Xiao Lie dan Xia Yu sama-sama menoleh ke arah mulut goa saat siang itu orang-orang dari keluarga Xiao datang. Yang datang ke goa tersebut adalah Xiao Wang."Tetua Xiao Lie, tuan muda Xiao Zen menunggu di bawah," kata Xiao Wang.Xiao Lie tersenyum sinis."Kau masih saja menjilat di bawah pantatnya? Menggelikan sekali kau Xiao Wang," kata Xiao Lie sambil bengkit berdiri."Lebih baik kau menurut dan mengikuti apa kata Xiao Zen. Karena dia datang kesini bersama para ahli dari Sekte Utama. Sementara, perlindungan dari Istana Awan Es sepertinya telah berakhir. Mereka jelas tidak sudi melindungi kalian yang bukan siapa-siapa...!" kata Xiao Wang.Xiao Lie tertegun. "Apakah orang itu sudah tak menganggap kami lagi? Apakah Qing Yue tidak dipandang oleh mereka?" batin Xiao Lie.Akhirnya dia dan Xia Yu pun mengikuti langkah Xiao Wang dan beberapa orang pengikutnya. Xiao Wang melirik ke arah Xia Yu.Di halaman utama Keluarga Xiao telah berkumpul banyak orang dari Sekte Utama dan juga keluarga Xia
"Xiao Feng!?" seru semua orang begitu melihat siapa yang datang.Xiao Wang terkejut. Begitu juga dengan semua orang yang melihatnya."Dia...! Dia terlihat berbeda dengan dirinya tiga hari yang lalu!" teriak salah satu orang.Xiao Zen mengepalkan tinjunya."Bagaimana bisa sampah ini melemparkan senjata beracun kepada dua Pendekar tingkat Awal Penempaan Jiwa!? Yang benar saja!" umpat Xiao Zen.Bara Sena menatap tajam ke arah Xiao Wang. Dia tersenyum sinis ke arah pria tersebut."Lacur lelaki yang doyan menjilat! Bagaimana, apakah hadiah yang aku berikan beberapa hari yang lalu membuatmu sangat senang?" tanya Bara Sena membuat pria berpakaian biru itu mengernyitkan dahi."Hadiah? Apa maksudmu?" tanyanya sambil mengingat-ingat apakah Xiao Feng itu pernah memberinya sebuah hadiah."Cih! Kau ini sangat lambat menyadarinya Kepala Keluarga...Aku memberi hadiah kepadamu malam itu, di kamar Yu Long...Hehehe!" ucap Bara yang seketika membuat Xiao Wang dan yang lainnya terkejut setengah mati."Ja
Tangan Xiao Wang bergerak dengan kekuatan yang mengerikan. Jika sampai tangan yang dipenuhi aura biru membara itu mengenai tubuh lawan, sudah dipastikan, jika itu lawan di tahap yang sama sekalipun, tak akan mampu menahan serangan tersebut. Kekuatan itu dinamakan Menarik Mata Langit.Sebuah kekuatan atau Pukulan Sakti yang diwariskan secara turun temurun di keluarga Xiao. Hanya orang tertentu yang bisa memiliki kekuatan tersebut. Salah satunya adalah Xiao Wang.Dammm!Telapak tangan itu menghantam dada Bara dengan telak. Mata pemuda itu mendelik. Darah keluar dari mulutnya. Tubuhnya terpental ke udara dan jatuh ke lantai dengan suara gedebuk.Semua mata menatap tak berkedip. Mereka semua juga menahan napas saat melihat apa yang terjadi."Pukulan Menarik Mata Langit...!? sejak kapan Xiao Wang menguasainya!?" seru Xiao Lie tak percaya.Semua anggota keluarga termasuk orang-orang dari Sekte Utama pun merasa tak percaya bahwa Xiao Wang memiliki kemampuan yang termasuk langka dan sangat su
Xiao Zen menyeret Xia Yu masuk ke dalam kereta kudanya dengan paksa. Tak peduli gadis itu menjerit dan menangis berusaha menolak. Tetap saja dia kalah tenaga melawan pria yang telah diselimuti hawa napsu tersebut."Lepaskan!" teriak Xia Yu."Cepat masuk dan jangan membuatku marah! Kau boleh berteriak sesukamu di atas ranjang nanti, hahaha!" ucap Xiao Zen."Dasar bajingan! Kau sungguh tidak mempunyai perasaan sama sekali!" umpat Xia Yu sambil menangis."Huh? Perasaan? tentu saja aku punya. Saat ini, perasaan ku padamu sangat menggelora...! Aku ingin sekali melihat kau meronta dibawah tubuhku menahan kenikmatan yang tidak pernah kau rasakan...!" ucap Xiao Zen.Xia Yu tersenyum sinis."Kau bukan pria pertama yang menyentuhku. Aku sudah mempersembahkan keperawananku untuk orang yang aku suka,"Mata Xiao Zen melotot mendengar apa yang Xia Yu katakan."Apa kau bilang!? Siapa yang berani merampas milikku!?" teriak nya marah."Dia adalah Xiao Feng! Aku yakin, dia akan datang dan mencabik tubu
Delapan Bola Api dari Pukulan Sembilan Kutukan Neraka itu menghantam Xiao Wang secara bersamaan. Ledakan yang sangat dahsyat mengguncang kota Nanjing. Api merah raksasa membubung tinggi ke angkasa membuat semua orang yang ada di kota Nanjing terkejut bagaikan mendengar petir di siang bolong.Mereka semua mengira ada meteor dari langit jatuh dan meledak di kota mereka. Apalagi di tambah ledakan besar disertai gelombang yang merusak segalanya membuat semua orang lari ketakutan.Bukit dimana Bara menemukan Kahiyang Dewi hancur rata tak berbekas. Tubuh Xiao Wang entah kemana. Di tempat ledakan itu tercipta sebuah lubang seluas ratusan tombak menganga lebar.Api merah membara benar-benar membuat tempat yang semula damai itu menjadi seperti Neraka.Bara Sena mendarat di atas tanah yang masih terbakar. Dia merasa tubuhnya tiba-tiba sakit dan lemas."Apa yang terjadi...?" batinnya.Entah kenapa tubuh Bara pun tiba-tiba limbung dan roboh ke tanah. Bruk!Meski roboh, dia masih sadarkan diri. H
"Benarkah?" tanya Kahiyang Dewi.Bara Sena mengangguk."Ini menjadi seperti semula. Hanya enam titik meridian yang terbuka. Sisanya tak bisa kurasakan lagi. Padahal sebelumnya 54 titik semuanya terbuka dengan sempurna..." kata Bara Sena sambil menatap tangannya."Mungkin karena pukulan Sakti itu yang membuat titik meridian milikmu terbuka untuk sementara," sahut Kahiyang Dewi."Mungkin saja begitu. Kalau begitu, sebaiknya kita pergi menyusul Xia Yu, aku mengkhawatirkannya..." ucap Bara Sena."Baiklah, masukkan aku kedalam Dunia Penyimpanan. Aku butuh istirahat setelah mengeluarkan banyak tenaga," kata Kahiyang Dewi.Bara mengangguk. Dia mengarahkan telapak tangannya ke arah Kahiyang Dewi. Wanita cantik berambut putih itu pun segera masuk ke dalam telapak tangan kanan Bara yang menyala kuning.Setelah Kahiyang Dewi masuk kedalam telapak tangan, Bara pun segera melesat pergi meninggalkan tempat tersebut.Setelah dia pergi, tanpa satu orng pun yang tahu, sesuatu bergerak-gerak di dalam t
Bara Sena menatap mayat Xiao Zen yang tergeletak dengan kepala pecah dan isinya berhamburan di tanah. "Manusia sepetimu pantas mati," ucap Bara lalu melangkah mendekati kereta kuda.Dia melihat Xia Yu yang duduk di dalam kereta dalam keadaan terikat. Dengan segera Bara melepaskan ikatan tersebut dan menurunkan gadis yang dulunya adalah bibi kecilnya."Kau tidak apa-apa Xia Yu?" tanya Bara sambil mengelus kepala gadis itu dengan penuh perasaan.Xia Yu langsung memeluk pemuda itu tanpa pikir panjang lagi. Dia menangis di dada Bara Sena hingga sesenggukan."Aku takut...Aku sangat ketakutan sekali...Aku takut saat melihatmu tak bergerak di sana..." ucap gadis itu dalam sela tangisnya."Sekarang semua sudah baik-baik saja Xia Yu. Tak perlu menangis lagi..." ucap Bara sambil membelai punggung gadis itu.Xia Yu mendongakkan wajahnya. Dia menatap Bara dengan tatapan khawatir."Ayahku...Dimana dia?" tanya nya membuat jantung Bara terasa berhenti berdetak. Dia tak memperhitungkan jika Xia Yu a
Xiao Shin duduk di ruangannya. Dia membuka semua gulungan catatan perjalanan Xiao Zen selama merekrut orang-orang dari Keluarga Xiao yang ada di beberapa kota, termasuk salah satunya kota Nanjing. Tempat terakhir yang Xiao Zen kunjungi sebelum dia ditemukan mati di tengah perjalanan antara kota Nanjing dan kota Yushan."Hm...Jadi dia membuat masalah dengan Xia Qing Yue? Lalu ada sedikit konflik antara dia dan Chu Yue Li dari Istana Awan Es. Apakah mungkin Istana Awan Es ikut terlibat dalam kasus ini? Tapi...Aku merasa ragu jika mereka berbuat sejauh itu..." batin Xiao Shin sambil kembali membuka lembaran gulungan yang lain."Hm, Xiao Feng ini...dia cukup cerdas membuat Kepala Keluarga Xiao Wang kalah berdebat dengannya. Otaknya cukup bisa diandalkan. Tapi dunia ini tidak hanya membutuhkan kecerdasan. Yang kuat yang bisa menjadi penguasa..." ucap Xiao Shin.Matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah tulisan dimana tulisan tersebut mencatat tentang pertarungan Xiao Feng melawan Xiao Wang dan
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk