Sisik ular beraacun yang digunakan oleh Kinanti sangat kuat, bahkan sekarang tinggal menunggu waktu hingga kelumpuhan datang kepada Darga, karena ini termasuk ilmu yang bebahaya yang dimiliki Kinanti.Jarga Melihat Darga yang agak kesulitan berjalan, dan tidak ada kesempatan jika sempat pergi dari tempat itu, tapi Galuh Tapa tidak akan melepaskan mereka bertiga dengan muda, Jadi Jarga berniat menjadikan Darga sebagai umpan.Disisi lain Darga telah banyak mengeluarkan tenaga dalam kepada kakinya yang terkena racun, sekarang terlihat warna hitam pekat pada bekas sisik beracun.Darga berusaha dengan sekuat jiwa menahan racun itu, dia tidak telalu paham tentang penangkal racun, tapi dengan dikerahkan tenaga dalam ke kakinya, mungkin bisa menangkal racun itu hingga bisa bertahan selama dua jam lamanya sebelum menjalar kedalam organ jantung.Namun jika dia masih sempat hidup, sempat terlintas dalam benahnya, ''mungkin hanya ada satu cara, Darga masih memikirkan rencananya sembari meng
Disisi lain Galuh Tapa dan Kinanti pergi dari tempat itu, karena Jarga telah tewas oleh amukan pedang pusaka lintang Kuning, mereka kembali menuju kerajaan Fasema untuk menemui sang raja yang bernama Jagat Satria.Galuh Tapa dan Kinanti berniat pergi kewilayah kerajaan itu, sebab mereka berdua sudah lama tidak bertemu dengan orang-orang kerajaan, terurtama raja Jagat Satria.Tanpa menunggu lama mereka berdua segera berangkat ketempat itu.lalu sepasang pendekar muda ini segera berangkat, mereka lebih memilih terbang, sebab kalau mereka berjalan kaki mungkin bisa memakan waktu lima jam untuk sampai kesana, sedangkan jika mereka terbang hanya memakan waktu kurang dari satu jam.Jadi Galuh Tapa dan Kinanti lebih memilih untuk terbang.Hingga dalam waktu sekejap Galuh Tapa dan Kinanti telah tiba dikerajaan yang mereka tuju, sepasang pendekar muda ini disambut dengan baik oleh orang-orang kerajaan.Terutama oleh seorang panglima kerajaan Fasema lebar, kedatangan mereka berdua disambut ha
Setelah sang surya mulai berada diatas kepala, Jagad satria mulai menyelesaikan meditasinya, sekitar sepulu persin dari tenaga dalamnya sudah kembali, dan itu lebih dari cukup untuk membawa Ayu Andira terbang menuju kepengungsian.Lalu dia menyapu pandangan hitam, mencoba merasakan jika ada energi hitam yang ada didekatnya, akan tetapi tidak ada, kemudian menghampiri Ayu Andira yang sedang bermain kerikil kecil yang ada ditepi sungai.'' Sekarang ini sudah saatnya kita kembali, '' ucap Jagat Satria, '' kita tidak mempunyai waktu yang tersisa, mungkin kelompok Kelabang Iblis, juga menyiapkan pasukan untuk menyerang lembah teratai putih, sebelum hal itu terjadi kita menyerang mereka terlebih dahulu, sambung pemuda itu.'' Akan tetapi tenagaku belum kembali, karena aku tidak memiliki kemampuan menghimpun tenaga dalam waktu secepat dirimu, '' ucap Ayu Andira dengan nada rendah.Mendengar ucapan wanita itu, lalu Jagat Satria tanpa mendapat izin dia langsung menggendong Ayu Andira terbang
'' Jika kalian ingin berdoa, berdoalah hari ini, sebab besok kita akan mengambil negeri kalian kembali, akan merebut apa yang telah mereka ambil dari kalian, nyawa keluarga dan harta, balaskan dendam pada perang besok malam, dan jika kita mati, maka matilah dengan bangga, karena mengambil kembali negeri yang kita sayangi, ''ucap Jagat Satria sembari memberi semangat.Sehingga orang yang mendengar bergetar seluruh jiwanya, hingga orang yang sedikit takut menjadi berani berjuang, tentu saja yang dismpaikan Jagat Satria semuanya benar.'' Kalian dengar, '' Lanang Hitam berteriak, berikan nyawa kita, panah dan pedang kita untuk pertempuran besok, jika kita mati, matilah dengan rasa bangga.Lalu Jagat Satria memandang pasukan yang hanya berjumlah lima ratus berjalan dengan pelan meninggalkan lembah teratai putih, menuju kelabang Iblis mereka tidak berjalan lewat jalur hitam , karena jalan itu sudah tertup.Namun sebagai gantinya mereka menuruni dua utas tali besar yang telah dibuat o
Sekarang Jagat Satria sudah berada pada pusisinya, yang hanya berjarak seratus meter saat ini dari reruntuhan.Mereka sudah bersiap-siap untuk menyerang pasukan lawan.Selasih sesekali menelan ludahnya, Cagar Alam mencoba menenangkan gadis itu meski usahanya tidak berhasil.Setelah senja mulai remang-remang dengan warna berat, yang berganti suara nyaring dari jangkrik, hutan saling sahut-menyahut.Semua rencana dan strategi telah disusun dengan rapi. Jika gagal maka banyak nyawa yang akan dipertaruhkan disiniJadi Jagat Satria yang dibantu Ayu Andira mengomandoi untuk melakukan penyerangan.''Kau harus melakukan apa yang aku suruh! ''ucap Jagat Satria.''Baiklah aku akan tunggu perintah darimu kakang,''jawap Ayu Andira sembari menunggu komando.Jagat Satria meminta Ayu Andira mengeluarkan satu bubuk hitam untuk menembak kannya diatas langit kelompok Kelabang Iblis.Hingga membuat ledakan yang pertama terdengar keras, hal itu pertanda untuk bersiap dan juga ciri bahwa Jagat Satria s
Malam yang dingin sekarang auranya menjadi panas dan gera, kini malam yang gelap menjadi terang karena banyak api yang merah yang membubung tinggi kelangit seakan menjilat bintang dilangit.Sulastri memcengkram cawan arak karena kesal dengan Sudarmanik, seharusnya wakil komandan itu terlbih dahulu tahu.Jika ada yang akan menyerang mereka, dengan itu ada persiapan untuk bertahan dari penyerangan lawan.'' jika ilmu indra penglihatanmu tidak dapat digunakan, dan tidak berguna, sebaiknya tingggalkan saja dari kepalamu,'' lalu tanpa tanya Sulastri menampar Sudarmanik dengan keras, saat ini aku tidak tahu dengan cara apapun hentikan mereka...! ''sekarang''.Sehingga lima wakil komandan bergerak, dengan ratusan para pendekar pilih tanding, dibelakangnya dan Sudarmanik masih meringis kesakitan, akibat tamparan keras Sulastri dipenuhi energi hitam membuat kelima jari itu mengukir wajahnya.Salah satu anak buah melaporkan dengan wajah yang pucat kepada wakil komandan lainnya, yang berju
'' Mayat hidup, bodoh, '' salah satu dari tiga orang itu tertawa kecil, '' kami adalah manusia dan kami sekarang akan membunuh kalian, lalu menjadikan mayat hidup.Dengan kedatangan mereka bertiga, kekuatan lawan akan bertambah, ilmu yang dimiliki juga cukup hebat.Namun hal itu bukan masalah bagi aliran putih, dan tidak akan membuat mereka gentar, tidak sama sekali.Tiga orang itu yang diberi julukan serangga api.Sebenarnya ada banyak pendekar pilih tanding yang lebih hebat dari mereka, dibawah wakil komandan Kelabang Iblis, tapi tiga teknik celurit gabungan tiga orang itu sangat berbahaya.'' Kami tidak akan kalah dengan kalian bertiga, '' Selasih mengayunkan Kapak besarnya, membuat tanah bergetar dan terbelah.''Mengerikan, wanita yang benar-benar menakutkan, '' pria yang dijuluki serangga api tertawa kecil, sayang sekali jika wanita sepertimu akan menjadi mayat hidup''Serangga api dengan sipat sombongnya.Hingga tiga jarum melayang dengan cepat dibalik api dan asap membubung t
Sehinga pria itu, dari mulutnya keluar buih putih dan bau busuk, dan beberapa saat kemudian dia menghembuskan napas terakhirnya dengan mata melotot.Kini salah salah satu dari mereka sudah mampu dilenyapkan dan bahkan kematiannya sangat tragis.Melihat itu serangga hitam mulai ketakutan saat ini, melihat temannya mati dengan cara menggenaskan, dan satu lagi dalam keadaan kritis karena banyak mengeluarkan darah.Kini tinggal dia sendiri, serannga hitam tidak menyangka sama sekali pria itu memiliki kemampuan yang mengerikan.Hingga salah satu pilihannya melarikan diri dengan secepatnya untuk meninggalkan tempat itu, dan ini bukan pilihan buruk bagi pengecut.Dia berbalik badan, belum sempat dia melangkah tiba-tiba selasih datang mengayunkan kapak besarnya tepat dipundak pria malang itu.Dengan seketika pundak serangga hitam terbelah, darah mengalir membasahi tanah, membuat darah anyir seakan menggelitik bulu hidung.'' Sekarang kita lanjutkan menuju kedepan, '' ucap Cagar Alam, ''Jagat
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa