Terlemparnya Batari Ambar keluar arena Sayembara Pendekar Muda, serta menderita luka yang cukup serius, membuatnya di nyatakan gugur di babak semi final.Batari Ambar tersenyum puas, sekalipun dia kalah dan menderita luka yang cukup serius. Hal itu tentu di dasari oleh dirinya yang mampu memberikan perlawanan sengit kepada Ayundia, serta sudah menggunakan seluruh kemampuan terbaiknya dan menunjukkan jika dia yang berasal dari sekte kecil juga bisa menjadi pendekar hebat di masa depan nantinya.Sementara itu, para penonton bertepuk tangan dan bersorak dengan riuh. Mereka menyambut kemenangan Ayundia dan memberikannya apresiasi hebat kepada Batari Ambar karena mampu mengimbangi kemampuan dari Ayundia yang merupakan jenius aliran putih, serta di didik langsung oleh Sentika, Sage Pedang.Sementara itu, Lanting Damar langsung menghampiri Batari Ambar. Dia jelas khawatir dengan keselamatan dari Batari Ambar."Ambar, apakah kau baik-baik saja? Luka dalammu tidak begitu serius bukan? Yang aka
Setelah terlibat pertarungan yang sengit, keduanya akhirnya melompat mundur menjaga jarak."Sekte Halilintar benar-benar melahirkan bakat yang luar biasa pada dirimu Gandasena." Abinawa tidak sungkan melemparkan pujiannya.Gandasena tersenyum tipis, dia menyadari betul jika sejak awal Abinawa belum bertarung dengan serius."Kau terlalu memuji, dirimu jauh lebih berbakat dari diriku yang di besarkan di sekte besar." Gandasena berbalik memuji. Menit kemudian, Abinawa kembali melesat cepat ke arah Gandasena. Kali ini terlihat kecepatan meningkat dari sebelumnya.'Sepertinya dia mulai serius.' batin Gandasena.Gandasena mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya. Dia sadar jika Abinawa sudah serius, maka akan sangat beresiko jika dia lengah.Pertemuan dua pedang itu langsung menghasilkan gelombang kekuatan yang besar. Abinawa yang menitikberatkan pada kecepatan, mampu di imbangi dengan baik oleh Gandasena yang sejak awal mengandalkan power untuk membuat serangan balik, sehingga membuatnya ter
Setelah pertandingan selesai, Abinawa langsung berjalan cepat menuju meja taruhan. Dia jelas ingin mengambil hasil kemenangan dirinya.Laki-laki yang menunggu meja taruhan itu tersenyum tipis menyambut kedatangan dari Abinawa. Dia yakin jika harta yang di miliki oleh Abinawa saat ini sudah sangat banyak, karena setiap taruhan yang di ikuti olehnya selalu berhasil di menangkan, di tambah dengan kemenangan ini, maka tidak salah jika mengatakan harta yang di miliki oleh Abinawa melebihi seorang saudagar, hanya dari Sayembara Pendekar Muda."Selamat anak muda, kau akan menjadi pendekar kaya raya... " Ucap laki-laki yang menjaga meja taruhan itu."Haha, hari ini adalah hari keberuntunganku." Laki-laki penjaga meja taruhan itu mengernyitkan dahinya. Dia merasa sejak awal Abinawa sudah yakin jika dia akan menang, sehingga tidak sungkan bertaruh sangat besar seperti saat ini."Apakah dirimu akan kembali bertaruh untuk babak puncak nanti?" Tanya laki-laki itu.Abinawa mengangkat bahunya, dia
Kelana Jaya dan Sudartawa menempuh perjalanan dengan ilmu meringan tubuh, sehingga membuat perjalanannya mereka menjadi sedikit singkat dari pada di tempuh dengan berjalan kaki ataupun kuda."Kemana kita akan mencarinya?" Tanya Sudartawa.Kenala Jaya hanya mengangkat kedua bahu, sejujurnya dia juga tidak tahu harus mencari Abinawa. Satu-satunya yang bisa di lakukan adalah mencari Arga dan menanyakan perihal keberadaan dari Abinawa.Tidak sulit untuk menemukan lokasi penginapan rombongan Sekte Api dan Angin atau kelompoknya Arga, karena sejak awal mereka sudah mendapatkan lokasi tersebut dari ketua Sekte.Kedatangannya keduanya di sambut hangat oleh dua orang Tetua yang di tugaskan mendampingi rombongan Arga dalam Sayembara Pendekar Muda."Tetua Kelana, Tetua Sudartawa. Maafkan kami yang tidak menyambut kedatangan kalian dengan baik." Ucap salah satu dari Tetua itu."Tidak perlu terlalu di pikirkan, kedatangan kami juga begitu mendadak. Sekarang, aku ingin bertemu dengan Arga."Dua Tet
Kelana Jaya dapat sedikit mengelus dada, meskipun dia gagal mengajak Abinawa untuk kembali, tetapi hasil yang dia dapatkan juga tidak terlalu mengecewakan."Tetua, kenapa kita tidak memaksanya untuk kembali ke sekte? Bukankah Ketua mengatakan jika kita harus berusaha keras membujuknya." Tanya Sudartawa."Apa kau tidak menyadari peningkatan kekuatan secara signifikan adalah sesuatu yang mustahil, jika ada yang bisa melakukannya maka ada sosok kuat di belakangnya." Sudartawa yang mendengar hal itu diam, dia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu."Kau pasti sudah dapat membayangkan jika sosok di belakang Abinawa tersinggung dengan tindakan kita, maka kita akan berada dalam bahaya. Aku bahkan tidak yakin jika Ketua Danu Jaya dan Sekte Api dan Angin bergerak." Kelana Jaya memberikan penjelasan.Sudartawa menganggukkan kepalanya, dia tidak membantah penjelasan dari Kelana Jaya. Sudartawa tidak dapat membayangkan jika mereka memang akan bersentuhan dengan sosok itu, sudah pasti banyak yan
Stadium utama yang menjadi tempat di langsungkannya Sayembara Pendekar Muda sudah penuh terisi, sekalipun matahari baru menampakan dirinya ke muka bumi.Hampir seluruh yang memadati bangku penonton adalah mereka yang berasal dari kalangan pendekar, hanya segelintir saja di temukan orang biasa yang memiliki kedudukan tinggi sehingga dapat ikut menyaksikan pertandingan babak akhir.Selain itu, banyak di temukan wajah-wajah baru di dalam stadium itu. "Suasana stadium begitu berbeda, aku menemukan begitu banyak wajah-wajah asing yang tidak pernah ku lihat sebelumnya... " Gumam Abinawa.Abinawa menarik nafas panjang, dia berusaha berpikir jernih dan memusatkan perhatiannya kepada pertandingan penentu Jawara yang sebenarnya.***MagaDewi berdiri di depan ribuan pasang mata yang berada di dalam stadium. MagaDewi dapat merasakan jika semua yang berada di dalam stadium adalah mereka yang berasal dari kalangan pendekar."Aku sungguh berbangga hati, karena menjadi penyelenggara Sayembara Pendek
Abinawa akhirnya memilih bergerak lebih dulu. Dalam satu tarikan nafas, Abinawa sudah berada tepat di hadapan Ayunda. Hal itu jelas mengejutkan Ayundia yang tidak menduga jika Abinawa dapat bergerak secepat itu."Cepat sekali... ""Dewa Bermain Pedang"Abinawa mengayunkan pedangnya yang di selimuti api dengan cepat. Dia kali ini membuka serangan dengan permainan pedang yang lembut dan cepat. Permainan pedang yang di tunjukkan oleh Abinawa seolah tidak berbahaya dan terkesan sedang menari, akan tetapi jika di lihat lebih teliti, setiap perubahan tebasan akan selalu mengincar titik lemah lawan. Abinawa langsung mendominasi pertarungan, dia mendesak Ayundia sampai pada titik bertahan total.Ayundia benar-benar kelimpungan dengan serangan cepat yang di buat Abinawa, dia yang tidak dalam posisi siap harus puas terus berada di posisi bertahan. Beberapa kali terlihat Ayundia berusaha membangun serangan balik, akan tetapi semuanya berhasil di mentahkan."Sial, aku tidak bisa terus berada di
Semua yang menyaksikan pertarungan gerakan dan jurus yang di gunakan oleh Abinawa langsung di buat terkesima. Berhasil mendesak Ayundia sampai pada titik tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya bisa bertahan, jelas bukan sesuatu yang mudah, apalagi mendesak seorang jenius bela diri."Tidak salah lagi, jurus yang di gunakan oleh pemuda bernama Abinawa itu adalah jurus yang sering di gunakan oleh senior sepuh Girih Fatih, bagaimana bisa dia menguasainya atau apa mungkin dia adalah murid yang akan mewarisi semua ilmunya?" Ucap MagaDewi.MagaDewi yang sudah hidup sangat lama, jelas mengenal sosok Girih Fatih yang merupakan pendekar tanpa tanding di masanya.Pada masanya, Girih Fatih adalah pendekar yang paling disegani dan di takuti. Jadi tidak heran jika semua orang bisa melihat ciri khas dari seorang Girih Fatih saat bertarung."Senior MagaDewi, apa aku tidak salah dengar, kau mengatakan pemuda bernama Abinawa ini mewarisi ilmu dari Girih Fatih?" Tanya Ganendra yang berada di sebelah Maga