"Tuan Wu mereka masih mengejar!" Tian Min berteriak saat menoleh ke belakang dan melihat serombongan orang berkuda di belakang kereta mereka.
"Astaga! Matilah kita Tian Min!" Tuan Wu berteriak panik.Tian Min semakin mempercepat laju kereta. Kini mereka melewati daerah yang berpenghuni. Dimulai dari kadang-kadang yang mulai menghijau dan kepulan asap dari beberapa bangunan yang mereka lewati, pertanda adanya kehidupan."Sepertinya kita memasuki pedesaan Tuan Wu!" Tian Min berseru."Iya! Lihat di depan ada pasar!" Tuan Wu menunjuk pada kerumunan di depan mereka.Tian Min memperlambat laju kereta karena jalan yang dilaluinya tak lagi sepi. Ada beberapa kereta kuda yang berpapasan dan juga para pejalan kaki. Belum lagi deretan pedagang yang menjajakan barang dagangan mereka di tepi jalan."Itu Nona Muda!" Tian Min berseru sembari menunjuk pada seorang pedagang tanghulu."Astaga! Kita mengkhawatirkan mereka dan mereka ternya"Tuan, kami hanyalah pedagang yang kebetulan melewati wilayah ini. Jika kau tidak keberatan ijinkan kami untuk melanjutkan perjalanan." Xiao Long menyarungkan kembali pedang Taring Harimau Putihnya."Silakan kalian melanjutkan perjalanan kalian. Namun biarkan lelaki itu tinggal. Dia telah melukai putri ketua Klan Tang dengan jurus Peremuk Tulang dan dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu." Pria itu tidak lagi menyerang.Sikap Xiao Long yang cenderung merendah membuatnya sedikit terkendali."Jurus Peremuk Tulang? Saya rasa Anda salah paham. Kami hanya orang biasa dan tidak memiliki hubungan dengan Sekte Keabadian." Xiao Long masih berusaha untuk menjelaskan.Meski dia sendiri pun meragukan Tuan Wu tetapi dia tidak bisa membiarkan orang-orang menekannya. Lagi pula Tuan Wu sepertinya tidak mengenal Ketua Fu Rui, salah satu Tetua Sekte Keabadian."Aku tidak peduli! Minggir dan pergilah atau aku tidak akan segan untuk menghabisimu j
"Lepaskan Nonaku!" Tian Min berlari dan segera memeluk melindungi Dong Xiu Bai yang telah dikerumuni para penunggang kuda."Hei bocah!" Paman pemilik kedai berlari mencoba untuk mencegah Tian Min."Bawa mereka!" Ketua Pang tidak mengindahkan teriakan Tian Min dan memerintahkan anak buahnya untuk membawa keempat orang itu."Long Gege! Tuan Wu! Bangunlah!" Dong Xiu Bai mengguncang lengsn Xiao Long mencoba untuk membangunnya."Percuma saja! Dia tidak akan bangun setidaknya hingga besok pagi. Racun pelemah syaraf telah melemahkan syarafnya. Jadi sekali pun besok pagi mereka berdua terbangun, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa." Ucap salah seorang penunggang kuda, satu-satunya wanita di dalam rombongan yang dipimpin Ketua Pang."Kau!" Dong Xiu Bai melepaskan diri dari pelukan Tian Min dan mengambil pipa yang tergantung di punggungnya, bersiap memetiknya untuk mengiringi Tarian Badai Salju."Nona jangan!" Tian Min berusaha mencegah
"Tuan Wu!" Tian Min menepuk-nepuk pipi tabib itu setelah memeriksa denyut nadinya dan Xiao Long.Tidak ada reaksi darinya. Tian Min berpindah dan menatap Xiao Long. Dia tidak berani menyentuh kusir kereta Nona Muda mereka itu."Kenapa aku merasa Anda semakin lama semakin mirip dengan Yang Mulia Kaisar Ao," gumam Tian Min lirih.Sepanjang hidupnya dia hanya satu kali bertemu dengan Kaisar Negeri Kaili itu. Di suatu malam saat dia berada di paviliun milik Nyonya Tua Fang.Kaisar Ao menemui Nyonya Tua dan berbincang cukup lama dengannya. Saat itu Ao Yu Long mengenakan atribut sebagai seorang pemimpin pasukan. Dia mengenakan baju besi dan membawa Pedang Es di pinggangnya."Bagaimana bisa Anda begitu mirip dengan mendiang Kaisar Ao?" gumam Tuan Min sembari menatap lekat-lekat wajah Xiao Long.Jika tidak di situasi seperti ini, dia tidak akan berani menatap kusir kereta itu. Meski Xiao Long hanya seorang kusir, tetapi pembawaan, tindak
"Woi! Bangun!" Pagi-pagi buta pintu gubuk tempat Dong Xiu Bai dan kawan-kawannya ditahan digedor dengan kasar.Dong Xiu Bai segera bangun dan mengusap-usap matanya. Tuan Min segera mendekatinya dan membawakan botol air. Memberinya minum dan sisanya untuk mencuci mukanya yang terlihat kusut dan kotor.Mana Tuan Wu dan Long Gege?" Dong Xiu Bai mencari kedua pria itu."Itu mereka." Tian Min menunjuk pada kedua pria yang tengah duduk santai di kursi.Tuan Wu bahkan mengedipkan mata padanya. Dong Xiu Bai terkikik dan segera bangun dari tempatnya tidur semalam. Setelah merapikan pakaian dan rambutnya, dua segera mendekati Tuan Wu."Apa yang kau rencanakan?" Tanyanya setengah berbisik pada tabib muda itu.Tiba-tiba saja pintu gubuk terbuka dan beberapa pria masuk ke dalam gubuk."Ayo ikut!" Salah seorang pria itu menyeret Tuan Wu sedangkan yang satu lagi menyeret Dong Xiu Bai."Hei! Hei! Aku bisa jalan sendiri!" Tuan Wu menyentakkan lengan pria itu dengan marah."Lepaskan aku!" Dong Xiu Bai
"Long Gege!" Dong Xiu Bai berseru gembira dan memeluk lehernya."Kau tidak apa-apa?" Xiao Long melayang turun dan menjejakkan kakinya ke tanah.Menurunkan Dong Xiu Bai dan memastikan gadis kecil itu baik-baik saja."Jaga telurmu." Xiao Long menyerahkan bungkusan kain yang tadi dibawanya."Aih dari mana Gege tahu ini sebutir telur naga?" Dong Xiu Bai bertanya seraya menggerakkan kepalanya dengan lucu.Jepit rambut di kepalanya turut bergoyang dan berdenting pelan. Entah mengapa di saat Dong Xiu Bai menggerakkan kepalanya seperti itu suasana terasa sunyi. Hanya terdengar desau angin dan denting jepit rambutnya yang bergoyang."Semalam kau tidur dengan memeluknya erat-erat dan bergumam menyebutnya telur naga." Xiao Long tersenyum dan menepuk kepalanya."Bukankah dia tawanan yang di gubuk?" Seorang prajurit menatap mereka."Astaga! Bagaimana mereka bisa lepas? Kalian sungguh ceroboh!" Rekannya marah dan memukul kepa
"Ini lebih baik!" Dong Xiu Bai tertawa gembira saat memasuki tenda."Nona kau pasti ingin membersihkan diri bukan? Mari ikut denganku." Seorang gadis pelayan menyambut Dong Xiu Bai dan membawanya ke bagian belakang tenda.Sedangkan pelayan yang lain melayang Tuan Wu dan Xiao Long. Tian Min memutuskan untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu. Sama halnya dengan Dong Xiu Bai, dia juga merasa lelah dan berdebu."Bungkusan apa itu?" Tuan Wu memicingkan mata menatap bungkusan kain yang dibawa Dong Xiu Bai tadi.Bungkusan itu kini tergeletak di atas sebuah bantal di sebelah Xiao Long."Entahlah! Namun aku mendengar Bai'er mengigau saat tidur dan menyebutnya telur naga." Xiao Long menjelaskan seraya menyentuh bungkusan itu."Telur naga? Dari mana Nona Muda mendapatkannya?" Tuan Wu menatap benda itu tak berkedip.Dia bahkan lebih fokus pada benda tu daripada memandang gadis cantik yang menuangkan teh untuknya. Gadis itu mencuri-
"Tuan Wu! Tuan Long berhati-hatilah! Sepanjang perjalanan menuju pusat Dataran Tengah bisa dikatakan bukan perjalanan yang mudah." Ketua Pang mengingatkan saat keesokan harinya mereka berempat bersiap untuk melanjutkan perjalanan."Terima kasih atas saranmu Ketua Pang. Apakah situasi di Dataran Tengah benar-benar sudah tak terkendali lagi?" Xiao Long bertanya sembari mengikat barang-barang di atas kereta barang dengan tali."Iya, sangat tidak terkendali. Masing-masing klan dan sekte saling mencurigai dan berseteru. Sudah tidak terbilang pertarungan terjadi dan memakan banyak korban. Rakyat biasa enggan untuk tinggal di wilayah ini karena selalu menjadi korban dan tidak ada yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka." Jelas Ketua Pang panjang lebar."Itu bisa dimengerti. Aku rasa jika orang-orang biasa tinggal di wilayah ini mereka harus bergabung dengan sekte atau klan tertentu dengan membayar sejumlah upeti." Xiao Long menatap Ketua Pang dengan serius
Wisma Lonceng Naga "Wu Hongyi, apa ada kabar?" Xie Jing Cuan memetik senar guzheng dan memainkan lagu kesayangannya."Tuan Xie, ada tanda-tanda keberadaan Pasukan Mo Yu." Wu Hongyi melaporkan dan seperti biasa melayang turun dari pohon plum yang kini sudah tak berbunga lagi."Di mana mereka?" Tian Xie masih memetik senar guzhengnya dengan santai."Mereka berada di pusat Dataran Tengah. Saat ini Dataran Tengah mulai dilanda gejolak. Perseteruan antar sekte dan klan semakin meruncing." Wu Hongyi meletakkan sebuah gulungan dari lengan jubahnya dan meletakkannya di atas meja marmer."Lima belas tahun sekte dan klan di Dataran Tengah mencoba untuk saling menahan diri. Namun sekarang sepertinya itu sudah tidak mungkin lagi. Dendam lama, ambisi dan kepentingan-kepentingan segelintir orang membuat wilayah yang memang sudah panas menjadi semakin membara." Xie Jing Cuan tersenyum kecut.Dia sendiri adalah ketua Sekte Sembilan Pintu Kemati