keceriaan dan tawa penduduknya.Di sudut-sudut desa, aroma masakan menggoda tercium dari dapur-dapur rumah. Para ibu sibuk menyiapkan berbagai hidangan lezat, wajah mereka berseri-seri saat mencicipi masakan. Anak-anak berlarian riang, tertawa lepas, sementara para pria menghias jalanan dengan lentera warna-warni, menciptakan suasana meriah yang belum pernah dirasakan sebelumnya.Keramaian ini bukan tanpa alasan. Para pendekar dari Benua Andalas dan Benua Empat Elemen berdatangan, memenuhi desa untuk menghadiri pernikahan Pendekar Naga Putih, yang juga dikenal sebagai Pendekar Seruling Bambu Putih, serta Pendekar Pedang Matahari dan Rembulan. Wu Long, yang kini menjadi sosok ternama di Benua Andalas, menarik perhatian banyak praktisi bela diri yang ingin menyaksikan hari bahagianya.Di tengah ke
Dalam sekejap, transformasi Wu Long pun terjadi. Tubuhnya bergetar hebat, seolah tersambar energi purba yang mengalir deras dalam nadinya. Kulitnya mulai berubah, berkilauan putih keperakan yang memantulkan cahaya bulan, dan sisik-sisik halus muncul di lengannya. Dengan raungan yang menggelegar, Wu Long berubah menjadi Naga Putih, makhluk legendaris yang pernah hanya ada dalam dongeng. Di udara, bayang-bayang tubuh raksasa itu menyapu langit, menantang nasib dengan aura keagungan yang mempesona.Tak jauh dari sana, Phoenix Iblis—makhluk dengan tubuh berselimut api hitam dan mata menyala merah—menyaksikan perubahan itu dengan tatapan penuh amarah. Suara sayapnya mengibas keras, mengirimkan gelombang panas yang menyambar, seolah menolak kehadiran Naga Putih yang kini menaklukkan kegelapan malam. Tanpa ragu, kedua kekuatan kuno itu pun bertabrakan di angkasa.Pertempuran di antara awan mulai bergemuruh. Naga Putih menghembuskan semburan embun beku yang membeku segala yang disentuhnya, me
Malam itu, langit di atas Desa Phoenix Merah tampak pekat, seolah ditelan kegelapan. Angin menderu di antara pepohonan, menerbangkan debu dan dedaunan kering, membawa serta firasat buruk yang menggantung di udara. Para penjaga di menara dan gerbang utama menggenggam erat senjata mereka, merasakan sesuatu yang tak biasa. Namun, mereka tidak mengetahui bahwa di balik bayangan pepohonan yang menjulang, puluhan sosok bergerak dalam keheningan, mata mereka penuh tekad dan tangan menggenggam senjata tajam. Pasukan Aliansi Pendekar Putih telah bersiap.Wu Long mengangkat tangannya perlahan, memberi isyarat. Bayangan-bayangan di sekitarnya segera berpencar. Tim pertama, yang dipimpin oleh lima pendekar terbaik dari Perguruan Pedang Patah, bergerak seperti bayangan malam. Nafas mereka nyaris tak terdengar, langkah kaki mereka menyatu dengan kegelapan. Dalam sekejap, seorang penjaga di menara sinyal api tersentak, matanya membelalak sebelum pedang melintasi tenggorokannya. Darah hangat mengalir
Malam itu, di Desa Rembulan, pusat pergerakan Aliansi Pendekar Putih, udara dipenuhi ketegangan yang membara. Angin malam berembus membawa aroma tanah basah dan asap dari obor-obor yang menyala di sepanjang jalan utama desa. Aula besar yang terbuat dari kayu jati tua bergetar oleh langkah-langkah tegas para pendekar dari keempat perguruan yang telah bersatu. Mereka duduk mengelilingi meja panjang yang penuh dengan peta, sketsa formasi, serta gulungan laporan dari mata-mata yang telah menyusup ke Desa Phoenix Merah. Wu Long berdiri tegap di tengah ruangan, sorot matanya tajam menelusuri wajah-wajah penuh tekad di sekelilingnya. Suaranya dalam dan tegas ketika ia berbicara, "Kita telah mengumpulkan kekuatan dari Perguruan Pedang Patah, Tapak Sakti, Cakar Tengkorak, dan Jari Sakti. Namun, menghadapi Phoenix Iblis Lie Wei bukanlah tugas mudah. Kita harus memiliki strategi yang matang." Shun Ming, seorang ahli taktik dari Perguruan Matahari dan Rembulan, menatap peta yang tergelar di meja
Wu Long, Shun Ming, dan Diao Chan duduk mengelilingi meja kayu di dalam pondok sederhana. Peta besar terbentang di atas meja, menampilkan lokasi perguruan-perguruan yang mereka rencanakan untuk direkrut dalam perlawanan melawan Phoenix Iblis Lie Wei.Langkah Pertama : Perguruan Pedang Patah di Kota Bintang"Perguruan Pedang Patah dikenal dengan teknik pedang mereka yang tak tertandingi," kata Shun Ming sambil menunjuk lokasi Kota Bintang di peta. "Namun, mereka terkenal menjaga netralitas dan jarang terlibat dalam konflik antar perguruan."Wu Long mengangguk. "Kita harus meyakinkan mereka bahwa ancaman Lie Wei tidak hanya terhadap beberapa perguruan, tetapi terhadap seluruh dunia persilatan."Diao Chan menambahkan, "Mungkin kita bisa menunjukkan bukti kekejaman Lie Wei di Desa Rembulan untuk menggugah hati mereka."Dengan rencana tersebut, ketiganya berangkat menuju Kota Bintang. Setibanya di sana, mereka disambut oleh suasana kota yang ramai, dengan para pedagang dan pendekar berlalu
Shun Ming menatap Wu Long dengan tatapan tajam, alisnya sedikit berkerut, seolah mencoba menebak siapa gadis cantik yang berdiri di samping kekasihnya. Udara di antara mereka terasa tegang, seakan waktu berhenti sejenak.Wu Long menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara pelan namun tegas, "Shun Ming, aku baru saja dari Desa Rembulan sebelum datang ke sini untuk menemuimu."Sebelum Shun Ming sempat merespons, gadis di samping Wu Long melangkah maju. Dengan senyum lembut namun mata yang penuh keyakinan, dia berkata, "Kak Shun Ming, aku sudah mengetahui hubungan kalian sebagai kekasih. Perkenalkan, aku adalah Diao Chan, kekasih Wu Long dari kehidupan sebelumnya di Dunia Atas Nirvana Surgawi, sebelum ia terlahir kembali ke dunia fana ini."Glek!Wu Long menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Kejujuran Diao Chan yang tiba-tiba membuatnya cemas, terutama karena mereka sangat membutuhkan bantuan Shun Ming. Dia melirik ke arah Shun Ming, mencoba membaca ekspresi di wajahnya ya
Wu Long menatap tajam ke arah kedua murid senior yang kini terhuyung mundur. Si wajah berbintik, dengan pedang terhunus, tampak ragu sejenak sebelum kembali menyerang. Namun, dengan gerakan lincah, Wu Long menghindar dan memberikan tamparan keras ke pipi lawannya.PLAAK!Si wajah berbintik terjatuh, pedangnya terlepas dari genggaman. Sementara itu, si gempal yang masih terkejut dengan tamparan sebelumnya, mencoba bangkit dan menyerang dari belakang. Namun, Wu Long sudah mengantisipasinya. Dengan cepat, ia memutar tubuh dan menendang perut si gempal, membuatnya terjatuh kembali."Beraninya kalian menghina tamuku!" Tiba-tiba terdengar suara berat dan berwibawa. Dari arah gerbang perguruan, muncul seorang gadis cantik dengan jubah putih bersih, wajahnya memancarkan ketegasan. Dia adalah Shun Ming, pemimpin Perguruan Matahari dan Rembulan.Kedua murid yang tergeletak di tanah segera mengenali suara itu. Dengan wajah pucat, mereka berusaha bangkit dan berlutut di hadapan Shun Ming."Ketua.
Kabut tipis menyelimuti reruntuhan Desa Rembulan. Asap masih mengepul dari puing-puing hangus yang tersisa, menyebarkan aroma kayu terbakar yang menusuk hidung. Angin membawa bisikan duka dari rumah-rumah yang kini hanya tinggal arang."Siapa yang melakukan ini semua, Wu Long?" tanya Putri Diao Chan dengan suara bergetar, matanya menyapu kehancuran di sekeliling mereka.Wu Long mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Matanya yang tajam menyiratkan kemarahan yang bergejolak di dadanya. "Siapapun yang melakukannya... harus membayar dengan nyawanya! Aku curiga ini perbuatan Lie Wei!" katanya, suaranya dingin seperti bilah pedang yang baru diasah. "Sepertinya dia bangkit kembali, seperti phoenix yang muncul dari abu."Diao Chan menoleh, alisnya berkerut. "Tapi... kenapa ia membakar Desa Rembulan?"Wu Long menarik napas dalam sebelum menjawab. "Ia menyimpan dendam kesumat padaku. Gadis yang ia cintai memilihku sebagai kekasihnya."Sejenak, Diao Chan terdiam. Meski telah menerima kenyataan,
Langit senja membentang luas, menyajikan perpaduan warna ungu yang bercampur jingga di cakrawala, seolah melukiskan keindahan terakhir sebelum malam menelan dunia. Namun, keindahan itu tak mampu menutupi bau pahit dari kayu yang terbakar dan daging yang hangus. Udara berat dengan abu yang melayang-layang, menyelubungi Desa Rembulan yang kini hanya tersisa puing dan arang.Wu Long melangkah perlahan, butiran debu dan serpihan bara terangkat setiap kakinya menyentuh tanah. Jubahnya berkibar dihembus angin yang dingin dan menyusup hingga ke tulang. Matanya menyapu pemandangan mengerikan di depannya—rumah-rumah yang hancur, tiang-tiang kayu yang masih berderak perlahan sebelum ambruk, dan kehampaan yang lebih menyakitkan dari suara jerit kesakitan.Tidak ada suara tawa anak-anak yang dulu bermain di jalanan, tidak ada pedagang yang sibuk menawarkan barang dagangan mereka. Desa ini, yang seharusnya penuh dengan kehidupan, kini menjadi kuburan tanpa nisan.Di sisinya, Putri Diao Chan menutu