Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 99 - Gua Misterius

Share

Bab 99 - Gua Misterius

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-04-13 22:43:09

Langit di atas terdengar bergemuruh.

Dengan satu lambaian tangan, Luo Ming mengendalikan bilah-bilah pedang energi yang mengelilinginya langsung melesat ke depan.

Terdengar suara berdesis tajam saat pedang-pedang energi itu menembus udara, begitu cepat hingga membentuk garis-garis cahaya keemasan di langit.

Setiap bilah energi memancarkan aura tajam dan dingin, seolah bisa membelah gunung atau memotong ombak laut dalam sekali tebas.

Desiran itu mirip badai hujan yang menggetarkan udara di sekitar. Beberapa bilah pedang bahkan meninggalkan jejak cahaya yang masih membakar udara setelahnya. Tanah di bawah mereka mulai bergetar, dan batuan kecil terangkat melayang karena tekanan Qi yang luar biasa.

Namun, Zhao Lao bukanlah lawan sembarangan. Ia mengangkat kedua tangannya ke samping, mengumpulkan energi dalam sebuah gerakan lambat namun presisi.

Ujung jarinya menyala memancarkan energi Qi biru tua, dan dari pusaran energi itu terbentuk sebuah bola energi berkilau sebesar kepalan tanga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 100 - Prajurit Besi ini adalah Boneka Jiwa!

    Setelah menapaki lorong-lorong lembab ke dalam gua, Du Shen dan Hu Jiu akhirnya tiba di sebuah ruang besar yang tersembunyi di perut gua. Begitu mereka melangkah masuk, pandangan Du Shen langsung disambut oleh hamparan kabut emas yang melayang ringan di udara. Kabut itu tidak tebal, namun menyelimuti seluruh ruangan dalam pancaran berpendar—berkelap-kelip seperti kunang-kunang di malam hari, menyulap tempat itu menjadi sesuatu yang terasa mistis. Langkah kaki Du Shen terhenti. Matanya menyapu seluruh ruangan yang dikelilingi dinding batu berlumut. Sebuah tekanan halus membelai kulitnya, tekanan energi spiritual yang luar biasa padat, membuat Du Shen mengangkat alisnya. "Tempat apa ini?" gumam Du Shen agak terkejut dengan apa yang dia lihat dan rasakan. "Energi spiritual di tempat ini luar biasa pekat. Dan apa itu...?" Matanya menyipit menatap sebuah singgasana kuno di sisi terdalam ruangan. Singgasana itu terlihat seperti dipahat dari batu hitam, penuh ukiran rumit yang hampir

    Last Updated : 2025-04-15
  • Legenda Dewa Racun   Bab 101 - Hawa Kematian

    Du Shen memutar otaknya. Jika saja ia bisa menghancurkan boneka itu dalam satu pukulan, ia pasti akan melakukannya. Namun dengan batu kristal emas yang tertanam di dadanya, ia tak bisa semena-mena jika tak ingin batu kristal emas itu ikut hancur. Bahkan jika ia mengerahkan kekuatan penuh, kemungkinan besar seluruh gua akan runtuh, dan ia bersama Hu Jiu—akan terkubur bersama tulang-belulang sosok di atas singgasana itu. Ia mendesah pelan, menghindari serangan susulan berupa tusukan lurus ke arah jantungnya, lalu membalas dengan semburan tajam energi Qi yang menabrak bahu boneka jiwa itu—hanya untuk melihatnya nyaris tak bergeming. "Hmm~ Tak bisa sembarangan menyerang..." Langkahnya ringan, berpindah dari satu titik ke titik lain dengan gerakan seperti menari. Ia mulai mengamati pola pergerakan boneka itu, seolah mencari celah untuk melakukan serangan telak. "Boneka jiwa ini sama sekali tak terpengatuh oleh tekanan Qi milikku. Apakah ini karena batu kristal emas itu? Aneh sekali," gu

    Last Updated : 2025-04-15
  • Legenda Dewa Racun   Bab 102 - Kemunculan Penguntit

    Debu tebal mengepul di udara, menyelimuti sebagian kecil gua. Suara batuan runtuh dan hawa panas dari energi spiritual yang bertabrakan menciptakan atmosfer yang mencekam. Di tengah kekacauan itu, siluet seorang pemuda masih tampak berdiri tegak. Du Shen, dengan tubuhnya sedikit membungkuk dan tangan bersilang melindungi bagian kepala dan dadanya, tetap tidak goyah. Matanya yang tajam mengintip dari celah lengannya, menatap lurus ke depan dengan penuh kewaspadaan.Tebasan bilah energi keemasan tadi begitu cepat dan mematikan—hampir saja merenggut nyawanya jika ia tidak bereaksi tepat waktu. Potongan kecil rambutnya melayang di udara, menjadi saksi betapa tipisnya jarak antara hidup dan mati barusan.Du Shen menarik napas pelan, dadanya naik turun sesaat. "Siapa sangka," gumamnya lirih, "boneka jiwa ini... bahkan mampu menyamai kekuatan seorang kultivator di puncak ranah Golden Core."Ia menyipitkan mata, memperhatikan sosok lawannya yang kini melayang perlahan di udara. Boneka jiwa

    Last Updated : 2025-04-15
  • Legenda Dewa Racun   Bab 103 - Tato Berlambang Kapak Kembar

    Sosok pria berjubah hitam itu terkekeh pelan, suaranya menggema di dalam gua yang mulai terasa sempit oleh aura membunuhnya. Di balik tudung yang menutupi sebagian wajahnya, deretan gigi putih berkilat tampak saat dia tersenyum licik."Sepertinya batu kristal emas itu memang harta karun langka dari tempat ini," ucapnya dengan nada cukup puas. "Dan berkat usahamu, kami tak perlu repot-repot mengmabilnya sendiri."Du Shen masih berdiri diam, meskipun ujung kapak besar pria itu nyaris menyentuh kulit lehernya. Ia bisa merasakan hawa pembunuhan yang nyaris membekukan darah di sekitarnya. Suasana terasa seperti berada dalam sarang predator yang siap menerkam kapan saja. Namun, bukan rasa takut yang membuatnya tak bergerak—melainkan berbagai spekulasi yang justru membuatnya penasaran.Setelah pertarungan sengit melawan boneka jiwa sebelumnya, sebagian besar energi Qi-nya telah terkuras habis. Nafasnya belum sepenuhnya stabil, dan tubuhnya masih menanggung efek dari penggunaan jiwa primord

    Last Updated : 2025-04-16
  • Legenda Dewa Racun   Bab 104 - Teknik Pelahap Iblis Semesta

    "A-aku hanya pesuruh dari kelompok kecil yang disebut Bandit Kapak Hitam," ucap Mu Gui dengan suara gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya menggigil di bawah tekanan tak kasat mata. Pria berjubah hitam sebelumnya, yang kini telanjang bulat, tampak tak lebih dari seekor kambing malang yang tengah menunggu waktu untuk disembelih. Tubuhnya masih terangkat beberapa jengkal dari tanah, dicekik oleh tekanan Qi milik Du Shen yang begitu dingin dan menakutkan. Du Shen memandangnya dengan tatapan tajam, kilatan kebencian di sorot matanya menunjukkan betapa dalam amarahnya tersimpan. Namun saat mendengar nama "Kapak Hitam," seketika seluruh dunianya di penuhi oleh bara emosi yang meluap-luap. "Bandit Kapak Hitam?" ulang Du Shen dengan suara berat, bibirnya nyaris tak bergerak. "Apa hubungan kalian dengan Bandit Kapak Merah?" Seketika, wajah Mu Gui memucat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Nama itu, bukan lah nama yang seharusnya keluar dari mulut sembarang orang. Itu adalah organisa

    Last Updated : 2025-04-17
  • Legenda Dewa Racun   Bab 105 - Puncak Pertarungan Dua Ahli

    Langit di atas Wilayah Dewa Leluhur telah berubah menjadi ungu gelap yang pekat, seolah menandakan bahwa malam ini bukanlah malam biasa. Dua bulan kembar menggantung di angkasa, menyinari tanah yang telah lama kehilangan kehangatan mentari. Namun cahaya lembut itu tak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti beberapa sisi wilayah tersebut—tempat di mana dua ahli besar bertarung memperebutkan gelar terkuat dalam rivalitas mereka. Di atas tanah yang hangus dan retak oleh gelombang energi spiritual, Zhao Lao terhuyung sembari menekan dadanya yang terasa seperti diremuk dari dalam. Napasnya berat dan berderak, dan darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya. Meski tubuhnya nyaris tak mampu berdiri, sorot matanya masih memancarkan perlawanan yang dipenuhi tekad. Ia menatap lurus ke depan, ke arah lawannya: Luo Ming, yang juga tampak terluka namun masih berdiri tegak di atas udara, dengan dada naik-turun dalam tarikan napas yang lebih stabil. Tawa Luo Ming meledak di udara ma

    Last Updated : 2025-04-18
  • Legenda Dewa Racun   Bab 106 - Memurnikan Inti Merah Menyala

    Tapi tekanan dari manifestasi tangan Qi itu begitu besar hingga bahkan dia sendiri mulai terdorong mundur, tubuhnya terseret di antara udara tipis yang kini nyaris menyusut karena gesekan energi.Sementara itu, Zhao Lao menoleh cepat ke arah seorang gadis muda yang berdiri kaku di balik formasi pelindung yang hampir runtuh."Artefak ini terlalu kuat... aku tak bisa mengendalikannya lebih lama. Tapi jika aku bisa memanfaatkan momen ini…"Dengan segenap kekuatan terakhir, Zhao Lao melepaskan sebagian kendali pada tangan Qi, dan mengalihkan sebagian besar energi spiritualnya untuk menciptakan portal dimensi kecil. Dalam sekejap, dia menerobos badai energi, dan meraih tubuh Han Jue."Gu-Guru!?" Han Jue tergagap, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tubuh mereka berdua telah terserap masuk ke dalam celah dimensi.Luo Ming, yang baru sadar akan hilangnya keberadaan Zhao Lao, meraung keras seperti binatang buas."Pengecut! Kau kabur saat aku lengah! Dasar tua bangka pengecut!"Namun,

    Last Updated : 2025-04-18
  • Legenda Dewa Racun   Bab 107 - Mendapatkan Ingatan Mu Gui

    Di permukaan, apa yang tengah dilakukan oleh Du Shen tampak seperti proses pemurnian biasa—seorang ahli yang duduk bersila di hadapan tungku alkimia, mengendalikan aliran Qi untuk menenangkan energi dalam sebuah inti merah menyala. Namun, kenyataannya jauh dari kata biasa. Dari telapak tangannya, aura gelap nan pekat mengalir ke udara, membentuk simbol-simbol kuno yang berpendar hijau kehitaman. Ukiran inskripsi dari zaman sebelum zaman, yang bahkan tak dikenali oleh alkemis manapun di zaman sekarang, muncul melingkari ruang kecil itu. Di bawah tungku yang ia gunakan, lingkaran sihir berpendar menciptakan beberapa lapisan inskripsi—menyala satu per satu, menunjukkan kerumitan formasi yang ia bangun. Pemurnian ini bukan sekadar proses menghilangkan kotoran dari bahan alam seperti tanaman herbal atau bahan alkimia lainnya. Ini adalah pemurnian inti jiwa manusia—sebuah seni terlarang dan nyaris terlupakan, yang lebih dekat ke necromancy daripada alkimia. Inti jiwa dimurnikan untuk

    Last Updated : 2025-04-19

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 111 - Aula Misterius

    Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mendebarkan. Du Shen, yang sejak berdiri tegak dengan mata tertutup, akhirnya membuka kelopak matanya perlahan. Dari balik pupil hitamnya, semburat cahaya hijau tua berkilat tajam seperti bara yang baru saja menyala dari arang yang tertiup angin kencang. Aura dari tubuhnya seketika merembes.Seketika itu pula, atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi berat. Udara seolah menebal, menekan tubuh seperti selimut raksasa yang mengandung niat pembunuhan. Bahkan suara embusan angin tak terdengar lagi, digantikan oleh keheningan mencekam yang seperti berdiri di hadapan binatang buas purba, yang berdiri kokoh dan tak tergoyahkan bagaikan gunung es abadi.Lu Tian, yang semula berbaring santai sambil bersenandung kecil, tiba-tiba menegang. Matanya membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Rasa sesak menyerangnya begitu cepat hingga ia seketika terduduk, lalu berubah jongkok dengan tangan memegangi sisi kepalanya. Keringat dingin mulai merembe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 110 - Pemuda Aneh

    "Kau salah," ujar pemuda itu sambil menarik napas dalam. Suaranya terdengar kesal, namun tak kehilangan semangatnya. "Aku bukan datang ke sini karena kemauanku sendiri. Aku diseret masuk oleh seorang penjahat tua. Dan lihat ini, dia bahkan mengikat kakiku dengan rantai terkutuk ini." lanjutnya sambil menunjuk ke arah kakinya, Du Shen menurunkan pandangannya, memperhatikan dengan seksama. Rantai hitam itu tampak mencengkeram pergelangan kaki pemuda tersebut dengan erat, seperti binatang buas yang tertidur namun siap menerkam kapan saja. Riak aura hitam samar-samar bergelombang dari permukaannya, menebarkan hawa dingin yang menusuk. Du Shen menyipitkan mata. Energi Qi yang mengalir dari rantai itu terasa bengis, seperti mengandung kutukan yang dibentuk dari niat buruk dan dendam yang tak sederhana. "Rantai itu bukan sesuatu yang biasa," gumam Du Shen, lebih kepada dirinya sendiri. Pemuda itu yang sepertinya tak terlalu terganggu dengan situasinya—mengalihkan perhatian pada Du Sh

  • Legenda Dewa Racun   Bab 109 - Memasuki Bangunan Kuno

    Beberapa jam berlalu dalam ketegangan. Langit yang semula cerah perlahan mulai tertutup oleh kabut tipis berwarna kelabu yang muncul entah dari mana. Di depan Paviliun Dewa Kekacauan, ratusan kultivator berdiri menunggu dalam diam. Aura mereka terkendali, namun penuh kewaspadaan. Semua menunggu satu momen saat penghalang kuno itu benar-benar lenyap.Dan akhirnya, itu terjadi.Formasi segel yang melindungi bangunan tua itu mulai bergetar pelan, lalu retak seperti permukaan es yang diinjak. Garis-garis halus menyebar cepat, menciptakan pola aneh sebelum pecah dalam kilatan cahaya. Suara gemuruh yang dalam dan berat terdengar, menggema ke seluruh lembah. Penghalang itu hancur—menguap tanpa sisa.Namun bersamaan dengan itu, gelombang tekanan luar biasa memancar keluar. Tidak seperti sebelumnya, tekanan ini bukan hanya kuat, melainkan mengandung energi yang kacau. Sulit dijelaskan. Tapi semua orang dapat merasakan sesak, panas, dingin, dan hampa bercampur menjadi satu. Beberapa kultivat

  • Legenda Dewa Racun   Bab 108 - Paviliun Dewa Kekacauan

    Beberapa hari kemudian... Di tengah bentangan pegunungan batu cadas yang membentang sejauh mata memandang, berdiri sebuah istana megah nan misterius. Di sekilingnya hanya terdapat hamparan tanah tandus yang luas. Istana kuno tersebut berdiri dengan gagah, dikelilingi oleh pelindung berbentuk kubah transparan yang memantulkan kilau cahaya warna warni ketika cahaya matahari menyentuh permukaannya. Seolah siapapun tak bisa menyentuhnya sembarangan dari luar. Bangunan kuno itu dikenal dengan nama Paviliun Dewa Kekacauan—tempat misterius yang hanya muncul sekali dalam seratus tahun. Legenda menyebutkan bahwa di dalamnya tersimpan artefak-artefak langka, rahasia kultivasi tingkat tinggi, dan warisan dari zaman leluhur. Aura menekan dan kuat merambat keluar dari dalam pelindung itu, membuat para kultivator yang berkumpul di sekitarnya tak berani mendekat sembarangan. Meski tampak samar karena pengaruh pelindung, pancaran energinya jelas mampu membuat para praktisi muda berkeringat dingi

  • Legenda Dewa Racun   Bab 107 - Mendapatkan Ingatan Mu Gui

    Di permukaan, apa yang tengah dilakukan oleh Du Shen tampak seperti proses pemurnian biasa—seorang ahli yang duduk bersila di hadapan tungku alkimia, mengendalikan aliran Qi untuk menenangkan energi dalam sebuah inti merah menyala. Namun, kenyataannya jauh dari kata biasa. Dari telapak tangannya, aura gelap nan pekat mengalir ke udara, membentuk simbol-simbol kuno yang berpendar hijau kehitaman. Ukiran inskripsi dari zaman sebelum zaman, yang bahkan tak dikenali oleh alkemis manapun di zaman sekarang, muncul melingkari ruang kecil itu. Di bawah tungku yang ia gunakan, lingkaran sihir berpendar menciptakan beberapa lapisan inskripsi—menyala satu per satu, menunjukkan kerumitan formasi yang ia bangun. Pemurnian ini bukan sekadar proses menghilangkan kotoran dari bahan alam seperti tanaman herbal atau bahan alkimia lainnya. Ini adalah pemurnian inti jiwa manusia—sebuah seni terlarang dan nyaris terlupakan, yang lebih dekat ke necromancy daripada alkimia. Inti jiwa dimurnikan untuk

  • Legenda Dewa Racun   Bab 106 - Memurnikan Inti Merah Menyala

    Tapi tekanan dari manifestasi tangan Qi itu begitu besar hingga bahkan dia sendiri mulai terdorong mundur, tubuhnya terseret di antara udara tipis yang kini nyaris menyusut karena gesekan energi.Sementara itu, Zhao Lao menoleh cepat ke arah seorang gadis muda yang berdiri kaku di balik formasi pelindung yang hampir runtuh."Artefak ini terlalu kuat... aku tak bisa mengendalikannya lebih lama. Tapi jika aku bisa memanfaatkan momen ini…"Dengan segenap kekuatan terakhir, Zhao Lao melepaskan sebagian kendali pada tangan Qi, dan mengalihkan sebagian besar energi spiritualnya untuk menciptakan portal dimensi kecil. Dalam sekejap, dia menerobos badai energi, dan meraih tubuh Han Jue."Gu-Guru!?" Han Jue tergagap, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tubuh mereka berdua telah terserap masuk ke dalam celah dimensi.Luo Ming, yang baru sadar akan hilangnya keberadaan Zhao Lao, meraung keras seperti binatang buas."Pengecut! Kau kabur saat aku lengah! Dasar tua bangka pengecut!"Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 105 - Puncak Pertarungan Dua Ahli

    Langit di atas Wilayah Dewa Leluhur telah berubah menjadi ungu gelap yang pekat, seolah menandakan bahwa malam ini bukanlah malam biasa. Dua bulan kembar menggantung di angkasa, menyinari tanah yang telah lama kehilangan kehangatan mentari. Namun cahaya lembut itu tak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti beberapa sisi wilayah tersebut—tempat di mana dua ahli besar bertarung memperebutkan gelar terkuat dalam rivalitas mereka. Di atas tanah yang hangus dan retak oleh gelombang energi spiritual, Zhao Lao terhuyung sembari menekan dadanya yang terasa seperti diremuk dari dalam. Napasnya berat dan berderak, dan darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya. Meski tubuhnya nyaris tak mampu berdiri, sorot matanya masih memancarkan perlawanan yang dipenuhi tekad. Ia menatap lurus ke depan, ke arah lawannya: Luo Ming, yang juga tampak terluka namun masih berdiri tegak di atas udara, dengan dada naik-turun dalam tarikan napas yang lebih stabil. Tawa Luo Ming meledak di udara ma

  • Legenda Dewa Racun   Bab 104 - Teknik Pelahap Iblis Semesta

    "A-aku hanya pesuruh dari kelompok kecil yang disebut Bandit Kapak Hitam," ucap Mu Gui dengan suara gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya menggigil di bawah tekanan tak kasat mata. Pria berjubah hitam sebelumnya, yang kini telanjang bulat, tampak tak lebih dari seekor kambing malang yang tengah menunggu waktu untuk disembelih. Tubuhnya masih terangkat beberapa jengkal dari tanah, dicekik oleh tekanan Qi milik Du Shen yang begitu dingin dan menakutkan. Du Shen memandangnya dengan tatapan tajam, kilatan kebencian di sorot matanya menunjukkan betapa dalam amarahnya tersimpan. Namun saat mendengar nama "Kapak Hitam," seketika seluruh dunianya di penuhi oleh bara emosi yang meluap-luap. "Bandit Kapak Hitam?" ulang Du Shen dengan suara berat, bibirnya nyaris tak bergerak. "Apa hubungan kalian dengan Bandit Kapak Merah?" Seketika, wajah Mu Gui memucat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Nama itu, bukan lah nama yang seharusnya keluar dari mulut sembarang orang. Itu adalah organisa

  • Legenda Dewa Racun   Bab 103 - Tato Berlambang Kapak Kembar

    Sosok pria berjubah hitam itu terkekeh pelan, suaranya menggema di dalam gua yang mulai terasa sempit oleh aura membunuhnya. Di balik tudung yang menutupi sebagian wajahnya, deretan gigi putih berkilat tampak saat dia tersenyum licik."Sepertinya batu kristal emas itu memang harta karun langka dari tempat ini," ucapnya dengan nada cukup puas. "Dan berkat usahamu, kami tak perlu repot-repot mengmabilnya sendiri."Du Shen masih berdiri diam, meskipun ujung kapak besar pria itu nyaris menyentuh kulit lehernya. Ia bisa merasakan hawa pembunuhan yang nyaris membekukan darah di sekitarnya. Suasana terasa seperti berada dalam sarang predator yang siap menerkam kapan saja. Namun, bukan rasa takut yang membuatnya tak bergerak—melainkan berbagai spekulasi yang justru membuatnya penasaran.Setelah pertarungan sengit melawan boneka jiwa sebelumnya, sebagian besar energi Qi-nya telah terkuras habis. Nafasnya belum sepenuhnya stabil, dan tubuhnya masih menanggung efek dari penggunaan jiwa primord

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status