Bab 110. Menerobos Tahap 14 Dunia Kultivasi Tingkat Langit"Untuk apa kamu menolongku!""Aku hanya ingin tahu, apa yang direncanakan Raja Den De… katakan kepadaku? Atau mati!" ucap Ling dengan nada tegas "Heh … kamu menyuruhku menjadi penghianat, meskipun kamu membunuhku? Aku tidak akan mengatakannya!""Setelah perang di kota ini, aku akan menyerang ibukota kerajaan Den De… dengan cara menawanmu!" "Bermimpi… ibukota kerajaan bulan sabit sudah hancur lebih dulu!" ucap Immortal Hung Yin keceplosanLing menusukkan pedang tepat di jantung Immortal Hung Yin, ia mengambil cincin penyimpanan lalu berbalik pergi. Pertempuran besar masih terjadi, Ling berjalan menghampiri Leona dan Qin Chen."Ibukota dalam bahaya, aku akan segera kembali… Qin Chen tetap disini!""Baik!" Ling dan Leona berlari masuk hutan, Immortal Hua Bi menghentikan langkah mereka."Mau kemana kalian?""Paman, ibukota dalam bahaya!"Hua Bi berubah seiring "baiklah, aku ikut!""Ayo!" Tiga sosok berlari meninggalkan wilayah
Bab 111. Keadaan genting ( Kota Glory ) Semua orang begitu terkejut melihat Ling berhasil menerobos ke tahap 14, tiga Immortal dari kerajaan Den De hanya bisa menyaksikan pasukannya tewas terbunuh. Pasukan musuh yang awalnya 20.000 sekarang hanya tersisa 5000, pasukan kerajaan bulan sabit masih ada 7.000 prajurit. "DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!" Ling terlempar mundur"Gawat, pasukan bantuan musuh!" gumam Immortal HanRaja Den De menarik pedang "serang…!" "Masuk ke kota!" teriak Tetua He mengangkat tangan"Hentikan mereka semua!" Semua orang berlarian masuk gerbang kota, Qin Chen membuka jalan menghabisi musuh yang menghalangi, setelah selesai pintu gerbang langsung ditutup rapat."DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!"Gerbang kota tertutup membuat semua pasukan musuh berusaha memanjat gerbang, banyaknya pasukan yang dibawa Raja Den De menjatuhkan niat bertarung semua orang dari kerajaan bulan sabit, di tambah lagi ada dua Immortal pelindung yang melayang di kehampaan. Ling melihat ke arah tema
Bab 112. Gelombang Akhir Pertempuran Kota GlorySemua pasukan pekerjaan bulan sabit berubah panik saat gerbang kota berhasil di bobol, pertarungan secara langsung kembali terjadi di atas gerbang dan diatas atap rumah-rumah, semua murid sekte dan prajurit kerajaan berjuang habis-habisan untuk bisa bertahan hidup. Suara dentuman memperlihatkan Immortal Han terlempar menghantam tanah di tepi hutan. "Immortal Han terimalah kematianmu..!" teriak Immortal Immortal Xiuying merapalkan segel tangan"Han…!" teriak semua orang Immortal Xiuying melesatkan gelombang energi dari formasi "yeaaaaaaaaaa!""DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!"Suara ledakan keras membuat kabut tebal menutupi pandangan, perlahan kabut menghilang di hembusan angin kencang. Immortal Lie Mu berdiri membelakangi Immortal Han, Raja Liu Hong dan pasukan khusus keluar dari dalam hutan. Semua pasukan musuh membentuk barisan melindungi Raja Den De, semua Immortal berhenti bertarung saat itu juga. "Akhirnya pasukan bantuan sudah datang
Bab 113. Pembalasan DendamPertempuran yang awalnya tidak berpihak kepada pasukan kerajaan bulan sabit, sekarang berubah drastis saat Raja Liu Hong dan pasukannya turun ke medan perang. Mo Heng berdiri melihat pria di depannya menghembuskan nafas terakhir, ia mengambil pedang dan cincin penyimpanan sebagai imbalan untuk kemenangan. "Immortal Jun Hui, aku sudah bilang untuk tidak merasa kuat di dunia ini… yang diam bukan berarti takut, yang lemah bukan berarti tak mampu, yang gila bukan berarti bodoh, dan yang buruk tak selamanya abadi. Andai saja kamu menjaga ucapmu? Kita akan masih bertarung!" ucap Mo Heng melesat terbang ke tempat aman "Aku benar-benar kelelahan, semua pil energi sudah habis!" Immortal Chu We berhasil pulih dari luka sekujur tubuh, ia melesat terbang melihat pertarungan dimana-mana, setelah itu melihat Tetua Qin dan Tetua He dipenuhi luka-luka. Immortal Zhu Ting menari-nari dengan tombaknya, saat itu juga Immortal Chu We memunculkan tombak untuk menyelamatkan dua
Bab 114. Kemenangan Besar Immortal Yongsheng tewas terbunuh oleh pemuda berbakat dari kerajaan bulan sabit, semua prajurit musuh sudah tewas, semua orang berdiri di atas gerbang kota menonton pertarungan sengit. Raja Liu Hong mengangkat kepala Raja Den De memberitahu kalau kemenangan sudah di dapatkan.Immortal Chu We, Immortal Zhu Ting, Immortal Lie Mu, dan Immortal Boros berhenti bertarung, mereka melihat Raja Den De sudah tewas terbunuh. "Baiklah, kalau dia sudah mati… artinya, tugasku sudah selesai… Immortal Lie Mu, urusan kita belum selesai? Di masa depan kalau kita bertemu lagi.. aku akan mencabut nyawamu!" ucap Immortal Boros menghilang dari pandangan"Sialan dia kabur!"Immortal Zhu Ting melihat sekeliling "sebaiknya aku kembali ke ibukota menyelamatkan Ratu dan keluarga kerajaan!" gumamnya berbalik pergiMo Heng dan yang lainnya menghentikan langkah satu sosok yang ingin melarikan diri, Immortal Zhu Ting mengepalkan tangannya saat tidak bisa melarikan diri."Hajar dia!" ter
Bab 115. Menyusuri Samudera Tiga SamudraSatu bulan Ling terjebak di samudera yang sangat luas, ia tidak tahu harus melakukan apa dan kemana akan tiba, untuk kembali tidak mungkin lagi karena sudah terlalu jauh melakukan perjalanan di tengah laut. Leluhur keluarga Ling memberitahu kalau mereka sudah keluar dari samudra tiga gelombang dan sekarang berada di jantung samudera."Cucuku, sebaiknya kamu bersiap mengumpulkan energi untuk menghadapi badai di perbatasan jantung samudera!" "Baik leluhur!" Lima jam kemudian, awan mendung mulai berkumpul, setelah itu terjadi hujan lebat disertai badai petir. Ling memucat melihat badai mengerikan mengguncang luasnya samudra, suara Guntur menggelegar menyadarkan pria yang berdiri di atas rakit bambu. "DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!""Leluhur, bagaimana ini?!""Tetap waspada dengan petir itu, kamu juga harus mengendalikan rakit bambu ini!" "Baik!""DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!" petir menyambar Gelombang laut setinggi 100 meter mengangkat rakit bambu,
Bab 116. Kota PesisirLing berhasil tiba di benua Yueyin, benua yang tidak memiliki pemimpin dan hanya dijaga oleh Praktisi dan persatuan pendekar. Di tengah hutan Ling berlari menggendong kakek Yuyu menuju kota pesisir, kota pesisir adalah kota yang kebanyakan penduduk berjualan ikan. Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, langkah dua sosok dihentikan lima orang perampok. "Berhenti!" "Minggir!" teriak Ling melewati semua orang"Cepat sekali!" ucap Kakek Yuyu"Haha… !""Cepat kejar dia!" Ling berhenti lalu memutar badan menghindari semua serangan, sosok tua yang di gendongan merasa sedikit pusing karena gerakan terlalu cepat."Rasakan ini!""DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!" lima perampok terlempar lalu jatuh pingsan "Anak muda, kamu gila … kepalaku hampir lepas!""Maaf kek, ayo kita lanjutkan perjalanan!""Apakah kamu seorang petarung?""Iya kek!" ucap Ling melompat dari pohon ke pohon lainnya "Berapa orang yang sudah pernah kamu bunuh?""Lupa… sekitar 10.000 lebih!" "Apa, bany
Bab 117. Kedatangan pasukan iblis ( Benua Yueyin )Ling membuat kekacauan di kota pesisir, itu dilakukan agar semua penduduk kota segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Ling merasakan kalau aura iblis semakin mendekati kota pesisir, ia berbalik pergi meninggalkan 10 petarung yang bertugas menjaga kota."Masih banyak penduduk yang memilih untuk tinggal, sebaiknya aku juga segera pergi!" gumam pria berjubah hitam menghilang begitu saja"Sialan, dia kabur!" "Bagaimana ini, dia bilang ada bahaya besar yang akan datang!""Mana mungkin, memangnya siapa yang berani membuat kekacauan di benua Yueyin!"Disisi dalam hutan, Ling sudah berkumpul dengan dua kakek tua, ia mengganti jubahnya dengan jubah putih lusuh. "Anak muda, siapa kamu sebenarnya? Aku Guanzhou?""Aku Liu Ling, orang yang sedang patah hati!""Jadi bagaimana sekarang?" tanya Kakek Yuyu"Ayo kita pergi juga, sebagian penduduk sudah pergi dan sebagian tetap keras kepala untuk berada di sana… mereka lebih mementingkan harta dar