Keputusan Zhou Yin untuk memulai persiapan serangan terhadap gerbang-gerbang iblis di berbagai wilayah Kekaisaran mendapat dukungan dan penolakan dari Para tetua Dewan. Setiap dewan mengutarakan alasan mereka menolak maupun mendukung. Zhou Yin menyadari bahwa keputusannya memang tidak mudah. Satu-satunya harapan yang dia miliki agar tidak terjadi perang adalah Pedang Sepasang Naga Emas yang saat ini salah satunya sudah berada di tanganya."Yang Mulia...Bagaimana jika serangan itu malah justru memicu perang besar dengan ras iblis yang kita belum tahu kekuatan sebenarnya?" tanya salah satu tetua dari Dewan Pengawas Pertanian.Dia adalah dewan yang selalu menjadi bulan-bulanan cacian rakyat karena ketidak becusannya dalam mengayomi kemakmuran para petani di wilayah Kekaisaran. Hal itu bukan sepenuhnya salah tetua ini karena sebelumnya memang sudah ada bencana kekeringan yang melanda sejak lama.Zhou Yin tahu betul bentuk kekecewaan rakyat namun dia sendiri tak bisa berbuat banyak kecual
Bai Yue Zu berdiri mematung di depan sebuah ranjang kayu yang diatasnya terhampar satu kasur empuk dengan warna merah. Sesuai dengan gaun nya yang dia kenakan,warna merah sangat cocok dengan kulitnya."Ada apa?" tanya Bara Sena yang sudah muncul di belakangnya.Terkejut, gadis itu langsung berjalan menjauh dari Bara Sena."Ti-tidak ada apa-apa..." sahutnya terdengar gugup.Bara tersenyum melihat tingkah gadis itu."Jadi bagaimana? Apakah kau ingin melakukannya atau tidak?Jangan mengulur waktuku, karena aku masih ada kepentingan di luar sana," kata Bara Sena sambil melangkah mendekati kasur dan duduk dengan santainya.Bai Yue Zu menahan debaran di dalam dadanya. Dia sebenarnya tidak menginginkan hal itu jika bukan karena Kutukan Es yang melekat di tubuhnya."Kamar ini sudah aku berikan pelindung sehingga apa yang kita lakukan tidak ada satupun dari saudaramu yang bisa menguping atau mengintip. Jadi kau tenang saja," kata Bara.Dengan segenap keberanian yang dia miliki, Yue Zu pun dudu
Coi Ming terkejut melihat sosok iblis yang ada didepan sana tiba-tiba saja menghilang. Saat dia tengah terkejut dan sedikit lengah, tahu-tahu sosok iblis itu sudah berada di depan dirinya dan mengagetkan Coi Ming. "Mati!" teriak iblis tersebut lalu menghujam kan tinjunya kearah kepala pria pemimpin pendekar aliansi tersebut. Dengan cepat Coi Ming menghindari serangan tersebut. Akan tetapi, saat dia menghindar, dari arah lain muncul serangan tinju yang juga menghujam kearah kepalanya. Itu adalah tinju lain yang ternyata menyerang kepalanya dari empat arah sekaligus. "Ini gila! Jurus apa yang dia gunakan!?" seru Coi Ming dalam hati. Tak bisa menghindari empat serangan sekaligus, Coi Ming terpaksa mengerahkan tenaga dalamnya lalu meledakkan kekuatan tersebut membuat ledakan kejutan. Usahanya cukup berhasil untuk menyelamatkan nyawanya dari serangan iblis tersebut. Saat ledakan tenaga dalam itu memancar dari tubuhnya, dengan terpaksa iblis itu melompat mundur. Blaarr! Ledakan ten
Lu Shi tersenyum melihat Xia Qing Yue yang terkejut setelah mendengar nama Kahiyang Dewi dan juga Hu Shi Yun. Dua kekasih suaminya yang memiliki kekuatan di Ranah Cakrawala. "Hu Shi Yun juga kekasih tuan Bara. Begitu juga dengan diriku, Nona Qing Yue..." ucap Lu Shi. Qing Yue hanya bisa terdiam setelah mendengar ucapan gadis tersebut. "Apakah suamiku seliar ini? Dia dikelilingi banyak sekali wanita... Aku tidak tahu, apakah ini salahku atau memang takdir yang membuatnya seperti ini... Tapi, kenapa aku merasakan sakit?" batin Qing Yue. Melihat gadis itu diam, Lu Shi pun meraih tangan Qing Yue. "Lebih baik, Nona Qing Yue bertemu dengan Nona Kahiyang dan Nona Hu Shi Yun di puncak sana. Mereka pasti senang jika bertemu dengan nona," ajak Lu Shi. Xia Qing Yue yang penasaran dengan rupa dua gadis lainnya pun akhirnya menganggukkan kepala pertanda setuju dengan ajakan Lu Shi. "Gadis ini, kenapa baik sekali padaku?" batin Qing Yue. Mereka berdua pun berjalan menyusuri hutan rimba menu
Kelima gadis yang ada di luar kamar seketika langsung menoleh ke arah pintu saat pintu kayu tersebut terbuka. Bara Sena dan Bai Yue Zu keluar dari dalam kamar.Pandangan mata para gadis langsung tertuju pada Bai Yue Zu yang terlihat sumringah dan semakin terlihat cantik."Kakak Zu...Bagaimana?" tanya Yue Mey yang paling penasaran dengan apa yang tetua kedua alami.Yue Zu tersenyum. Dia menoleh kearah Bara Sena seperti meminta persetujuan dari pemuda tersebut. Sang pendekar hanya menganggukkan kepala."Kutukan Es itu sudah hilang...Aku sudah bebas berlatih kekuatan Seribu Es Langit," kata Yue Zu membuat semua gadis kecuali Yue Fei langsung datang mengerumuninya.Bara Sena menyingkir untuk memberikan tempat para gadis yang penasaran tersebut mengajukan pertanyaan pada Yue Zu. Dia melangkah mendekati Yue Fei yang duduk menyendiri sambil menatap kearah luar jendela.Gadis itu menoleh saat Bara duduk disebelahnya lalu mengusap punggungnya."Kakak.."Pemuda itu tersenyum."Bagaimana keadaan
Suara tawa itu begitu melengking terdengar hingga membuat gerakan badak raksasa itu terhenti selama beberapa saat. Hawa panas pun tiba-tiba terasa.Shi Tan dan delapan iblis lainnya celingukan mencari sumber suara. Mereka masih mendengar suara tawa seorang bocah yang begitu melengking sehingga membuat hubungan Shi Tan dengan Badak Raksasa tersebut terganggu."Suara siapa yang bisa membuat makhluk bayangan kami terhenti...?" batin Shi Tan.Dari arah langit nampak sebuah cahaya merah keemasan yang bersinar begitu terang. Awan putih seketika menyingkir saat cahaya merah itu muncul dan turun ke bumi.Semua mata menatap cahaya merah tersebut. Tiba-tiba saja ratusan orang berlutut membuat ribuan orang lainnya terheran-heran."Apa yang terjadi?" batin Panglima Chu yang belum sempat melompat kearah Badak Raksasa tersebut."Selamat Datang Untuk Dewa Pelindung Nezha...Kami mengucapkan terimakasih karena Dewa sudah berkenan untuk datan
Shi Tan melemparkan bola hitam yang baru saja dia ciptakan kearah Nezha yang dengan tenangnya menanti datangnya serangan. Tidak ada rasa khawatir sedikit pun padahal serangan Shi Tan adalah pukulan pamungkas yang itu artinya dia telah mengerahkan semua kekuatan miliknya ke dalam bola hitam tersebut.Bola hitam tersebut pun menghujam tubuh Nezha dengan telak lalu di susul ledakan dahsyat yang lagi-lagi mengguncang tanah.BLAAARRRR!!!Semua menduga sesuatu terjadi pada Nezha karena serangan tersebut mengenai tubuh dewa pelindung tersebut dengan telak. Begitu juga dengan Shi Tan yang sangat yakin serangan miliknya melukai Dewa bertubuh anak-anak tersebut.Saat asap dan debu menghilang diterpa angin, Shi Tan dan semua orang yang ada disana terbelalak melihat Nezha yang masih berdiri tak bergeming sedikit pun dari tempatnya.Malah, dia tersenyum lebar sambil menatap kearah Shi Tan yang masih terbelalak tidak percaya."Kau seperti
Perdana Menteri Zhou Lin masuk ke dalam istana Hubei dan bertemu dengan beberapa pendekar Aliansi Pemburu Iblis yang memang sudah berada disana sejak lama untuk mengawasi retakan di tengah kota Wuhan.Chen Mo yang menjadi ketua Aliansi di Kerajaan Hubei mengantar perdana menteri tersebut ke tengah kota menggunakan kereta kuda yang dikawal ratusan Pendekar Ranah Alam Mendalam!"Sepertinya sudah banyak yang siaga di tempat ini?" tanya Zhou Lin."Mandat dari Yang Mulia langsung kami laksanakan. Kami percaya dengan apa yang dikatakan anda," sahut Chen Mo.Tak berapa lama mereka pun sampai di sebuah tempat yang dibentengi tembok batu setinggi belasan tombak. Tembok itu memanjang hingga hampir dua ribu tombak membelah kota Wuhan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan.Tujuan tembok itu didirikan tentu saja bertujuan untuk menahan para iblis yang hendak keluar dari dalam Retakan. Kota Wuhan sendiri sudah menjadi kota mati se
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk