Tuan Luo Ming menepati janjinya untuk mengantar Wu Long menuju Kota Galaksi. Bahkan pelayanannya termasuk mencarikan tempat penginapan yang layak untuk ditempati sesuai kondisi keuangan Wu Long.Kota Galaksi bagaikan kota mimpi saat Wu Long memasukinya. Kota ini sangat maju dan sangat berbeda dengan kota lainnya. Bahkan penerangan sudah tidak menggunakan lilin lagi karena kota yang memiliki air terjun raksasa ini memanfaatkan energi dari air terjun untuk menyalakan lampu-lampu yang menerangi kota."Bagaimana Tuan Long Wu? Menakjubkan sekali bukan Kota Galaksi ini? Mereka memiliki teknologi yang hebat tapi tidak membagikan ilmu mereka terhadap kota lainnya. Semua menjadi rahasia bagi mereka sendiri."Wu Long sangat mengagumi Kota Galaksi yang bagaikan mimpi baginya. Kota yang mungkin hanya ada di dalam angan-angan karena kecanggihan kota ini jauh meninggalkan kota-kota di sekitarnya. "Wah! Aku sampai tidak bisa berkata-kata ... ternyata ada kota sehebat ini di Benua Langit terutama di
"Seharusnya kami yang bertanya kepada Tuan Muda ... apa yang Tuan Muda inginkan dari kami?" balas Xiao Fen sambil tertawa kecil dengan tangan mungilnya menutupi mulutnya yang sedang menertawakan Wu Long."Aku? aku tidak tahu apa yang aku inginkan dari kalian?" jawab Wu Long."Hihihi ... Tuan Muda terlalu polos!" ucap Xiao Fen dengan manjanya."Kita bincang-bincang saja ya ..." Wu Long tidak tahu harus berbuat apa, sehingga menawari Xiao Fen untuk sekedar berbincang saja."Bagaimana pendapat Tuan Muda tentang Kota Galaksi?" tanya Xiao Fen saat keduanya sedang duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar."Kota yang hebat dan banyak sekali tempat hiburan di sini," ujar Wu Long."Aku belum tahu nama Tuan Muda? Apa Tuan Muda ini pendekar, bangsawan atau kultivator?" tanya Xiao Fen. "aku memberi tiga pilihan itu karena Tuan Luo Ming hanya berurusan dengan tiga profesi di atas.""Aku hanya pedagang biasa yang melintas di kota ini. Namaku Long Wu," jawab Wu Long berhati-hati. Dia baru keluar
"Kamu mau makan di mana, Xiao Fen?" tanya Wu Long begitu mereka sudah berada di jalanan Kota Galaksi.Hari masih pagi sekali. Udara dingin yang bertiup membuat Wu Long agak kedinginan, tapi tidak dengan Xiao Fen. Gadis ini sangat lincah menyusuri jalan utama di Kota Galaksi yang tidak pernah tidur ini.."Ada satu kedai makanan yang sangat terkenal di kota Galaksi ini, bagaimana kalau kita ke sana saja?" ajak Xiao Fen."Terserah kamu saja! Asal makanannya enak, aku ikut saja!" ujar Wu Long. Dia benar-benar ingin menikmati suasana kota yang indah."Aku jamin kamu pasti akan tambah lagi apabila telah menyicipi masakan dari kedai makanan ini!" ujar Xiao Fen dengan yakinnya."Aku jadi penasaran!" ucap Wu Long sambil tetap waspada mengawasi sekelilingnya. Sewaktu-waktu pemburu pusaka keramat bisa hadir dan memaksanya menyerahkan seruling bambu putih miliknya."Kedai makananya tidak jauh dari tempat penginapan, ayo kita ke sana, Tuan Muda!" Xiao Fen menarik tangan Wu Long tanpa malu-malu me
"Aku akan memberitahumu pada saat yang tepat, Tuan Long! Sekarang yang perlu kamu ketahui, kalau aku melindungimu dan tidak bermaksud jahat padamu!" seru Xiao Fen. Dia masih harus menghindari serangan si brewok tanpa berusaha menyerang kepala gerombolan ini."Kalian tunggu apa lagi? Tangkap gadis brengsek ini!" perintah si brewok kepada anak buahnya.Belum sempat anak buah si brewok maju, mereka sudah terpental oleh serangan jarak jauh."Siapa yang berani ikut campur urusanku!" teriak si brewok yang terkejut melihat anak buahnya berjatuhan begitu saja oleh serangan sosok yang tidak kelihatan.Zhou Shen juga terkejut melihat begitu mudahnya anak buah si brewok ini berjatuhan oleh serangan yang bahkan penyerangnya belum kelihatan sama sekali."Berani mengacau di kota Galaksi, hukumannya adalah kematian!"Terdengar suara yang menggelagar dari jarak jauh disertai munculnya sosok pria yang berumur sekitar tiga puluhan di hadapan si brewok."Kamu tidak terluka, Xiao Fen?" tanya pria ini sam
"Apa kamu ingin segera masuk ke Perguruan Pedang Bintang?" tanya Xiaofen sambil menikmati mi panas di kedai sederhana itu. Aroma kuah mi yang menggoda memenuhi udara, menciptakan suasana hangat di tengah malam yang dingin."Kalau bisa sih secepatnya," sahut Wu Long dengan penuh semangat. "Aku ingin segera mencari pembunuh orangtuaku dengan bekal ilmu pedang yang lumayan hebat!"Xiaofen mengangguk sambil tersenyum. "Zhang Yun bisa membuatmu masuk ke dalam Perguruan Pedang Bintang dengan mudah!" kata Xiaofen lagi, namun wajahnya menyimpan misteri yang tak terpecahkan.Wu Long memperhatikan ekspresi Xiaofen, merasa ada sesuatu yang disembunyikan. "Apa kita bisa menemuinya sekarang? Lebih cepat kan lebih baik!"Xiaofen meletakkan sumpitnya dan menatap Wu Long dengan tatapan serius. "Aku akan mengantarmu menemui Zhang Yun, tapi aku ingin kita bermalam untuk satu malam lagi di penginapan sebelum kamu masuk ke Perguruan Pedang Bintang. Bagaimana menurutmu?"Wu Long ragu sejenak, tapi rasa pe
Keesokan harinya, Xiaofen dan Wu Long berangkat menuju Perguruan Pedang Bintang. Setelah pertemuan dengan Zhang Yun, Wu Long merasa semangatnya semakin membara. Mereka berjalan menyusuri jalanan kota hingga tiba di gerbang besar Perguruan Pedang Bintang yang megah.Gerbang besar itu terbuat dari kayu jati yang kokoh, dihiasi ukiran naga yang tampak hidup. Xiaofen mengetuk pintu besar itu, dan seorang murid perguruan membukakan pintu dengan hormat."Selamat datang di Perguruan Pedang Bintang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya murid itu dengan sopan."Kami ingin bertemu dengan Ketua Zhing Yin," kata Xiaofen tegas. "Kami sudah membuat janji."Murid itu mengangguk dan mempersilakan mereka masuk. Mereka dibawa ke aula utama perguruan, tempat di mana seorang gadis cantik jelita dengan rambut panjang hitam pekat sedang berlatih dengan pedangnya. Gerakannya anggun namun mematikan, menunjukkan keahlian yang luar biasa."Ketua Zhing Yin," kata murid yang mengantar mereka, "ini tamu yang ingin be
Dengan tekad yang bulat, Wu Long bersiap untuk menghadapi ujian pertama. Xiaofen memberinya bekal makanan dan pakaian hangat untuk perjalanan ke Lembah Es. Perjalanan itu cukup jauh, dan Wu Long tahu bahwa dia harus menghemat energi serta mempersiapkan dirinya secara mental dan fisik.Setelah beberapa hari perjalanan melewati pegunungan dan hutan lebat, Wu Long akhirnya tiba di Lembah Es. Udara di sana sangat dingin, dan angin kencang yang menusuk tulang membuatnya merasakan betapa beratnya ujian ini."Ini hanya permulaan," gumam Wu Long pada dirinya sendiri, menggigil saat ia mulai berjalan menuju pusat lembah.Hari-hari pertama di Lembah Es sangat sulit. Setiap gerakan terasa berat, dan suhu yang ekstrem membuat tubuhnya lelah lebih cepat. Namun, Wu Long terus berlatih teknik pedang yang telah dia pelajari, bergerak dengan gigih meskipun tubuhnya semakin lemah.Pada hari ketiga, Wu Long mulai merasa lebih terbiasa dengan dinginnya Lembah Es. Dia menemukan sebuah gua kecil yang bisa
Wu Long merasakan aliran energi dalam tubuhnya yang mulai berdenyut kembali, mengisi setiap inci otot dan tulangnya dengan kekuatan yang perlahan bangkit dari dalam, meski tidak sebanding dengan masa kejayaannya sebagai seorang Immortal. Ilmu Pedang Bintang yang ia kuasai, seakan menari di antara helai angin dan gemerlap bintang, memulihkan dirinya setelah ditinggalkan oleh Naga Putih, yang pernah menjadi pelindungnya.Di sisi lain, Zhing Yin, dengan lembutnya perasaannya yang semakin mendalam, tak mampu menahan getaran hati yang semakin kuat terhadap Wu Long. Setiap kali mereka bersama, pesona pemuda itu kian merasuk dalam sanubarinya, hingga akhirnya, suatu malam yang tenang, di bawah cahaya bulan yang redup, Zhing Yin memberanikan diri untuk bertanya dengan suara selembut embun pagi, "Wu Long... apakah kau menyukaiku?"Kata-kata itu seketika mengguncang Wu Long. Dia tak menduga Zhing Yin, seorang pemimpin Perguruan Pedang Bintang yang dihormati, akan menyatakan perasaannya dengan b
Benua Empat Elemen adalah daratan yang luar biasa, dipenuhi dengan keajaiban dan kekuatan elemen purba: api, angin, air, dan tanah. Keempat negara besar di benua ini saling menjaga keseimbangan dengan perjanjian yang telah bertahan selama ratusan tahun. Namun, tanda-tanda kehancuran mulai muncul ketika sebuah meteor misterius jatuh di pusat benua, membawa kekuatan asing yang mengancam menghancurkan harmoni elemen.Fire Dragon Country - Shin KangDi sebelah timur, Shin Kang, seorang pemimpin yang terkenal dengan keberanian dan kekuatan luar biasa, memimpin Fire Dragon Country. Negeri ini dikenal karena lautan pasir vulkanik dan naga-naga api yang terbang bebas di langit. Shin Kang adalah pemegang Pedang Inferno, senjata legendaris yang mampu membakar apa pun hingga abu. Namun, kebanggaannya akan kekuatan apinya membuatnya sering dianggap arogan oleh pemimpin negara lain.Shin Kang juga bisa summon Naga Api Shankar yang mampu menyemburkan api besar untuk membakar satu kota.Shin Kang pe
Wu Long mengingat kembali pertemuannya dengan Shin Kang, penguasa Negeri Naga Api, saat berada di Perguruan Matahari dan Rembulan. Di sanalah, jauh di lembah terpencil, ia pertama kali mendengar nama itu—sebuah nama yang kini membawa kekhawatiran tersendiri.“Aku sudah lama tak mengayunkan Pedang Matahari dan Pedang Rembulan dalam pertempuran,” gumamnya pelan. “Ingin sekali dikenal sebagai Pendekar Matahari dan Rembulan... Bagaimana kabar Shun Ming sekarang?” Hatinya terasa getir; sudah lama ia meninggalkan perguruan itu tanpa pesan, tanpa kepastian. Tapi ia tahu, Shun Ming memiliki pengetahuan tentang Benua Empat Elemen—pengetahuan yang mungkin berguna dalam pencariannya.Tak lama, Wu Long tiba di Perguruan Matahari dan Rembulan. Pandangannya bertemu dengan seorang gadis yang berdiri di halaman depan, wajahnya bersinar cerah, seolah-olah alam di sekitarnya pun ikut tersenyum. Gadis itu mendekat dengan langkah ringan, dan seketika, Wu Long terpaku—keindahan Shun Ming melampaui ingatan
Setelah menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan, Wu Long akhirnya tiba kembali di Desa Qui Lin. Saat matahari terbenam, langit membara dengan nuansa merah keemasan, menciptakan suasana magis di desa yang dulunya begitu akrab baginya. Namun, kini perasaan kerinduan itu diselimuti oleh kecemasan. Wu Long tahu bahwa perjalanan yang lebih berbahaya menantinya, dan dia membutuhkan petunjuk dari Dewa Jenius.Dengar-dengar, Peramal Sakti yang bisa membantunya tidak berada di desa ini, tetapi di Dunia Bawah Tanah yang kelam—suatu tempat yang ditakuti oleh banyak orang. Dengan semangat baru, Wu Long memutuskan untuk menantang kegelapan itu. Dia mengarahkan langkahnya ke pintu gerbang yang mengarah ke dunia bawah tanah, terletak di antara dua tebing tinggi yang menjulang.Saat dia melangkah masuk, hawa dingin dan lembab langsung menyergapnya. Suara tetesan air yang menetes dari stalaktit menambah suasana menakutkan. Setiap langkah yang diambil Wu Long membuatnya semakin merasakan ketega
Wu Long berdiri tegak, tubuhnya masih lelah, namun pandangannya tetap waspada saat suara misterius itu bergema di udara. Suara itu bergetar seperti angin yang berbisik di antara pepohonan, namun jelas memiliki kekuatan yang tak terduga. Mata Wu Long menyipit, tangannya semakin erat menggenggam Pedang Hantu, dan detak jantungnya semakin cepat.“Siapa lagi yang akan muncul sekarang?” gumamnya dengan suara rendah, merasa tubuhnya belum siap untuk pertarungan berikutnya.Kabut tipis yang melayang di sekelilingnya perlahan terpisah, menampakkan sosok yang tinggi dan berjubah hitam. Sosok itu melangkah dengan tenang, seolah tidak terpengaruh oleh kekuatan pulau yang telah menelan banyak jiwa. Matanya yang berkilau memancarkan kebijaksanaan namun sekaligus menakutkan, sementara senyumnya yang samar terlihat di bawah bayang jubahnya.“Aku sudah menunggu kedatanganmu, Wu Long,” suara sosok itu terdengar lebih jelas, membuat Wu Long terkejut.“Menungguku?” Wu Long menatapnya dengan tajam, menco
Saat Wu Long menggenggam Pedang Hantu, getaran aneh terasa menjalar dari gagang hingga ke lengannya. Aura pedang itu begitu kuat, seakan hidup dengan energi yang liar. Namun, perasaan itu tak sebanding dengan gelombang hawa marah yang tiba-tiba memenuhi udara sekitarnya. Suara-suara seram mulai terdengar, bergema di antara pepohonan di Pulau Pendekar Hantu.“Manusia hina! Beraninya mengusik pusaka suci kami!”Wu Long tersentak, matanya melebar saat melihat kabut kelabu berkumpul di sekelilingnya. Dari kabut itu muncul sosok-sosok yang tampak memudar, roh-roh pendekar pedang yang telah lama gugur di medan laga, yang masih terikat pada pulau ini.Mata Wu Long mengamati satu per satu roh itu. Mereka tampak mengenakan pakaian prajurit dari berbagai zaman, masing-masing membawa pedang berkilauan dengan aura mematikan. Wajah mereka tidak lagi manusiawi, dipenuhi kebencian dan dendam, seolah-olah kematian tidak mampu memadamkan keinginan mereka untuk bertarung.“Kembalikan pedang itu, atau k
Wu Long terus berlari menuju cahaya itu, walaupun setiap langkahnya semakin berat. Keringat dingin menetes di dahinya, tubuhnya terasa lebih lemah dari sebelumnya, namun semangatnya tak goyah. Cahaya di ujung pandangan seolah memanggilnya, membuatnya semakin yakin bahwa di sanalah Pedang Hantu berada. Hawa kematian yang mengelilingi pulau ini semakin tebal, dan aura-arwah para pendekar pedang yang telah gugur terasa semakin dekat.Ketika Wu Long mendekati cahaya tersebut, suara berat menggema dari belakangnya, disusul oleh tiga sosok bayangan yang tiba-tiba muncul, melayang tanpa suara di udara. Mereka adalah Roh Tiga Pendekar Kembar, yang telah lama menjaga pulau ini. Mata mereka memancarkan cahaya kehijauan yang mematikan, pedang, golok, dan tongkat mereka siap untuk bertarung kembali.“Takdir kita bertemu lagi, Wu Long,” ucap salah satu roh, suaranya seperti datang dari dalam liang kubur.Wu Long menghentikan langkahnya, menatap ketiga sosok tersebut. "Kalian masih belum puas? Buka
Wu Long melangkah dengan hati-hati memasuki labirin di Pulau Pendekar Hantu. Udara di sekitarnya semakin berat, mengandung aura kematian dan energi dari jiwa-jiwa yang sudah lama menghilang. Suara langkahnya menggema di dinding-dinding batu yang terasa hidup, seperti labirin itu sendiri merupakan makhluk purba yang mengawasi setiap pergerakannya.“Kau sudah mengalahkan Tiga Roh Pendekar Kembar,” gumam Wu Long, seolah mengingatkan dirinya bahwa kemenangan itu hanya salah satu dari banyak rintangan yang menantinya.Langit di atas labirin tertutup kabut kelabu, dan Wu Long bisa merasakan hawa dingin menyelusup ke dalam tulangnya. Setiap sudut labirin penuh jebakan tersembunyi; seakan-akan tembok-tembok batu itu bisa bergerak dan berubah bentuk kapan saja. Di kejauhan, terdengar raungan makhluk-makhluk yang tak dikenal, seolah sedang menunggu mangsa yang berikutnya.Wu Long mengencangkan genggaman pada Seruling Bambu Putih yang ada di tangannya. Hatinya tenang, namun kewaspadaannya tetap
Perahu Wu Long terombang-ambing di tengah lautan badai. Ombak menghantam kapal dengan ganas, membuat tubuhnya terhuyung, tapi matanya tetap fokus ke depan. Di ujung pandangannya, Pulau Pendekar Hantu mulai tampak samar-samar di balik kabut tebal. Udara di sekitarnya berubah semakin dingin, seolah hawa kematian mulai menyelimutinya.“Pulau ini benar-benar angker,” gumam Wu Long pada dirinya sendiri, napasnya mulai tertahan oleh ketegangan yang mengalir dalam darahnya. Sebelum terlalu dalam dalam pikirannya, tiba-tiba dari dasar laut muncul angin pusaran yang nyaris membalikkan kapalnya.Bruak!Kapal terhantam gelombang besar hingga hampir terbalik. Wu Long mencengkeram kuat tali layar, mencoba menjaga keseimbangan. Seketika ia mengeluarkan seruling Bambu Putihnya, meniupkan nada pelindung, nada yang menenangkan ombak dan angin di sekitarnya.Nada seruling itu bergema, melayang-layang di udara sebelum akhirnya menembus gelombang laut. Perlahan, badai mulai mereda, angin yang mengamuk be
Wu Long terus berjalan menuju barat, angin pegunungan menyapu wajahnya seakan memberinya kekuatan baru. Desa Qui Lin semakin jauh di belakang, sementara pikirannya tertuju pada Pulau Pendekar Hantu yang kini menjadi tujuannya. Perjalanan ini, meskipun berbahaya, adalah satu-satunya cara untuk menguak kekuatan sejati Kitab Pedang Hantu. Namun, bayangan akan roh-roh pendekar sakti yang menjaga pulau itu tak henti-hentinya menghantui pikirannya.Ketika akhirnya ia tiba di kota Sui Jian, hari mulai beranjak malam. Suasana kota yang ramai dipenuhi pedagang, penjaga, dan pengelana dari berbagai daerah tak bisa mengalihkan fokus Wu Long. Ia tahu siapa yang harus dicari—Lao Shen, si tukang kapal legendaris yang dikenal mampu membuat kapal untuk melintasi lautan badai.Wu Long berjalan menuju dermaga, tempat para tukang kapal bekerja. Asap tipis mengepul dari bengkel-bengkel kayu, sementara suara gesekan alat dan palu memecah kesunyian malam. Di salah satu pojok dermaga, ia menemukan seorang p