Perdana Menteri Zhou Lin masuk ke dalam istana Hubei dan bertemu dengan beberapa pendekar Aliansi Pemburu Iblis yang memang sudah berada disana sejak lama untuk mengawasi retakan di tengah kota Wuhan.Chen Mo yang menjadi ketua Aliansi di Kerajaan Hubei mengantar perdana menteri tersebut ke tengah kota menggunakan kereta kuda yang dikawal ratusan Pendekar Ranah Alam Mendalam!"Sepertinya sudah banyak yang siaga di tempat ini?" tanya Zhou Lin."Mandat dari Yang Mulia langsung kami laksanakan. Kami percaya dengan apa yang dikatakan anda," sahut Chen Mo.Tak berapa lama mereka pun sampai di sebuah tempat yang dibentengi tembok batu setinggi belasan tombak. Tembok itu memanjang hingga hampir dua ribu tombak membelah kota Wuhan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan.Tujuan tembok itu didirikan tentu saja bertujuan untuk menahan para iblis yang hendak keluar dari dalam Retakan. Kota Wuhan sendiri sudah menjadi kota mati se
Raja Iblis Shen Su yang menjadi pemimpin dalam pertemuan Tujuh Raja di istananya mulai membuka suara."Seperti yang telah kita sepakati. Ini sudah 500 tahun berlalu semenjak Perang Dewa di Selatan. Sejauh ini Jaka Geni masih menghargai perjanjian yang pernah terjalin dulu. Tapi, rupa-rupanya, perjanjian itu tidak berpengaruh sama sekali dengan para Dewa Pelindung. Yang itu artinya, jika kita nekat menyerang manusia dan menguasai dunia manusia, kita juga harus berhadapan dengan para Dewa Pelindung yang tingkatannya jelas berada satu tingkat di atas kita," kata Raja Iblis Shen Su.Raja Shen Su memiliki wajah pucat dengan tanduk yang juga berwarna pucat. Kedua matanya merah darah dan dibagian telinganya terdapat satu anting besar berwarna hitam."Kedatangan Nezha benar-benar diluar dugaan. Untung saja kita menggunakan siasat dari Raja Orochi agar tidak terburu-buru mengeluarkan semua Iblis menuju Gerbang," sahut Raja Anubis yang berwujud kepala anjing.
Empat gadis itu saling pandang. Mereka menatap kearah cincin biru yang mereka kenakan. "Cincin itu akan memudahkan pertemuan kita nanti. Saat ini, aku hanya bisa melakukannya dengan Yue Zu. Nanti saat aku memiliki waktu, aku akan datang lagi ke Dunia ini." kata Bara Sena. "Jadi, cincin ini sebenarnya untuk apa?" tanya Yue Mey. "Kau akan tahu nanti. Saat aku meminta cincin itu kembali padaku, maka dia akan membawa tubuh salah satu dari kalian padaku, sesuai urutan tetua di Sekte Awan Es," terang Bara. "Jadi, kau tidak akan melakukan nya disini lagi?" tanya Yue Cang. Bara tersenyum. "Dunia milikku ini luas, dan ini adalah rumah Yue Fei. Bukankah tidak pantas melakukan hal itu di rumah orang lain? Apalagi dia adalah kakak pertama kalian," ucap Bara membuat para gadis itu jengah. Yue Fei tersenyum mendengar hal itu. "Kalau begitu, aku akan pergi dulu. Aku merasakan firasat buruk beberapa waktu yang lalu
Jaka Geni melangkah masuk kedalam hutan pohon kelapa yang tumbuh sangat rimbun. Iswara Aninda mengikutinya dari belakang dengan perasaan was-was. Hingga saat kedua kakinya memasuki satu wilayah yang memiliki aura kabut cukup pekat, wanita cantik itu terdiam terpaku seketika. "Apa yang terjadi...? Tiba-tiba saja tubuhku menjadi lemas..."Jaka Geni menoleh ke arah istrinya lalu meraih tangan lembut wanita itu sambil tersenyum. "Seperti inilah Penjara Dewa. Kau akan sangat terkejut saat pertama memasuki tempat ini." ucap nya. "Aku merasa tubuhku sangat berat dan sulit sekali untuk berjalan..." sahut Iswara Aninda dengan wajah yang terlihat pucat. "Kekuatanmu akan menghilang saat kau memasuki wilayah ini. Itu sebabnya kau merasa lemas dan tidak berdaya. Saat ini, kau tidak ubahnya seperti manusia biasa," kata Jaka Geni sambil menuntun istrinya berjalan. Dia ingat betul saat dirinya bersama dua istrinya, Ling-
Jaka Geni bersama istrinya dan Raja Mundong akhirnya sampai didepan mulut goa. Raja Mundong masuk kedalam goa lalu terdengar dia mengetuk batu yang ada di dekat mulut goa. Seseorang berperawakan kurus dengan rambut panjang yang sudah memutih muncul dari dalam goa dengan langkah terseok-seok. Sesampainya didepan mulut goa, pria tersebut berhenti melangkah dan menatap Jaka Geni serta Iswara Aninda yang tertegun melihat sosok tersebut. "Ayah..." lirih Iswara dengan mata berkaca-kaca sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. Dia tidak menyangka, ayahnya yang dulu sangat hebat, kekar dan berwibawa, kini terlihat seperti orang tua renta yang terlantar di pinggir jalan. Pria tua yang tidak lain adalah Batara Guru tersebut menatap Jaka Geni dengan sengit. "Kenapa kau kesini lagi...!? Kau pikir aku akan memaafkan semua perlakuan iblis seperti dirimu hah!?" hardik Batara Guru. Jaka Geni tidak mempedulikan u
Iblis Mata Satu menatap Pedang Es yang ada di tangan Song Yue. Seringai sinis terlihat di bibir tebalnya."Pedang Es Abadi? Kau pikir aku tidak tahu itu hanyalah pedang palsu? Meski kau bisa menciptakan tiruan dengan sangat mirip, aku masih bisa merasakan perbedaan pedang itu dengan yang aslinya," cibir Iblis Mata Satu.Tentu saja Song Yue terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Iblis didepannya."Bagaimana kau bisa tahu mana yang asli mana yang palsu?" tanya nya."Cih, kau sepertinya pengagum Tuan Iblis Es ya?" Merah wajah Song Yue mendapat ledekan seperti itu. Namun hati kecilnya mengakui bahwa dirinya memang menyukai bentuk dari Pedang Es Abadi milik Cakara alias Iblis Es. Namun tentu saja dia menolak untuk mengakuinya terang-terangan."Siapa yang menyukai siapa! Jaga mulutmu itu!" teriak Song Yue marah lalu dia pun menggerakkan tangan kanannya.Empat tameng raksasa bergerak mengurung Iblis Mata Satu. Suara gemuruh dari tameng itu terdengar cukup keras. Bara Sena yang tengah melun
Aura merah yang keluar dari dalam tubuh Iblis Mata Satu semakin merebak ke segala arah. Luka yang dia dapat dari serangan panah angin milik Bara Sena menutup dengan sendirinya. Wujudnya perlahan berubah menjadi tinggi dan besar. Kedua tanduknya yang menyala merah semakin membesar hingga seukuran kaki manusia. Wujudnya benar-benar menjadi lebih mengerikan. Terlebih mata satunya yang melotot dan menyala-nyala membuatnya semakin terlihat garang. "Kekuatannya tiba-tiba meningkat tajam. Apakah ini wujud Iblis Mata Satu yang sesungguhnya? Dia sudah mencapai tingkat 20 Ranah Alam Mendalam. Akan sulit bagiku untuk mengalahkannya..." batin Bara. Aura merah yang menyelimuti tubuh Iblis Mata Satu mulai membentuk perisai yang menutupi tubuhnya. Bara benar-benar takjub melihat hal itu. "Dia membentuk perisai seperti yang dilakukan Akik Ijo. Menakjubkan..." Bara tak mau diam saja. Dia pun mengeluarkan semua kekuatan yang dia miliki. Wajar saja dia melakukan itu karena lawannya adalah Iblis y
Iblis Mata Satu terkejut mendengar sosok yang ada didepannya menyebutkan nama aslinya. "Kau... Siapa kau sebenarnya!? Bagaimana kau bisa tahu siapa diriku!?" tanya Iblis Mata Satu masih ragu dengan sosok yang tidak lain adalah Cakara sang Iblis Es. "Sudah ribuan tahun kita tidak bertemu, apakah kau melupakan diriku? Kau lupa siapa tuanmu Jabrang? Menyedihkan sekali," ucap Cakara. Iblis bernama Jabrang tersebut masih tidak percaya bahwa orang yang ada di depan dirinya adalah Iblis Es. "Aku tidak percaya dengan dirimu! Kau hanyalah makhluk tiruan! Jika kau memang dirinya, buktikan bahwa kau bisa mengalahkan diriku!" teriak Jabrang. Iblis Es menyeringai. "Lama tidak bertemu, otakmu sepertinya sudah membatu. Baiklah, mudah saja bagiku mengalahkan dirimu, cecunguk merah!" ucap Iblis Es lalu tangannya bergerak cepat menyambar leher Jabrang. Dengan cepat iblis itu berusaha untuk menghindar. Namun entah mengapa, tubuh Jabrang terasa membeku karena tiba-tiba saja dia merasakan hawa ding