Penawaran yang di berikan oleh Arga jelas sesuatu yang sangat mengejutkan. Dia tidak pernah berpikir jika Sekte Api dan Angin akan memberikan penawaran kepada dirinya untuk kembali dan menjadi bagian dari sekte itu.Abinawa yang mendapatkan tawaran tersebut jelas menolaknya. Dia jelas tidak pernah berniat kembali ke Sekte Api da Angin setelah di buang bak sebuah sampah."Kembalilah, karena aku tidak pernah sudi untuk kembali ke Sekte Api dan Angin." Ucap Abinawa."Nawa, aku harap kau memikirkan hal ini sekali lagi, karena dengan kemampuanmu sekarang, maka kau akan mendapatkan sumber daya yang besar dari sekte dan akan membuatmu berkembang dengan pesat ketimbang kau harus mengembara... " Jelas Arga yang masih mencoba membujuk Abinawa untuk kembali.Abinawa tetap pada pendiriannya, dia tidak akan kembali ke Sekte Api dan Angin, sekalipun mereka menjanjikan sumber daya yang berlimpah."Aku sudah nyaman sebagai seorang pengembara, aku juga mampu menjadi pendekar akibat sebuah pengembaraan
Stadium sudah kembali di penuhi oleh para pendekar dari berbagai kalangan. Mereka semua datang jelas ingin menyaksikan serunya pertandingan di partai semi final.Pertandingan pertama mempertemukan Ayundia dengan Batari Ambar. Ayundia yang sudah di prediksi sejak awal masuk semi final, jelas bukan menjadi kejutan bagi para penonton. Sementara keberhasilan Batari Ambar bertahan hingga babak semi final, tentu menjadi sebuah kejutan yang tidak pernah di prediksi oleh semua kalangan, di tambah lagi Batari Ambar berasal dari sekte kecil.Ayundia sudah berdiri di atas panggung arena dengan tegap dan pandangan yang tajam. Di punggungnya terselip dua pedang kecil yang menunjukkan jika Ayundia memiliki kemampuan berpedang.Semua penonton bersorak melihat sosok Ayundia, selain tampak gagah, kecantikan yang di miliki oleh Ayundia benar-benar menjadi daya tarik tersendiri bagi seorang Ayundia."Ayundia benar-benar luar biasa, aura yang di keluarkan dari tubuhnya benar-benar mengagumkan... " "Keca
Ayundia di buat terkejut saat serangannya tidak satupun yang mengenai tubuh Batari Ambar. Dia kali jelas memuji kepiawaian Batari Ambar dalam hal ilmu pedang."Dia sangat berbakat dalam ilmu pedang, sayang sekali dia tumbuh di sekte menengah, jika dia berada di sekte besar, aku yakin dia akan berkembang dengan pesat." Ucap Ayundia memuji kemampuan dari Batari Ambar.Ayundia terlihat mengambil nafas panjang, sebelum melesat cepat ke depan. Dia jelas ingin menguji sekuat apa kemampuan dari Batari Ambar, serta mengukur sebatas mana kemampuannya berkembang selama ini.Di saat yang bersamaan pula, Batari Ambar ikut bergerak ke depan. Pedang keduanya dengan cepat bertemu, Batari Ambar yang memiliki aliran pedang lembut jelas mampu mengimbangi permainan pedang agresif dari Ayundia.Dengan sangat cekatan, tidak satupun serangan Ayundia yang mengenai tubuhnya. Beberapa kali terlihat Batari Ambar mengubah kuda-kudanya dan merubah arah permainan pedangnya yang mampu menyudutkan Ayundia untuk beb
Terlemparnya Batari Ambar keluar arena Sayembara Pendekar Muda, serta menderita luka yang cukup serius, membuatnya di nyatakan gugur di babak semi final.Batari Ambar tersenyum puas, sekalipun dia kalah dan menderita luka yang cukup serius. Hal itu tentu di dasari oleh dirinya yang mampu memberikan perlawanan sengit kepada Ayundia, serta sudah menggunakan seluruh kemampuan terbaiknya dan menunjukkan jika dia yang berasal dari sekte kecil juga bisa menjadi pendekar hebat di masa depan nantinya.Sementara itu, para penonton bertepuk tangan dan bersorak dengan riuh. Mereka menyambut kemenangan Ayundia dan memberikannya apresiasi hebat kepada Batari Ambar karena mampu mengimbangi kemampuan dari Ayundia yang merupakan jenius aliran putih, serta di didik langsung oleh Sentika, Sage Pedang.Sementara itu, Lanting Damar langsung menghampiri Batari Ambar. Dia jelas khawatir dengan keselamatan dari Batari Ambar."Ambar, apakah kau baik-baik saja? Luka dalammu tidak begitu serius bukan? Yang aka
Setelah terlibat pertarungan yang sengit, keduanya akhirnya melompat mundur menjaga jarak."Sekte Halilintar benar-benar melahirkan bakat yang luar biasa pada dirimu Gandasena." Abinawa tidak sungkan melemparkan pujiannya.Gandasena tersenyum tipis, dia menyadari betul jika sejak awal Abinawa belum bertarung dengan serius."Kau terlalu memuji, dirimu jauh lebih berbakat dari diriku yang di besarkan di sekte besar." Gandasena berbalik memuji. Menit kemudian, Abinawa kembali melesat cepat ke arah Gandasena. Kali ini terlihat kecepatan meningkat dari sebelumnya.'Sepertinya dia mulai serius.' batin Gandasena.Gandasena mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya. Dia sadar jika Abinawa sudah serius, maka akan sangat beresiko jika dia lengah.Pertemuan dua pedang itu langsung menghasilkan gelombang kekuatan yang besar. Abinawa yang menitikberatkan pada kecepatan, mampu di imbangi dengan baik oleh Gandasena yang sejak awal mengandalkan power untuk membuat serangan balik, sehingga membuatnya ter
Setelah pertandingan selesai, Abinawa langsung berjalan cepat menuju meja taruhan. Dia jelas ingin mengambil hasil kemenangan dirinya.Laki-laki yang menunggu meja taruhan itu tersenyum tipis menyambut kedatangan dari Abinawa. Dia yakin jika harta yang di miliki oleh Abinawa saat ini sudah sangat banyak, karena setiap taruhan yang di ikuti olehnya selalu berhasil di menangkan, di tambah dengan kemenangan ini, maka tidak salah jika mengatakan harta yang di miliki oleh Abinawa melebihi seorang saudagar, hanya dari Sayembara Pendekar Muda."Selamat anak muda, kau akan menjadi pendekar kaya raya... " Ucap laki-laki yang menjaga meja taruhan itu."Haha, hari ini adalah hari keberuntunganku." Laki-laki penjaga meja taruhan itu mengernyitkan dahinya. Dia merasa sejak awal Abinawa sudah yakin jika dia akan menang, sehingga tidak sungkan bertaruh sangat besar seperti saat ini."Apakah dirimu akan kembali bertaruh untuk babak puncak nanti?" Tanya laki-laki itu.Abinawa mengangkat bahunya, dia
Kelana Jaya dan Sudartawa menempuh perjalanan dengan ilmu meringan tubuh, sehingga membuat perjalanannya mereka menjadi sedikit singkat dari pada di tempuh dengan berjalan kaki ataupun kuda."Kemana kita akan mencarinya?" Tanya Sudartawa.Kenala Jaya hanya mengangkat kedua bahu, sejujurnya dia juga tidak tahu harus mencari Abinawa. Satu-satunya yang bisa di lakukan adalah mencari Arga dan menanyakan perihal keberadaan dari Abinawa.Tidak sulit untuk menemukan lokasi penginapan rombongan Sekte Api dan Angin atau kelompoknya Arga, karena sejak awal mereka sudah mendapatkan lokasi tersebut dari ketua Sekte.Kedatangannya keduanya di sambut hangat oleh dua orang Tetua yang di tugaskan mendampingi rombongan Arga dalam Sayembara Pendekar Muda."Tetua Kelana, Tetua Sudartawa. Maafkan kami yang tidak menyambut kedatangan kalian dengan baik." Ucap salah satu dari Tetua itu."Tidak perlu terlalu di pikirkan, kedatangan kami juga begitu mendadak. Sekarang, aku ingin bertemu dengan Arga."Dua Tet
Kelana Jaya dapat sedikit mengelus dada, meskipun dia gagal mengajak Abinawa untuk kembali, tetapi hasil yang dia dapatkan juga tidak terlalu mengecewakan."Tetua, kenapa kita tidak memaksanya untuk kembali ke sekte? Bukankah Ketua mengatakan jika kita harus berusaha keras membujuknya." Tanya Sudartawa."Apa kau tidak menyadari peningkatan kekuatan secara signifikan adalah sesuatu yang mustahil, jika ada yang bisa melakukannya maka ada sosok kuat di belakangnya." Sudartawa yang mendengar hal itu diam, dia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu."Kau pasti sudah dapat membayangkan jika sosok di belakang Abinawa tersinggung dengan tindakan kita, maka kita akan berada dalam bahaya. Aku bahkan tidak yakin jika Ketua Danu Jaya dan Sekte Api dan Angin bergerak." Kelana Jaya memberikan penjelasan.Sudartawa menganggukkan kepalanya, dia tidak membantah penjelasan dari Kelana Jaya. Sudartawa tidak dapat membayangkan jika mereka memang akan bersentuhan dengan sosok itu, sudah pasti banyak yan
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari