Hari yang ditunggu-tunggu oleh Lie Wei akhirnya tiba juga. Setelah dua tahun lamanya berlatih di dalam perguruan, seluruh murid Perguruan Matahari dan Rembulan dibebaskan dari latihan untuk seharian penuh menjelajahi keindahan pegunungan di sekitar perguruan.
Wu Long yang tidak memiliki teman di perguruan ini selain Shun Ming memutuskan untuk berdiam di dalam perguruan saja. Shun Ming sedang ikut ayahnya ke Kota Mentari yang berada tidak jauh dari Desa Rembulan sehingga untuk pertama kalinya sejak berada di Perguruan Matahari dan Rembulan, Wu Long merasa kesepian. Biasanya Shun Ming selalu mengunjunginya untuk memberinya semangat.Lie Wei dan komplotannya mulai menjalankan aksinya dengan mengunjungi Wu Long, tapi mereka tidak bisa melakukan apapun selama Wu Long berada di dalam perguruan, karena peraturan Perguruan Matahari dan Rembulan sangat ketat. Siapapun yang melakukan kekerasan, intimidasi, dan penyiksaan terhadap murid lainnya di dalam perguruan maka hukumannya akan langsung dipulangkan dan dikeluarkan dari Perguruan Matahari dan Rembulan untuk selama-lamanya.Lie Wei dan Wu Long juga menempati paviliun yang berbeda, sehingga dia tidak bisa menemui Wu Long setelah selesai latihan. Murid perguruan dilarang keluar dari paviliun tempat mereka menginap setelah selesai latihan.Saat inilah yang paling ditunggu-tunggu Lie Wei untuk menyingkirkan Wu Long dari Perguruan Matahari dan Rembulan untuk selama-lamanya."Wu Long!" sapa Lie Wei dengan ramah sambil tersenyum saat melihat pemuda ini sedang duduk sendirian di teras rumah latihan.Tentu saja Wu Long memandang dengan wajah bingung dan heran mendengar sapaan dari Lie Wei. Pemuda ini selalu memandang sinis kepadanya saat latihan dan saat Shun Ming mengunjunginya ... sekarang dia bersikap ramah? Ada rasa curiga dalam hatinya."Ada perlu apa?" tanya Wu Long sambil tetap waspada."Aku ingin minta maaf karena telah bersikap kasar terhadapmu saat pertama kali masuk Perguruan Matahari dan Rembulan. Aku ingin memperbaikinya dan mengajakmu menikmati indahnya alam pegunungan di sekitar perguruan," ujar Lie Wei.Wu Long masih memandang curiga terhadap Lie Wei dan kawanannya ini, tapi mereka semua tersenyum padanya dan terlihat tulus, membuat kewaspadaan Wu Long hilang dan setuju mengikuti mereka. Kesepian yang melandanya selama berada di dalam perguruan juga menjadi alasannya untuk mengikuti Lie Wei.
Dia tidak menyadari kalau Lie Wei sedang menjebaknya.
"Kamu benar-benar bodoh, Gembel! Apa kamu tidak tahu kalau seluruh murid perguruan dilarang pergi ke atas pegunungan ini karena adanya kabut tebal yang sebentar lagi akan menutupi seluruh pegunungan ini? Mereka semua akhirnya pergi ke Kota Mentari mengikuti para senior perguruan. Itulah bodohnya dirimu yang kerjanya menyendiri!"
Sifat asli Lie Wei kembali muncul saat mereka berada di atas pegunungan. Wu Long berada di dataran yang tinggi tapi di belakangnya adalah jurang yang dalam. Dari kejauhan dia melihat adanya kabut tebal dan awan hitam yang sebentar lagi menutupi pegunungan ini.
"Kalau begitu, aku pulang saja!" kata Wu Long mencoba melewati hadangan Lie Wei dan kawanannya."Tidak semudah itu, Gembel bus*k! Kau telah mempermalukanku selama dua tahun penuh di Perguruan Matahari dan Rembulan! Kau harus membayarnya hari ini!" seru Lie Wei sambil menghadang jalan Wu Long."Minggir!" teriak Wu Long tanpa rasa takut.Bugh!Sebuah pukulan telak dilancarkan Lie Wei saat Wu Long berusaha melewati dirinya."Kamu tidak akan kembali lagi ke dalam Perguruan Matahari dan Rembulan, Gembel! Shun Ming adalah temanku dan selamanya akan menjadi temanku, bukan kau yang miskin tidak berguna!"Wu Long menyeka sedikit darah dari bibirnya. "Jadi itu alasanmu memukuliku dan ingin melenyapkanku hari ini? Hanya demi gadis yang tidak mampu kamu miliki?"Bugh!Pukulan bertubi-tubi mengenai tubuh Wu Long yang membutnya terjatuh dan hampir mendekati tepian jurang."Berlutut minta ampun padaku dan pergi selamanya dari Perguruan Matahari dan Rembulan maka nyawamu akan kuampuni!" seru Lie Wei yang berdiri gagah di atas Wu Long yang babak belur."Tidak akan! Aku akan tetap bertahan di Perguruan Matahari dan Rembulan! Orangtuaku telah mengorbankan segalanya untukku! Aku harus menjadi pendekar tangguh agar bisa membantu mereka!"
Wu Long tetap tidak menyerah dan menatap Lie Wei dengan tatapan tajam menantang, membuat anak bangsawan ini marah besar.'Kalau begitu, matilah!" seru Lie Wei yang menendang keras tubuh Wu Long hingga terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Kemarahan Lie Wei membuatnya tidak peduli lagi dengan nyawa Wu Long. baginya, kematian Wu Long akan membuatnya semakin dekat dengan Shun Ming.AAARRRGGGH!Hanya terdengar teriakan Wu Long saat terjatuh, kemudian suasana kembali sunyi seolah tidak ada kejadian.Lie Wei berlalu tanpa ada penyesalan sedikitpun diiringi kawanannya yang diancam untuk tutup mulut kalau tidak ingin celaka.*****
Tubuh Wu Long menghantam ranting pohon yang tumbuh di tepian tebing jurang kemudian terhempas lagi dari satu ranting pohon ke ranting pohon lainnya hingga dia tidak sadarkan diri.
Begitu matanya mulai bisa terbuka, tubuhnya terbaring di atas batu berwarna hijau mengkilap. Dilihat dari kondisi sekelilingnya, dia berada di dalam sebuah goa yang cukup besar.
"Aku ada di mana ya?" batin Wu Long penuh tanda tanya. Seingatnya, tubuhnya terhempas jatuh ke dalam jurang oleh perbuatan para Samanera yang membencinya terutama Lie Wei. "Apa aku sudah mati?"
Tubuh Wu Long terbalut oleh semacam kain putih yang terbuat dari benang putih ulat sutra. Luka-luka di tubuhnya akibat tergores dan terhempas oleh batuan tebing jurang seakan hilang begitu saja."Siapa yang menolongku? Tidak mungkin aku bisa terbaring dengan tubuh dibalut kain putih kalau tidak ada yang menolongku. Tapi, siapa yang tinggal di dalam goa yang berada di dalam lereng tebing jurang?" pikir Wu Long. Belum hilang rasa herannya, tiba-tiba angin bertiup kencang disertai munculnya sosok makhluk yang sangat mengerikan baginya "Na-Naga ...!" teriaknya saat melihat wujud naga putih raksasa berdiri tepat di hadapannya. Wu Long hanya pasrah dengan nasibnya sekarang. "Lepas dari Lie Wei malahan ketemu naga ganas! Sial benar nasibku!" batinnya sambil tetap menutup matanya menunggu nasib. Tapi, tidak ada yang terjadi seperti dugaannya, baik naga putih ini menyemburkan api maupun menelannya hidup-hidup seperti yang pernah didengarnya tentang keganasan naga. "Kamu beruntung, Master
Tanpa disadari olehnya, Wu Long mulai meniup Seruling Bambu Putih ini. Alunan nada yang menyakitkan terdengar mengalun dari seruling ini. Bahkan Roh Naga Putih terhisap ke dalam Seruling Bambu Putih. Saat Wu Long meniup Seruling Bambu Putih ini lagi sosok Naga Putih yang sempurna muncul di hadapannya. 'Wah! Master mengubahku jadi nyata!" seru Naga Putih dengan perasaan gembira. "Benar-benar pusaka keramat yang akan menggetarkan dunia persilatan!" ucap Wu Long sambil meniup seruling bambu putih ini lagi. Wu Long merasakan adanya energi yang hangat yang terus mengisi tubuhnya, serta tubuhnya terasa ringan sekali sekan semua yang mengikat tubuhnya terlepas oleh kekuatan pusaka keramat ini. "Apa yang telah terjadi? Kenapa tubuhku terasa ringan tapi bertenaga? Apa aku memiliki energi tenaga dalam yang tidak pernah bisa aku miliki?" batin Wu Long dengan rasa heran tapi senang. "Master ... tubuhmu bercahaya!' teriak Naga Putih. "Benar! Tubuhku bercahaya!" sahut Wu Long dengan tidak kal
Wu Long masih terpaku melihat betapa eksotik dan gagahnya makhluk penjaga Pusaka Keramat yang sedang menghadangnya untuk masuk ke dalam goa besar di belakang air terjun."Ini Singa Emas Surgawi yang mampu melakukan teknik bela diri selain kemampuan alaminya menerkam lawan dengan cepat!" ujar Naga Putih. "Jangan sampai bersentuhan dengan singa emas ini kalau tidak ingin tubuhmu menjadi batu berwarna emas!""Kenapa makhluk ini mau menyerangku tapi tidak menyerangmu sama sekali?" tanya Wu Long yang penasaran dengan situasi yang dihadapinya. "Aku tidak tahu, Master ... Hanya saja kami sesama makhluk mitos eksotik tidak dianjurkan untuk menyerang satu sama lainnya kecuali terpaksa."Wu Long yang belum pernah bertarung sama sekali agak ragu untuk melawan Singa Emas Surgawi yang besarnya hampir sama dengan besar Naga Putih."Aku tidak bisa membantumu, Master! Ada kode etik makhluk mitos untuk tidak saling menyerang! kalau Master masih menginginkan Pedang Ganda, harus bisa mengalahkan Singa
Naga Putih yang khawatir dengan keselamatan Wu Long langsung bergerak cepat ke arah Singa Emas Surgawi untuk melindunginya. Namun, Naga Putih dikejutkan oleh ledakan cahaya putih dari dalam diri Wu Long yang menghancurkan serangan api emas dari Singa Emas Surgawi.Tubuh Naga Putih terpental mundur saat dirinya tiba di tempat kejadian, sementara Singa Emas Surgawi juga mengalami kejadian yang sama, terpental masuk kembali ke dalam goa besar.Wu Long juga terkejut dengan kemampuannya mengeluarkan cahaya putih yang kuat,yang menghancurkan serangan Singa Emas surgawi dengan mudahnya."Apa yang barusan sedang terjadi? Kenapa aku bisa mengeluarkan serangan sehebat ini?" ujar Wu Long."Apa ingatan Master sudah kembali? Sudah lama Master tidak mengeluarkan jurus Gelombang Cahaya Pedang yang sanggup menghancurkan serangan apa saja!" sahut Naga Putih."Apa serangan tadi adalah serangan martial arts dari Teknik Kultivasi? Mungkinkah itu terjadi sementara tempat ini sangat minim energi Qi?" tany
Naga Putih dan Singa Emas Surgawi mengikuti Wu Long masuk ke dalam goa besar ini."Sejak kapan kamu menjaga Pusaka Keramat di tempat yang tersembunyi ini, Kim Shai?" tanya Wu Long yang begitu mengagumi tekstur goa yang indah."Aku sudah tidak ingat lagi, Master! Sudah lama sekali aku menjaga Pusaka Keramat yang disembunyikan di dalam goa besar ini.""Apa kamu tahu siapa pemilik semua Pusaka Keramat ini?" tanya Wu Long lagi, yang terus penasaran dengan keberadaan pusaka keramat ini."Aku tidak tahu, Master! Sepertinya pemilik pusaka keramat ini bukan hanya satu pendekar saja, tapi beberapa pendekar yang menyembunyikannya di sini. Aku tidak tahu alasannya tapi tempat ini membuat pusaka yang disimpan awet untuk selama-lamanya! beberapa pusaka keramat telah hilang dari goa ini saat aku lengah menjaganya. Terakhir Naga Putih mengambil Seruling Bambu Putih yang diberikannya padamu. Sekarang aku hanya menjaga sepasang pedang yang disebut Pedang Mentari dan Pedang Rembulan beserta Kitab Jurus
"Hati-hati, Master ... Pemburu Pusaka Keramat terkenal sangat kejam! Aku tahu ada empat pemburu pusaka keramat yang sangat terkenal yang masing-masing memiliki elemen tertentu, tapi mereka jauh berada di Benua Empat Elemen. Seharusnya bukan mereka yang sedang mendatangi kita," ujar Naga Putih."Bersembunyilah kalian! Aku tidak ingin mereka melihat kalian yang bisa dianggap makhluk keramat bagi mereka!" ucap Wu Long yang menggerakkan Seruling Bambu Putih agar Naga Putih dan Singa Emas Surgawi bisa masuk ke dalamnya.Wu Long tepat waktu menghilangkan kedua makhluk mitos ini karena beberapa saat kemudian muncul tiga pria bertopeng kayu dan berpakaian serba hitam."Kita kecolongan, kakak tertua! Pusaka Keramat di dalam goa ini sudah tidak ada!' ujar pria bertopeng yang agak kurus dan tinggi."Tidak mungkin, adik kedua... belum pernah ada manusia yang sanggup tiba di lembah ini selain kita bertiga!" ujar pria bertopeng yang bertubuh agak besar yang dipanggil kakak tertua ini."Aku rasa pem
Naga Putih selalu setia menemani Wu Long yang terus berlatih di goa besar yang terdapat di lereng jurang. Tidak ada gangguan yang berarti selama Wu Long tinggal di sana. Sesekali Wu Long turun ke dasar lembah menuju Lembah Mentari tapi dia tidak pernah memasuki Lembah Rembulan sesuai anjuran Naga Putih.Tidak ada lagi Pemburu Pusaka Keramat selain Trio Bandit Bertopeng yang pernah dia temui lima tahun yang lalu. Singa Emas Surgawi juga memastikan kalau tidak ada lagi pusaka keramat di Lembah Mentari. "Ada apa ya sebenarnya di Lembah Rembulan, Pek Long?" tanya Wu Long yang lama kelamaan mengikuti Singa Emas Surgawi memanggil Pek Long terhadap naga Putih."Aku tidak tahu, Master! Firasatku yang jelek mengenai Lembah Rembulan yang penuh hawa kegelapan. Pusaka keramat di Lembah Rembulan juga merupakan pusaka keramat yang sangat berbahaya dan memiliki aura kegelapan."Menurutmu, ketiga bandit bertopeng kayu itu berhasil mendapatkan pusaka keramat di Lembah Rembulan?" tanya Wu Long."Sudah
Dunia Persilatan mulai dihebohkan dengan munculnya pendekar tampan yang selalu menyenandungkan lagu sendu dengan seruling bambunya. Pendekar ini dikenal dengan Pendekar Seruling Bambu.Wu Long juga heran dengan tenarnya dirinya padahal saat ini dia masih berada di dalam Perguruan Mentari dan Rembulan. Kebiasaannya melantunkan nada sedih membuat beberapa murid senior perguruan menyebarkan namanya saat mereka mengunjungi Kota Bintang ataupun Desa Hu Nan yang berada tidak jauh dari Pegunungan Rembulan.Ada alasannya kenapa Wu Long belum ingin pulang ke kampung halamannya, karena dia masih merasa belum memiliki kemampuan yang cukup hebat di mata ayahnya. Dia memutuskan berada di dalam Perguruan Mentari dan Rembulan selama sebulan penuh untuk memantapkan ilmu Tapak Mentari dan Rembulan, serta meningkatkan kehebatan ilmu pedang ganda Mentari dan Rembulan yang didapatkannya di dasar Lembah Mentari.Shun Ming alias Pendekar Matahari memimpin Perguruan Mentari dan Rembulan setelah ayahnya pe
Angin dingin berembus pelan, menyapu halaman istana Nirvana Surgawi yang diselimuti cahaya keemasan. Aroma dupa membaur dengan wangi bunga plum yang merekah di sudut-sudut taman. Suasana sakral itu mendadak pecah oleh suara nyaring penuh kemarahan."Wu Long! Kenapa kau begitu tega membuat Ayah terluka?!"Suara melengking Putri Kaisar menggema di antara pilar-pilar megah. Mata jernihnya membara, menatap pemuda berbalut jubah hitam yang berdiri tegak tanpa sedikit pun gentar. Angin membelai rambut panjangnya yang terurai, menciptakan siluet yang tegas di bawah cahaya langit.Wu Long hanya menyipitkan mata, bibirnya melengkung tipis. "Jangan menyalahkan Wu Long, Ling'er ... aku yang salah!" suara lemah Kaisar Nirvana Surgawi menyela, menahan erangan kesakitan. Tangannya yang berlumuran darah masih menggenggam pedangnya erat, seolah tak rela melepaskan pertarungan yang baru saja terjadi."Sudah bagus aku tidak membunuh ayahmu setelah ia berulang kali mencoba membunuhku!" Wu Long berseru d
Wu Long menatap Kaisar Nirvana Surgawi dengan tajam. Udara di sekeliling mereka bergetar, seolah alam semesta pun menahan napas menyaksikan dua kekuatan besar yang akan bertarung.Tanpa peringatan, Wu Long melesat maju dengan kecepatan luar biasa. Pedang Jiwa Malamnya memancarkan cahaya kebiruan yang berpendar, menebas ruang dengan energi yang cukup untuk membelah gunung. Kaisar Nirvana Surgawi hanya tersenyum tipis, mengangkat Tombak Surya Abadi dan mengayunkannya dengan gerakan yang seolah lamban namun sarat dengan kekuatan luar biasa."CLANG!"Benturan dua senjata sakti menciptakan gelombang kejut dahsyat yang memecahkan lantai marmer istana. Getaran energi menyebar, meruntuhkan pilar-pilar raksasa dan membuat langit-langit bergetar. Wu Long terpental ke belakang, namun ia berputar di udara, mendarat dengan anggun di atas reruntuhan.Kaisar Nirvana Surgawi melangkah maju, mata emasnya bersinar penuh wibawa. "Kekuatanmu sudah meningkat, Wu Long. Tapi belum cukup untuk mengalahkanku.
Wu Long berdiri di antara reruntuhan yang berdebu, napasnya masih berat dan terengah-engah akibat pertarungan sengit melawan Chen Tian. Suara deru angin menyapu puing-puing, seakan ikut menangisi luka dan kelelahan yang masih membekas di tubuhnya. Meski demikian, bayang-bayang kegelisahan menari di balik matanya; hatinya tahu, satu pertarungan terakhir—pertarungan yang akan menentukan segalanya—masih menantinya.Di puncak gunung suci, Istana Kaisar Nirvana Surgawi menjulang megah, seolah terlahir dari legenda. Kabut tipis bercampur sinar keemasan mengelilingi menara-menara istana, memantulkan kilau mistis yang menyulap langit menjadi kanvas lukisan surgawi. Namun, di balik keindahan yang memukau itu, tersembunyi aura mengerikan yang seolah mengawasi setiap langkah yang mendekat.Wu Long mengulurkan tangannya dengan mantap, menggenggam Pedang Jiwa Malam—senjata yang kini kembali ke pelukannya seolah membawa janji akan balas dendam dan keadilan. Dengan langkah pasti, ia menyusuri jalan
Tubuh Wu Long terpental keras, menghantam bebatuan dengan dentuman yang menggetarkan tanah. Pedang Jiwa Malam terlepas dari genggamannya, menancap beberapa langkah darinya. Darah mengalir dari luka di dadanya, menetes di tanah yang kini penuh retakan akibat pertempuran dahsyat.Chen Tian melangkah mendekat dengan penuh percaya diri. Aura gelapnya semakin pekat, membuat udara di sekitarnya bergetar dengan tekanan yang hampir tak tertahankan. Iblis Penebas Langit berdenyut, seakan merayakan kemenangan yang sudah di depan mata.“Kau sudah kalah, Wu Long.” Suaranya dingin dan tajam. “Kekuatanmu tak cukup untuk menandingi kehendak kegelapan.”Wu Long berusaha bangkit, tetapi lututnya bergetar hebat. Matanya yang penuh tekad menatap Chen Tian dengan kebencian dan semangat yang tak padam. Namun tubuhnya tak mampu lagi merespons dengan cepat. Ia terengah-engah, menyadari bahwa dalam kondisinya sekarang, mustahil baginya untuk menang.Chen Tian mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap mengh
Langit menggelegar, membelah kegelapan dengan kilatan petir ungu yang menari liar di antara awan merah darah. Suara gemuruh mengguncang tanah, seakan langit sendiri marah atas pertarungan yang akan menentukan takdir dunia. Hujan mulai turun, tiap tetesnya terasa seperti belati dingin yang menusuk kulit.Di bawahnya, Wu Long berdiri dengan napas tersengal. Jubah putihnya yang dulu bersih kini ternoda darah dan debu, mencerminkan pertempuran sengit yang telah ia lalui. Meski tubuhnya dipenuhi luka, matanya tetap menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. Di tangannya, Pedang Jiwa Malam berdenyut, seolah memahami beban yang dipikul pemiliknya.Chen Tian melangkah maju dengan aura mencekam. Setiap langkahnya mengguncang tanah, bayangannya memanjang di atas tanah yang bergetar di bawah tekanan energinya. Pedang raksasa hitamnya, Iblis Penebas Langit, berdenyut, retakan-retakan energi hitam menjalar di sekelilingnya, seakan hendak merobek realitas itu sendiri.“Wu Long, terimalah takdirmu.”
Asap putih mengepul di medan pertempuran, menyelimuti seluruh langit dengan cahaya keemasan. Ledakan Naga Purba yang dilepaskan Pek Long telah menghantam tubuh Chen Tian secara langsung.Wu Long mengatur napas di punggung naga putihnya, matanya tetap waspada. Apakah pertarungan ini sudah berakhir?Namun, sebuah suara menggema dari dalam asap tebal."Hmph. Tak kusangka, kau benar-benar bisa membangkitkan Pek Long."Dari dalam kepulan debu, siluet Chen Tian perlahan muncul. Jubah ungunya telah terkoyak, darah menetes dari sudut bibirnya, dan sebagian zirah obsidian yang melapisi tubuhnya retak. Namun, tatapan tajamnya tidak pudar sedikit pun—justru semakin membara.Wu Long mengernyit. Serangan itu seharusnya cukup untuk menghancurkan seorang Jenderal Langit.Chen Tian mengangkat tangan, dan seketika itu juga, energi hitam membara menyelimuti tubuhnya. Aura surgawi yang menakutkan menjalar ke seluruh medan pertempuran. Batu-batu di tanah melayang, angin berputar kencang, dan langit yang
Wu Long melangkah melewati gerbang terakhir yang terbuka dengan bunyi gemuruh. Ruangan di baliknya tidak seperti aula sebelumnya yang megah, melainkan sebuah medan luas yang tampak seperti dimensi lain. Langit berwarna merah tua berputar dengan badai energi, dan di tengah-tengahnya berdiri sosok tinggi yang memancarkan aura luar biasa.Jenderal Langit Kedelapan, Chen Tian, berdiri dengan kedua tangan bersedekap. Tubuhnya dilapisi zirah obsidian yang berkilauan, dengan jubah ungu yang berkibar tanpa adanya angin. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, namun matanya berkilat seperti bintang yang menyaksikan kehancuran dunia. Di punggungnya tergantung senjata yang jarang digunakan para kultivator biasa—Pedang Kembar Penakluk Surga, dua bilah pedang yang masing-masing menyimpan kekuatan kehancuran dan penciptaan.Wu Long menghela napas panjang, tubuhnya masih terasa berat setelah pertarungan dengan Shen Zhi. Namun, ia tidak punya waktu untuk pulih. Chen Tian bukanlah lawan yang bisa diremehkan
Wu Long berdiri dengan susah payah, tubuhnya dipenuhi luka yang memerah, namun matanya tetap memancarkan tekad yang membara. Sebaliknya, Shen Zhi tampak seperti gunung kokoh yang tidak tergoyahkan, meskipun bahunya berlumuran darah akibat tebasan terakhir Wu Long. Aula megah tempat mereka bertarung kini sudah berubah menjadi reruntuhan, dengan patung-patung kuno retak dan lantai penuh retakan akibat kekuatan mereka.Shen Zhi menyeringai, tombaknya yang berselimut api naga masih menyala terang, memancarkan energi yang membuat udara bergetar. “Wu Long, aku akui kau tangguh. Tapi aku adalah Jenderal Langit Ketujuh, penguasa seni tombak surgawi. Tidak ada yang mampu bertahan dariku sejauh ini. Bersiaplah untuk akhir yang menyakitkan!”Wu Long menghapus darah di sudut bibirnya, lalu menancapkan pedang Jiwa Malam ke tanah. Dengan napas berat, ia mulai merapal mantra dengan nada rendah namun menggetarkan jiwa. Aura hitam pekat mulai keluar dari tubuhnya, membungkus seluruh ruangan dengan keg
Wu Long berjalan melewati gerbang berikutnya, tubuhnya diliputi aura kepercayaan diri yang hampir arogan. Di balik pintu besar dari emas berukir, ia tiba di sebuah aula luas yang dipenuhi patung-patung kuno para leluhur. Energi di tempat ini terasa berbeda—lebih mencekam, lebih tajam, dan berbahaya.Di tengah aula itu, berdiri seorang pria dengan tubuh yang tegap, mengenakan baju zirah hitam berhiaskan ukiran naga merah yang tampak hidup. Aura pria ini begitu kuat hingga membuat udara bergetar. Matanya menyala seperti bara api, memancarkan kekuatan dan pengalaman bertempur yang tak diragukan lagi. Di punggungnya, sebuah tombak besar bersinar, tampak seperti senjata yang telah meminum ribuan nyawa.Wu Long menyipitkan matanya, menyadari bahwa pria ini bukan lawan biasa. "Siapa kau?" tanyanya, meskipun ia sudah bisa merasakan jawabannya.Pria itu tersenyum tipis, dingin seperti es di musim dingin. “Aku adalah Jenderal Langit Ketujuh, Shen Zhi. Kaisar mengirimku untuk memastikan kau tida