Lexso yang mendapat tugas dari Wanda, tentu langsung bergerak dengan cepat. Dia jelas tidak ingin membuat Wanda merasa kecewa dengan dirinya, jikalau nanti dia gagal dalam tugasnya.Pengabdian Lexso kepada Wanda bukan tanpa alasan. Hal itu di dasari karena Wanda lah yang sudah membesarkan dirinya di saat begitu banyak orang yang mengabaikan dirinya kala itu, jauh sebelum dia menjadi salah satu yang terkuat seperti saat ini."Aku tidak tahu alasan Penasehat Wanda ingin aku menjaga pemuda itu, hingga mencapai puncak Gunung Tanpa Batas." Gumam Lexso sembari terus berjalan turun dari puncak Gunung Tanpa Batas.Dia dapat dengan cepat menemukan letak keberadaan dari pemuda yang di maksud oleh Penasehatnya Wanda."Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh Penasehat Wanda dengan mengirim diriku untuk menjaga pemuda lemah seperti dia." Kata Lexso sembari mengamati pertarungan seorang pemuda yang di hadapkan dengan tiga siluman serigala.Lexso memilih ini mengamati pertarungan itu, dia jelas tidak i
Menghadapai dua siluman Kalajengking membuat Abinawa sedikit bernafas lega. Dia merasa memiliki peluang untuk menang, sekalipun lawannya menggunakan formasi bertarung."Jika cuma dua orang, ini bukan masalah besar." Abinawa menyuntikan tenaga dalam untuk melakukan perubahan energi pada pedangnya.Dua siluman yang menjadi lawan Abinawa tersenyum mengejek, mereka merasa tugasnya cukup mudah hanya untuk meringkus Abinawa. Di tambah lagi, mereka jelas masih memiliki senjata pamungkas yang belum di keluarkan sejak awal pertarungan."Simpan senyum jelekmu itu manusia, karena sekuat apapun dirimu, kau tidak akan pernah menang berhadapan dengan kami kaum siluman." Salah seorang dari siluman itu berteriak dengan keras dan lantang."Silahkan berteriak dengan sekuat yang kau bisa, karena kali ini aku akan melumpuhkan kalian berdua." "Dewa Bermain Pedang" Tebasan pedang yang di ikuti dengan tenaga dalam langsung membuka pertarungan. Kecepatan ayunan pedang yang di kombinasikan dengan pukulan, s
Lexso tampak tidak mengalaminya kendala yang berarti saat menghadapi gempuran serangan dari tiga siluman kalajengking itu."Menggunakan formasi? Kaliam tetap tidak akan menang menghadapiku, seharusnya kalian menyadari keterbatasan kekuatan kalian, bukan malah memaksa diri dengan resiko kematian yang besar seperti ini.""Cengkraman Sukma Elang"Lexso bergerak dengan sangat cepat yang memang menjadi ciri khas utama dari ras elang. Dia bukan hanya bergerak dengan cepat, tetapi setiap berpindah tempat, satu cakaran dan cengkraman mengenai tubuh ketiga lawannya.Tiga siluman kalajengking itu bukan tidak berusaha untuk membuat serangan balik dan memberikan perlawanan, akan tetapi perbedaan kekuatan jelas menjadi kendala utama."Aku sudah memberikan kesempatan, tapi kalian menyia-nyiakannya." Lexso benar-benar menjelma menjadi momok yang menakutkan untuk tiga lawannya itu. Dia bahkan tidak memberikan kesempatan bagi lawannya untuk membuat serangan balik.Tidak membutuhkan waktu terlalu lama
Gebrakkk!!!"Bodoh, tidak becus menangkap satu anak manusia saja kalian tidak sanggup. Ras Kalajengking sepertinya sudah kehilangan kedudukannya di Kota Siluman ini." Bentak Asgar kepada tiga siluman kalajengking di hadapannya.Tiga siluman kalajengking itu hanya diam, apalagi setelah melihat kening Asgar sudah mengeluarkan urat yang menandakan dia benar-benar tersulut emosi."Panglima, jika melihat dari jasad anggotaku itu, maka dapat dipastikan jika pemuda itu memiliki kemampuan yang cukup tinggi. Dan, satu hal yang terpenting, dia tidak sendirian." Amon, salah satu tetua kehormatan dari Ras Kalajengking memberanikan diri untuk berbicara."Bagaimana kau bisa yakin jika dia tidak sendirian?"Amon menarik nafas panjang, lantas menjelaskan jika dia menebak hal itu dari bekas pertarungan tempat di mana dia menemukan lima anggotanya tewas. "Tempat bekas pertarungan yang berjarak cukup jauh, masuk akal." Asgar memegang dagunya, keningnya terlihat kembali berkerut.Kegagalan dari lima sil
"Akhirnya kau tiba juga nak." Seorang pria berambut putih menyambut dirinya.Abinawa memperhatikan sosok itu cukup lama, hingga membuat dia tertegun. Selain aura penuh wibawa, Abinawa juga merasa heran bagaimana manusia biasa hidup di tengah Kota Siluman. Di mana setahu dirinya, kaum siluman menganggap manusia sebagai kaum rendahan."Tuan, kau manusia? Sama denganku. Tapi, bagaimana bisa kau hidup di tengah siluman yang membenci manusia?" Abinawa memberanikan diri untuk bertanya.Pria itu tersenyum tipis, dia menyadari jika dirinya yang berada di posisi Abinawa, maka dia juga akan mengajukannya pertanyaan yang sama.Pria itu adalah Wanda, seorang penasehat di kaum siluman. Wanda sendiri adalah sosok yang di takuti dan begitu di segani di Kota Siluman ataupun kaum siluman. Bahkan, rumor yang beredar jika Wanda memiliki kemampuan di atas Asta yang merupakan ketua kaum siluman.Bangunan yang di masuki oleh Abinawa sendiri adalah milik Wanda yang sudah menjadi kediamannya sejak lama."Kau
Abinawa menjelaskan jika dirinya sedang mengikuti Sayembara Pendekar Muda. Dia tidak pernah menduga jika akan terlempar ke Gunung Tanpa Batas yang menjadi wilayah kekuasaan kaum Siluman.Mendengar penjelasan dari Abinawa, akhirnya membuat Wanda dapat menarik kesimpulannya jika Abinawa dan teman-temannya sudah di jebak dengan tujuan mereka mengalami luka yang serius, hingga menghambat perkembangan ilmu kanuragan di masa depan."Jadi maksud Tuan, ini semua sudah di rencanakan oleh seseorang untuk menjebak kami semua yang berasal dari generasi muda?" Tanya Abinawa untuk memastikan."Kurang lebih seperti itu." Jawab Wanda singkat."Singkatnya seperti ini, sayembara itu di adakan untuk melihat siapa saja jenius terbaik yang di miliki oleh dunia persilatan. Setelah terpilih beberapa orang, mereka akan di kirim ke tempat ini untuk di lenyapkan. Taktik yang sangat rapi.Kau yang di kirim ke Gunung Tanpa Batas sudah membuktikan jika kau adalah yang terbaik di antara yang lainnya, karena di pu
Asta di buat naik pitam melihat dua panglima tertinggi kaum siluman saling adu kekuatan tepat di hadapannya, seolah tidak menghormati dan memberi muka kepadanya selaku ketua kaum siluman."Ampun, Ketua. Aku hanya sedang melindungi diri dari amukan tak karuan Asgar." Kata Lexso membela diri dan berusaha menyudutkan Asgar. Pembelaan diri dari Lexso berhasil menyudutkan Asgar, karena semua yang berada di dalam ruangan itu tidak membantah hal itu. Apa yang di lakukan oleh Lexso adalah suatu pembelaan diri dari ancaman dan serangan yang di lakukan oleh Asgar.Asgar yang sadar posisinya yang terpojok memilih diam menahan amarah, hingga membuat kepala serasa mendidih. Dia jelas tidak memiliki dasar untuk membela diri.'Sial, kau sengaja membuatku terpojok. Brengsek!!' batin Asgar.Lexso dengan cepat mampu menguasai keadaan, dia dengan begitu lincah berbicara dan mendukung apa yang di lontarkan oleh Wanda mengenai pusaka itu yang harus segera di berikan kepada pemuda manusia seperti janji me
Wanda tersenyum puas setelah kejadian di aula utama itu. Dia kagum dengan Lexso yang berhasil memancing amarah Asgar, sehingga berhasil membuat banyak pembesar kaum siluman mendukung argumentasinya.Namun, Wanda juga tidak dapat percaya begitu saja dengan keputusan yang di ambil oleh Asta karena dia tahu betul bagaimana tabiat dari Asta yang terkenal sangat serakah, tentu tidak akan dengan mudah merelakan pusaka itu hilang dari genggaman tangannya."Persiapkan semua pasukanmu untuk siaga, karena aku merasakan jika Asta tidak akan menyerah begitu saja." Lexso menganggukkan kepalanya, pertanda memahami kegelisahan dan kekhawatiran dari Wanda."Penasehat tidak perlu terlalu khawatir, karena aku sudah menyiapkan pasukan, jikalau memang terjadi pertumpahan darah saat upacara sakral esok hari." Senyum tipis terlukis di wajah Wanda, dia tidak pernah meragukan kemampuan Lexso, entah dalam hal kekuatan ilmu kanuragan ataupun kecerdasannya dalam mengatur strategi, serta menghimpun kekuatan d
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari