"Long Gege!" Dong Xiu Bai berseru gembira dan memeluk lehernya."Kau tidak apa-apa?" Xiao Long melayang turun dan menjejakkan kakinya ke tanah.Menurunkan Dong Xiu Bai dan memastikan gadis kecil itu baik-baik saja."Jaga telurmu." Xiao Long menyerahkan bungkusan kain yang tadi dibawanya."Aih dari mana Gege tahu ini sebutir telur naga?" Dong Xiu Bai bertanya seraya menggerakkan kepalanya dengan lucu.Jepit rambut di kepalanya turut bergoyang dan berdenting pelan. Entah mengapa di saat Dong Xiu Bai menggerakkan kepalanya seperti itu suasana terasa sunyi. Hanya terdengar desau angin dan denting jepit rambutnya yang bergoyang."Semalam kau tidur dengan memeluknya erat-erat dan bergumam menyebutnya telur naga." Xiao Long tersenyum dan menepuk kepalanya."Bukankah dia tawanan yang di gubuk?" Seorang prajurit menatap mereka."Astaga! Bagaimana mereka bisa lepas? Kalian sungguh ceroboh!" Rekannya marah dan memukul kepa
"Ini lebih baik!" Dong Xiu Bai tertawa gembira saat memasuki tenda."Nona kau pasti ingin membersihkan diri bukan? Mari ikut denganku." Seorang gadis pelayan menyambut Dong Xiu Bai dan membawanya ke bagian belakang tenda.Sedangkan pelayan yang lain melayang Tuan Wu dan Xiao Long. Tian Min memutuskan untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu. Sama halnya dengan Dong Xiu Bai, dia juga merasa lelah dan berdebu."Bungkusan apa itu?" Tuan Wu memicingkan mata menatap bungkusan kain yang dibawa Dong Xiu Bai tadi.Bungkusan itu kini tergeletak di atas sebuah bantal di sebelah Xiao Long."Entahlah! Namun aku mendengar Bai'er mengigau saat tidur dan menyebutnya telur naga." Xiao Long menjelaskan seraya menyentuh bungkusan itu."Telur naga? Dari mana Nona Muda mendapatkannya?" Tuan Wu menatap benda itu tak berkedip.Dia bahkan lebih fokus pada benda tu daripada memandang gadis cantik yang menuangkan teh untuknya. Gadis itu mencuri-
"Tuan Wu! Tuan Long berhati-hatilah! Sepanjang perjalanan menuju pusat Dataran Tengah bisa dikatakan bukan perjalanan yang mudah." Ketua Pang mengingatkan saat keesokan harinya mereka berempat bersiap untuk melanjutkan perjalanan."Terima kasih atas saranmu Ketua Pang. Apakah situasi di Dataran Tengah benar-benar sudah tak terkendali lagi?" Xiao Long bertanya sembari mengikat barang-barang di atas kereta barang dengan tali."Iya, sangat tidak terkendali. Masing-masing klan dan sekte saling mencurigai dan berseteru. Sudah tidak terbilang pertarungan terjadi dan memakan banyak korban. Rakyat biasa enggan untuk tinggal di wilayah ini karena selalu menjadi korban dan tidak ada yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka." Jelas Ketua Pang panjang lebar."Itu bisa dimengerti. Aku rasa jika orang-orang biasa tinggal di wilayah ini mereka harus bergabung dengan sekte atau klan tertentu dengan membayar sejumlah upeti." Xiao Long menatap Ketua Pang dengan serius
Wisma Lonceng Naga "Wu Hongyi, apa ada kabar?" Xie Jing Cuan memetik senar guzheng dan memainkan lagu kesayangannya."Tuan Xie, ada tanda-tanda keberadaan Pasukan Mo Yu." Wu Hongyi melaporkan dan seperti biasa melayang turun dari pohon plum yang kini sudah tak berbunga lagi."Di mana mereka?" Tian Xie masih memetik senar guzhengnya dengan santai."Mereka berada di pusat Dataran Tengah. Saat ini Dataran Tengah mulai dilanda gejolak. Perseteruan antar sekte dan klan semakin meruncing." Wu Hongyi meletakkan sebuah gulungan dari lengan jubahnya dan meletakkannya di atas meja marmer."Lima belas tahun sekte dan klan di Dataran Tengah mencoba untuk saling menahan diri. Namun sekarang sepertinya itu sudah tidak mungkin lagi. Dendam lama, ambisi dan kepentingan-kepentingan segelintir orang membuat wilayah yang memang sudah panas menjadi semakin membara." Xie Jing Cuan tersenyum kecut.Dia sendiri adalah ketua Sekte Sembilan Pintu Kemati
Xiao Long masih terjaga dan menatap telur yang didekap Dong Xiu Bai. Ingatannya kembali melayang saat dia masihlah seorang bocah seusia Dong Xiu Bai."Pangeran, sebenarnya Naga es bukan hanya roh tetapi memang seekor naga. Sama halnya dengan Rubah putih berekor sembilan milik Klan Ming dan Phoenix Api milik Klan Hua." Ming Feng Ying menjelaskan padanya saat mengajarinya sejarah Negeri Kaili."Apakah kau pernah melihat ketiga hewan mistis itu?" Tanyanya dengan polos pada pria yang selalu membuatnya terkagum-kagum itu."Jangankan diriku, ayah dan kakekku pun belum pernah melihatnya." Ming Feng Ying tersenyum dan menepuk kepalanya."Jadi kapan ketiganya terlihat?" Ao Yu Long kembali bertanya dengan polos.Waktu itu dia memang masih kanak-kanak. Hanya tahu dunia di sekitarnya yang dipenuhi dengan orang-orang yang tidak dipahaminya. Posisinya selalu diremehkan karena dia hanya putra seorang selir kecil tanpa gelar apapun."Menurut sejarah ketiganya muncul bersamaan saat perang besar meland
"Wah baozi!" Dong Xiu Bai berseru girang.Di dalam kotak terdapat dua buah baozi yang masih hangat. Dong Xiu Bai mengambil sebuah dan membaginya menjadi dua."Ini untuk Gege." Diberikannya separuh baozi itu pada Xiao Long. "Dan ini untuk kalian." Kemudian sebuah lagu diberikannya pada Tuan Wu dan Tian Min."Terima kasih Nona." Tian Min dan Tuan Wu menerima Bao zi itu dan membaginya menjadi dua."Ehm, ini enak." Dong Xiu Bai tersenyum dan menatap baozi berisi daging itu."Makanlah pelan-pelan." Xiao Long memperingatkannya dan mengusap bibir gadis kecil itu dengan sapu tangannya."Bibi cantik tadi pasti pandai memasak." Dong Xiu Bai memuji wanita tadi seraya melirik pintu menuju belakang kedai yang setengah terbuka."Seingatku kedai ini dahulu terkenal dengan baozi dan mie-nya. Juga zongzi dan teh yang juga lezat." Xiao Long menatap ke sekeliling kedai.Kondisi kedai tampak lusuh dan sepi. Meski bersih dan rapi tetap saja terlihat jika kedai ini bukanlah kedai yang terurus."Kau benar,
"Bibi Ling-Ling, kami pergi dulu." Dong Xiu Bai memeluk Ling-Ling erat-erat."Siapa namamu?" Ling-Ling menatap Dong Xiu Bai dan menggenggam tangan mungilnya."Bai'er, panggil aku begitu." Dong Xiu Bai tersenyum manis memamerkan gigi putihnya."Bai'er, bisakah kita bertemu lagi?" Ling-Ling melepaskan genggaman tangannya dan merapikan rambut Dong Xiu Bai yang sedikit berantakan."Jika kau pergi ke Tanah Bebas, kami akan mengunjungimu di sana setelah urusan kami di Daratan Tengah selesai." Xiao Long yang menjawab pertanyaan Ling-Ling."Sudah aku duga, kalian bukan orang sembarangan, bukan pedagang seperti katamu." Ling-Ling tertawa dan menatap Tuan Wu dengan tatapan getir."Tidak apa, aku memahami. Baiklah, aku akan ke Tanah Bebas dan menunggu kalian di sana. Berjanjilah untuk kembali ke sana dalam keadaan selamat." Ling-Ling berdiri dan menyusut air mata yang entah sejak kapan mulai menetes dari mata beningnya."Kami berjanji!" Tuan Wu mengangkat tangannya diikuti Dong Xiu Bai dan Tian
Xiao Long duduk di kursi menatap jendela dengan tatapan nanar. Sementara itu Dong Xiu Bai beristirahat di kamarnya."Tuan, silakan tehnya!" Gadis pelayan bernama Fang-Fang tadi, menuangkan teh dan menyajikannya untuknya."Terima kasih. Apakah Nyonya Ning masih menerima tamu di malam hari?" Xiao Long bertanya sambil lalu seakan-akan bukan suatu hal yang penting untuk ditanyakan.Gadis itu berhenti menyajikan teh dan menatap Xiao Long takut-takut. Xiao Long tidak memperhatikannya dan menyesap tehnya pelan."Tampan," gumam gadis itu seraya mengulum senyumnya."Apakah Anda ingin bertemu Nyonya Ning?" Tanyanya dengan hati-hati."Iya, sampaikan padanya aku ingin bertemu dengannya kapan pun dia memiliki waktu luang." Xiao Long meletakkan cangkir tehnya dan menatap gadis itu."Baiklah! Akan saya sampaikan kepada Nyonya Ning." Gadis itu tersenyum dan kembali melanjutkan menuangkan teh.Paviliun di wisma Ning memiliki pelayan-pelayan yang pandai dan cekatan. Karena tamu yang menyewa paviliun bi