Abinawa akhirnya memilih bergerak lebih dulu. Dalam satu tarikan nafas, Abinawa sudah berada tepat di hadapan Ayunda. Hal itu jelas mengejutkan Ayundia yang tidak menduga jika Abinawa dapat bergerak secepat itu."Cepat sekali... ""Dewa Bermain Pedang"Abinawa mengayunkan pedangnya yang di selimuti api dengan cepat. Dia kali ini membuka serangan dengan permainan pedang yang lembut dan cepat. Permainan pedang yang di tunjukkan oleh Abinawa seolah tidak berbahaya dan terkesan sedang menari, akan tetapi jika di lihat lebih teliti, setiap perubahan tebasan akan selalu mengincar titik lemah lawan. Abinawa langsung mendominasi pertarungan, dia mendesak Ayundia sampai pada titik bertahan total.Ayundia benar-benar kelimpungan dengan serangan cepat yang di buat Abinawa, dia yang tidak dalam posisi siap harus puas terus berada di posisi bertahan. Beberapa kali terlihat Ayundia berusaha membangun serangan balik, akan tetapi semuanya berhasil di mentahkan."Sial, aku tidak bisa terus berada di
Semua yang menyaksikan pertarungan gerakan dan jurus yang di gunakan oleh Abinawa langsung di buat terkesima. Berhasil mendesak Ayundia sampai pada titik tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya bisa bertahan, jelas bukan sesuatu yang mudah, apalagi mendesak seorang jenius bela diri."Tidak salah lagi, jurus yang di gunakan oleh pemuda bernama Abinawa itu adalah jurus yang sering di gunakan oleh senior sepuh Girih Fatih, bagaimana bisa dia menguasainya atau apa mungkin dia adalah murid yang akan mewarisi semua ilmunya?" Ucap MagaDewi.MagaDewi yang sudah hidup sangat lama, jelas mengenal sosok Girih Fatih yang merupakan pendekar tanpa tanding di masanya.Pada masanya, Girih Fatih adalah pendekar yang paling disegani dan di takuti. Jadi tidak heran jika semua orang bisa melihat ciri khas dari seorang Girih Fatih saat bertarung."Senior MagaDewi, apa aku tidak salah dengar, kau mengatakan pemuda bernama Abinawa ini mewarisi ilmu dari Girih Fatih?" Tanya Ganendra yang berada di sebelah Maga
BOMMMM!!!BOMMMM!!!BOMMMM!!!Tiga serangan cepat yang menghantam bagian atas panggung arena Sayembara Pendekar Muda jelas mengejutkan semua orang yang berada di dalam stadium.Bersamaan dengan ledakan itu, beberapa orang penonton langsung menarik senjatanya dan menghujamkannya kepada rekan di sampingnya. Semua yang berada di dalam stadium langsung berteriak histeris. Tidak ada yang menduga jika akan ada serangan di tengah stadium dan banyaknya pendekar dari aliran putih, bahkan tiga pendekar tanpa tanding ikut hadir di dalam stadium."Bedebah sialan, siapa yang berani menyerang tempatku." MagaDewi berteriak dengan keras. Bersamaan dengan itu pula dia memerintahkan kaki tangannya untuk mengamankan orang-orang yang membuat kericuhan.Puluhan pendekar yang berkerja di bawah MagaDewi langsung turun membantu para penonton yang tidak berasal dari kalangan pendekar. Namun para pendekar itu dengan cepat di kejutkan dengan kemampuan yang di tunjukkan oleh para pendekar aliran hitam itu, mere
Setelah selesai babak akhir dan dirinya di nyatakan sebagai Jawara Sayembara Pendekar Muda, Abinawa langsung bergerak cepat menuju meja taruhan yang berada cukup jauh dari panggung arena."Kau sangat percaya diri anak muda dan sepertinya keberuntungan selalu menaungi dirimu," ucap pemuda yang bertugas menjaga meja taruhan itu."Kau benar sobat, aku hanya sedang di naungi oleh keberuntungan,""Aku tidak salah jika mengatakan kau adalah pemuda paling kaya di di Kota Bandar Agung, bahkan di seluruh benua jika hadiah Sayembara Pendekar Muda yang di tambah hasil kemenanganmu di meja taruhan."Abinawa hanya tersenyum tipis. Dia sudah menyadari hal itu, bahkan jika dia tidak mengambil hadiah dari Sayembara Pendekar Muda saja, kekayaan yang di miliki olehnya sudah sangat luar biasa untuk pemuda seusianya.BOMMM!!!BOMMM!!!BOMMM!!!"Stadium di serang!!!" Suara ledakan dan teriakan dari arah stadium terdengar dengan jelas di telinga Abinawa. Dia dengan cepat menyimpan semua hadiah kemenangann
"Haha, akhirnya impianku untuk menyerang aliran putih tercapai, aku akan menandai ini sebagai awal dari perang besar antar aliran ... " Janiko berteriak dengan keras di atas kursi tertinggi stadium.Dia memerintah orang-orangnya untuk segera memburu siapa saja yang mereka temui di dalam stadium. Janiko berpesan untuk tidak membiarkan satu nyawapun berhasil meninggalkan stadium, kecuali 3 orang Sage itu karena dia menyadari kecil kemungkinan 3 Sage itu terbunuh.Janiko melompat dan mendarat tepat di tengah arena, dia langsung menggunakan senjatanya memburu siapapun yang berada di dekatnya. "Sentika, kemarilah aku menantang dirimu... " Janiko berteriak keras menantang Sentika yang berada di atas podium kehormatan. Dia sejak awal mengamati setiap penjuru dan mencari keberadaan dari Sentika.Setelah menunggu beberapa saat, sosok yang di tantangnya tidak jua menampakkan diri. Dia geram dan mulai mengayunkan kapaknya membelah angin menghabisi banyak nyawa pendekar aliran putih.Janiko mema
Setelah mencari cukup lama, Abinawa akhirnya menemukan keberadaan dari Tuk Hawi. Sosok yang di carinya itu sedang dalam keadaan genting, tubuhnya sudah berdarah-darah dan nafas tidak lagi beraturan.Abinawa yang melihat hal itu, langsung berpindah tempat dan menggunakan pedangnya tepat waktu menangkis pedang lawannya yang hendak memenggal kepala Tuk Hawi, jika dia terlambat satu detik saja maka sosok Tuk Hawi hanya akan tinggal nama.Detik kemudian, Abinawa menyerang balik memanfaatkan keterkejutan dari lawannya. Dia tanpa kesulitan mendaratkan tiga tebasan yang memberikan luka serius pada lawannya. Merasa belum cukup puas, Abinawa membuat gerakan menusuk yang menembus dada lawannya dan merenggut nyawanya detik itu pula.Setelah berhasil menghabisi lawannya, Abinawa langsung mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Tuk Hawi untuk menghentikan pendarahan pada tubuh laki-laki paruh baya itu."Tuk, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Abinawa, dia ingin memastikan jika Tuk Hawi masih dalam keadaa
Lansa Loka yang selama ini begitu di segani dan di takuti, membuat dia merasa semua orang harus tunduk kepadanya.Lansa Loka yang mendengar bantahan dari Abinawa jelas membuat dia begitu naik pitam dan kepalanya terasa mendidih. "Aku akan membuatmu merasakan bagaimana mati dengan rasa sakit yang luar biasa," bentak Lansa Loka.Lansa Loka menarik goloknya dan mengalirkan tenaga dalam, hingga membuat golok itu di selimuti oleh aura berwarna hitam legam.Abinawa yang melihat hal itu jelas tidak memiliki pilihan lain, dia langsung menyuntikan tenaga dalam ke pedangnya dan langsung melakukan perubahan energi api."Menarik sekali, pemuda yang mampu melakukan perubahan energi di usia yang sangat belia," Lansa Loka bertambah semangat melihat Abinawa mampu melakukan perubahan energi.Tanpa menunggu lebih lama lagi, Lansa Loka bergerak maju. Dia langsung membombardir Abinawa dengan variasi jurus goloknya. Lansa Loka langsung memegang kendali pertarungan, dia membuat Abinawa berada di posisi be
Setelah berhasil mengalahkan Lansa Loka, sosok Abinawa langsung menjadi pusat perhatian. Semua jelas tidak menduga jika Abinawa akan mampu mengalahkan Lansa Loka yang merupakan putra dari Arya Loka yang katanya memiliki kemampuan hampir setara dengan para Sage."Aku harus memulihkan diri dengan cepat dan membantu yang lainnya lebih dulu, sebelum efek dari penggunaan energi alam di dalam tubuhku akan bereaksi," Abinawa mengambil posisi duduk bersila, dia melakukannya meditasi untuk mengembalikan tenaga dalamnya.Dia jelas menyadari jika pertarungan masih jauh dari kata selesai, bahkan Abinawa melihat para Sage sekalipun sudah turun untuk membantu yang lainnya. Tidak ada yang memiliki keberanian untuk mendekati Abinawa yang sedang melakukan meditasi dan olah pernafasan, selain beberapa pendekar aliran putih yang langsung menjaganya, mereka juga takut jika Abinawa mampu memprediksi keberadaan mereka sekalipun menutup matanya.***Ayundia dan Gandasena memimpin generasi muda untuk segera
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari