BOMMMM!!!BOMMMM!!!BOMMMM!!!Tiga serangan cepat yang menghantam bagian atas panggung arena Sayembara Pendekar Muda jelas mengejutkan semua orang yang berada di dalam stadium.Bersamaan dengan ledakan itu, beberapa orang penonton langsung menarik senjatanya dan menghujamkannya kepada rekan di sampingnya. Semua yang berada di dalam stadium langsung berteriak histeris. Tidak ada yang menduga jika akan ada serangan di tengah stadium dan banyaknya pendekar dari aliran putih, bahkan tiga pendekar tanpa tanding ikut hadir di dalam stadium."Bedebah sialan, siapa yang berani menyerang tempatku." MagaDewi berteriak dengan keras. Bersamaan dengan itu pula dia memerintahkan kaki tangannya untuk mengamankan orang-orang yang membuat kericuhan.Puluhan pendekar yang berkerja di bawah MagaDewi langsung turun membantu para penonton yang tidak berasal dari kalangan pendekar. Namun para pendekar itu dengan cepat di kejutkan dengan kemampuan yang di tunjukkan oleh para pendekar aliran hitam itu, mere
Setelah selesai babak akhir dan dirinya di nyatakan sebagai Jawara Sayembara Pendekar Muda, Abinawa langsung bergerak cepat menuju meja taruhan yang berada cukup jauh dari panggung arena."Kau sangat percaya diri anak muda dan sepertinya keberuntungan selalu menaungi dirimu," ucap pemuda yang bertugas menjaga meja taruhan itu."Kau benar sobat, aku hanya sedang di naungi oleh keberuntungan,""Aku tidak salah jika mengatakan kau adalah pemuda paling kaya di di Kota Bandar Agung, bahkan di seluruh benua jika hadiah Sayembara Pendekar Muda yang di tambah hasil kemenanganmu di meja taruhan."Abinawa hanya tersenyum tipis. Dia sudah menyadari hal itu, bahkan jika dia tidak mengambil hadiah dari Sayembara Pendekar Muda saja, kekayaan yang di miliki olehnya sudah sangat luar biasa untuk pemuda seusianya.BOMMM!!!BOMMM!!!BOMMM!!!"Stadium di serang!!!" Suara ledakan dan teriakan dari arah stadium terdengar dengan jelas di telinga Abinawa. Dia dengan cepat menyimpan semua hadiah kemenangann
"Haha, akhirnya impianku untuk menyerang aliran putih tercapai, aku akan menandai ini sebagai awal dari perang besar antar aliran ... " Janiko berteriak dengan keras di atas kursi tertinggi stadium.Dia memerintah orang-orangnya untuk segera memburu siapa saja yang mereka temui di dalam stadium. Janiko berpesan untuk tidak membiarkan satu nyawapun berhasil meninggalkan stadium, kecuali 3 orang Sage itu karena dia menyadari kecil kemungkinan 3 Sage itu terbunuh.Janiko melompat dan mendarat tepat di tengah arena, dia langsung menggunakan senjatanya memburu siapapun yang berada di dekatnya. "Sentika, kemarilah aku menantang dirimu... " Janiko berteriak keras menantang Sentika yang berada di atas podium kehormatan. Dia sejak awal mengamati setiap penjuru dan mencari keberadaan dari Sentika.Setelah menunggu beberapa saat, sosok yang di tantangnya tidak jua menampakkan diri. Dia geram dan mulai mengayunkan kapaknya membelah angin menghabisi banyak nyawa pendekar aliran putih.Janiko mema
Setelah mencari cukup lama, Abinawa akhirnya menemukan keberadaan dari Tuk Hawi. Sosok yang di carinya itu sedang dalam keadaan genting, tubuhnya sudah berdarah-darah dan nafas tidak lagi beraturan.Abinawa yang melihat hal itu, langsung berpindah tempat dan menggunakan pedangnya tepat waktu menangkis pedang lawannya yang hendak memenggal kepala Tuk Hawi, jika dia terlambat satu detik saja maka sosok Tuk Hawi hanya akan tinggal nama.Detik kemudian, Abinawa menyerang balik memanfaatkan keterkejutan dari lawannya. Dia tanpa kesulitan mendaratkan tiga tebasan yang memberikan luka serius pada lawannya. Merasa belum cukup puas, Abinawa membuat gerakan menusuk yang menembus dada lawannya dan merenggut nyawanya detik itu pula.Setelah berhasil menghabisi lawannya, Abinawa langsung mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Tuk Hawi untuk menghentikan pendarahan pada tubuh laki-laki paruh baya itu."Tuk, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Abinawa, dia ingin memastikan jika Tuk Hawi masih dalam keadaa
Lansa Loka yang selama ini begitu di segani dan di takuti, membuat dia merasa semua orang harus tunduk kepadanya.Lansa Loka yang mendengar bantahan dari Abinawa jelas membuat dia begitu naik pitam dan kepalanya terasa mendidih. "Aku akan membuatmu merasakan bagaimana mati dengan rasa sakit yang luar biasa," bentak Lansa Loka.Lansa Loka menarik goloknya dan mengalirkan tenaga dalam, hingga membuat golok itu di selimuti oleh aura berwarna hitam legam.Abinawa yang melihat hal itu jelas tidak memiliki pilihan lain, dia langsung menyuntikan tenaga dalam ke pedangnya dan langsung melakukan perubahan energi api."Menarik sekali, pemuda yang mampu melakukan perubahan energi di usia yang sangat belia," Lansa Loka bertambah semangat melihat Abinawa mampu melakukan perubahan energi.Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lansa Loka bergerak maju. Dia langsung membombardir Abinawa dengan variasi jurus goloknya. Lansa Loka langsung memegang kendali pertarungan, dia membuat Abinawa berada di posisi be
Setelah berhasil mengalahkan Lansa Loka, sosok Abinawa langsung menjadi pusat perhatian. Semua jelas tidak menduga jika Abinawa akan mampu mengalahkan Lansa Loka yang merupakan putra dari Arya Loka yang katanya memiliki kemampuan hampir setara dengan para Sage."Aku harus memulihkan diri dengan cepat dan membantu yang lainnya lebih dulu, sebelum efek dari penggunaan energi alam di dalam tubuhku akan bereaksi," Abinawa mengambil posisi duduk bersila, dia melakukannya meditasi untuk mengembalikan tenaga dalamnya.Dia jelas menyadari jika pertarungan masih jauh dari kata selesai, bahkan Abinawa melihat para Sage sekalipun sudah turun untuk membantu yang lainnya. Tidak ada yang memiliki keberanian untuk mendekati Abinawa yang sedang melakukan meditasi dan olah pernafasan, selain beberapa pendekar aliran putih yang langsung menjaganya, mereka juga takut jika Abinawa mampu memprediksi keberadaan mereka sekalipun menutup matanya.***Ayundia dan Gandasena memimpin generasi muda untuk segera
Abinawa membuka matanya saat merasakan tenaga dalamnya sudah kembali, memang salah satu teknik yang di ajarkan oleh Girih Fatih adalah teknik cara menghimpun tenaga dalam dengan cepat.Abinawa mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru stadium, dia ingin memeriksa semua pertarungan. Dia dapat menyimpulkan jika saat ini aliran putih mulai mampu mengimbangi dan mendesak alirah hitam.Namun, Abinawa sadar semua ini masih jauh dari kata selesai. Abinawa kembali berdiri dan bersiap untuk membantu yang lainnya, akan tetapi langkahnya terhenti saat matanya menemukan sosok yang di kenal sedang dalam kondisi berbahaya.Dalam beberapa tarikan nafas, Abinawa berpindah tempat dan dia dengan cepat menarik pedangnya menangkis tebasan pedang yang ter'arah ke batang leher Gandasena dan Ayundia.Trangg!!!"Tapak Kaisar Naga"Bammm!!!Satu serangan tapak melesat cepat menghantam bagian perut laki-laki itu yang tidak lain adalah Awok. Awok pun terhempas jauh ke belakang memegangi perutnya yang terasa p
Kelana Jaya menarik pedangnya, dia menyuntikan tenaga dalam dan melakukan perubahan energi angin, seketika itu pula pedangnya di selimuti angin yang berputar mengelilingi bilah pedangnya."Sialan, aku tidak memiliki pilihan lain, kecuali menghadapi Kelana Jaya. Baiklah, lebih baik mati dengan memberikan perlawanan dari pada harus mati tanpa perlawan,"Awok menyuntikan pula tenaga dalam ke pedangnya. Pedangnya seketika di selimuti oleh aura hitam pekat nan legam."Aku suka ini, jika kau memberi perlawanan maka pertarungan kita akan imbang," ucap Kelana Jaya.Awok menggeram kesal sekali lagi, sebelum dia bersiap dengan kuda-kuda tarungnya. Dia jelas tidak akan pernah menyerang lebih dulu, karena menyadari perbedaan kekuatan itu."Tidak ingin menyerang lebih dulu? Kau membuat keputusan yang salah,"Kelana Jaya langsung berpindah tempat, kecepatannya bak kilatan cahaya membuat Awok terkejut. Alhasil satu serangan pembuka dari Kelana Jaya terlambat di antisipasi oleh Awok, hingga menghasi