Share

Bab 17

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 21:45:47

Kedua mata Lily membulat mendapati Max dan Olivia berdiri di depan pintu utama. Awalnya Lily sangat terkejut namun dia berusaha profesional sebagai pekerja.

"Maaf, kami sudah tutup. Silahkan kembali lagi besok," ujarnya lagi berusaha tenang meski hatinya remuk redam.

Dia baru saja keluar dari mansion pagi tadi, Max bahkan terlihat tidak peduli. Tiba-tiba saja dia datang ke sini dengan membawa kekasihnya.

Apa dia sengaja melakukannya? Untuk memamerkan kemesraan di depan Lily?

Ini adalah kali kedua Lily berhadapan langsung dengan Olivia setelah yang pertama kali adalah kemarin malam di suatu keadaan yang tak terduga.

"Ah, kau memberiku kejutan yang luar biasa, Max." Suara Olivia terdengar lembut dan gerak-geriknya begitu anggun.

Tatapannya lurus ke arah Lily, rasa ketidaksukaan terlihat jelas di sorot matanya.

Meski tubuhnya kurus karena tuntutan kerja namun wajahnya begitu cantik dan mempesona. Auranya terlihat mahal, sangat cocok bersanding dengan Max yang tampan.

Pantas orang-orang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 18

    Kedatangan Max dan Olivia tak lagi membuat perasaan Lily bersedih. Justru hal itu memacu semangatnya untuk bangkit. Meskipun nyatanya kini dia kewalahan karena melakoni semuanya sendirian, namun itu jauh lebih baik dibanding saat dia hanya berdiam diri di dalam mansion.Lily sudah membersihkan ruangan depan, jadi kini saatnya untuk membersihkan gudang setelah tadinya barang-barang sudah dikeluarkan oleh suruhan Sandra.Untungnya Sandra juga menyuruh orang untuk menaruh perabotan yang dibutuhkan oleh Lily secepat mungkin. Jadi Lily tidak begitu kesusahan.Setengah jam kemudian Vina datang membantunya meskipun Lily sudah dengan tegas menolak bantuan itu."Halo, dear! Aku sudah datang!" Suara Vina yang riang langsung terdengar saat Lily baru saja selesai membersihkan kamarnya."Kenapa kau bawa banyak barang?" Lily menatap semua goodie bag yang teronggok di lantai. "Untuk apa semua ini?""Jelas untukmu lah." Vina mendudukkan pantatnya di atas sofa. "Aku sedang stres karena papaku memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 19

    Maklum saja jika gaun itu menarik hati Olivia. Gaun itu juga telah menarik hati beberapa orang yang melihat namun orang-orang langsung mundur saat mendengar harganya yang fantastis. Kebetulan Olivia menyukainya, jadi Lily tercetus ide. Lily menyuruh Sandra untuk membuat Max menawar gaun itu seharga lima kali lipat dari harga seharusnya."Izinkan saya untuk menghubungi pelanggan yang hendak membeli gaun itu. Siapa tahu pelanggan tersebut mau untuk saya ganti dengan rancangan gaun yang lain."Tawaran dari Sandra disetujui oleh Max. Tentu saja itu hanyalah pura-pura saja. Belum ada pembeli yang hendak membeli gaun tersebut.Lily hanya mengawasi mereka dari jauh. Sebelumnya dia juga mewanti-wanti para pegawai untuk tidak memberitahu pada Max soal posisi dirinya di butik. Biarkan Max berpikir jika Lily hanyalah seorang tukang bersih-bersih.Beberapa menit setelahnya, Sandra kembali mendekat. "Pelanggan tadi bersedia untuk mengganti gaunnya dengan gaun yang lain."Ucapan Sandra membuat Oli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 20

    Suasana hati Lily sedang membaik karena dia telah menerima uang dari gaun yang dibeli oleh Max semalam.Sandra berbaik hati memberinya uang penjualan seratus persen tanpa dipotong apapun. Itu karena Sandra bersimpati dengannya.Beban pikiran Lily sedikit berkurang, setidaknya dia tidak begitu khawatir untuk memberi Max uang dua milyar sebagai syarat untuk bercerai nantinya.Saat ini Lily ikut Vina ke toko penjualan kain. Biasanya Vina tidak melakukan itu, tetapi Linda lah yang bertanggung jawab melakukannya.Tapi Vina sengaja melakukan ini untuk menghibur Lily, sekaligus agar Lily memiliki wawasan luas soal kain yang akan dirancang."Bagaimana? Kau kelihatannya senang?" tanya Vina."Tentu saja, di sini aku bisa menilai kualitas dari kain yang akan aku buat nantinya." Lily membelai satu persatu kain yang akan dia beli nantinya. Ini berbeda saat dia hanya melihat dari layar ponsel. Tangannya dapat mengetahui secara langsung tentang tekstur kain dan perbedaan warna.Dua jam setelahnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 21

    "Kenalkan, Kek. Ini temanku namanya Lily Orlantha. Dua tahun lalu dia mengalami kecelakaan hingga lumpuh di kedua kakinya. Dokter sudah berkata kalau dia ada peluang untuk bisa kembali berjalan tapi aku ragu, dia telah melalui banyak pengobatan yang menyakitkan." Mendengar itu Lily teringat saat masih berada di rumah sakit, dia minum banyak obat-obatan dan juga banyak usaha saat diterapi di rumah sakit namun masih belum mendapatkan hasil. "Makanya aku membawanya ke sini, berharap Kakek Zang bisa memberinya harapan supaya dia bisa kembali berjalan," lanjut Vina penuh harap.Menatap kedua kaki Lily, Zang berkata, "Tapi mungkin akan membutuhkan waktu yang agak lama. Selain pengobatan herbal, dia akan diterapi akupuntur oleh anak didik ku nanti."Mendengar itu, Lily seperti menemukan secercah harapan. Namun saat mendengar perkataan Zang soal waktu yang agak lama, dia pun bertanya, "Agak lama itu seberapa lama, Kek?""Mungkin sekitar tiga sampai enam bulan, tergantung keajaiban yang meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 22

    Mendengar itu Lily langsung meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Hana yang sudah duduk di atas sofa."Ternyata Nyonya Lily sedang ada di butik juga?" tanya Hana begitu melihat Lily mendekat."Panggil saja aku dengan Lily, sepertinya usiamu tidak jauh berbeda dariku." Akan sangat canggung jika berbicara terlalu formal. Lily sudah menganggap Hana sebagai seseorang yang dekat setelah menyelamatkan namanya saat itu.Hana tersenyum tipis. "Ah, tetap saja akan terasa aneh." Bagaimanapun statusnya hanyalah seorang sekretaris, sedang Lily adalah menantu dari keluarga Kalandra. Terlihat tidak sopan jika dia bersikap seolah dirinya dengan Lily begitu dekat."Tidak ada yang aneh. Semenjak kau menyelematkan nama baikku waktu itu, kau sudah ku anggap sebagai seseorang yang dekat." Lily mengatakannya dengan tulus.Memang di luar Hana terlihat tersanjung, namun dalam hatinya dia merasa tidak enak. Sebenarnya Finley lah yang menyelamatkan nama baik Lily, namun dia yang malah menanggung akibat ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 23

    Beberapa hari kemudian, Lily telah menjalani rutinitas yang sudah menjadi template. Meski begitu tiada hari yang membosankan selama di butik karena dia bisa melakukan apapun yang dia sukai. "Oh, jadi di sini tempatmu sekarang?" Suara wanita yang sangat dikenal, membuat bulu kuduk Lily menjadi berdiri. "Pantas saja kau tidak mengirimkan uang bulanan. Rupanya disini kau bersembunyi." Saphira berkacak pinggang menatap Lily yang tengah memunggunginya, menata aksesoris di sebuah rak.Sebuah celemek yang menempel di tubuh Lily semakin membuatnya menjadi marah."Cepat pulang dan minta maaf pada Max!" teriaknya. Dia sudah tahu perihal Lily yang menginginkan cerai dari Max.Jika bukan karena uang bulanan yang tidak diberikan padanya, dia tidak mungkin tahu soal hal itu. Diam-diam dia telah bertanya pada seorang pelayan di mansion.Lily mengeratkan rahangnya. Saphira bahkan tidak tahu malu berteriak di dalam butik dengan pegawai lain yang masih bekerja. Beruntung saat ini sedang tidak ada ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 24

    Setelah beberapa hari dia mendatangi butik Sandra, Max menjadi resah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia menantikan kedatangan Lily di hadapannya atas ketidakberdayaan setelah keluar dari mansion.Dia ingin Lily mendatanginya dengan tatapan memohon dan meminta untuk tidak jadi bercerai.Namun mengapa sampai sekarang wanita itu tidak datang? Padahal dia sudah mendengar kabar dari seorang pelayan bahwa ibu tirinya datang menanyakan perihal Lily.Max sudah tahu dari dulu jika ibu tirinya sering meminta uang pada Lily. Pasti wanita tua itu telah kehilangan sumber satu-satunya pemasukan karena Lily tidak mempunyai uang. Jadi seharusnya desakan dari ibu tirinya membuatnya segera mendatanginya.Meskipun Max tahu Lily telah berselingkuh namun tetap dia tak sudi melihatnya keluar dengan bebas. Dia juga tak ingin Lily malah tertawa bahagia bersama kekasihnya di luaran sana.Dia tetap ingin memenjarakan Lily dalam mansionnya sampai dia puas. Wanita yang telah menghancurkan hidupnya itu har

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 25

    Di dalam butik, Lily terus menerus menekuni buku sketsa miliknya. Dalam beberapa hari ini, pesanan gaun menjadi meningkat bahkan Sandra sendiri merasa kewalahan menghadapinya.Dia tidak mampu lagi menahan rasa kagumnya pada kinerja Lily untuk butik."Mungkin karena para pelanggan suka dengan rancangan gaun mu, Lily, mereka yang pernah datang kesini rata-rata akan kembali untuk memesan ulang," puji Sandra pada Lily sambil menyeka keringatnya yang bercucuran. Padahal AC di dalam ruangan sudah diatur dingin namun tetap Sandra berkeringat karena memang sudah lama dia tidak menggarap banyak pesanan gaun. "Semua ini juga berkat Tante yang membebaskan aku untuk berkarya." Lily berusaha untuk merendahkan diri. "Selain itu, Tante juga selalu membantuku mengatasi keluhan pelanggan yang pernah datang beberapa kali ke sini. Aku rasa, kalau Tante tidak ada aku tidak akan mungkin bisa mengatasinya. Aku banyak belajar dari Tante yang sudah senior."Sandra tersenyum senang melihat kerendahan hati L

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 161

    "Adik, Nona?" Kedua alis si sopir saling menyatu. "Kayaknya gak ada siapapun yang keluar lewat sini, Nona. Dari tadi saya duduk di kursi teras ini kok."Pikiran Lily langsung kacau. Arsan bukanlah anak yang suka keluar dan bertemu dengan orang. Kalau sampai Arsan panik dan tantrum di jalan, itu bisa membahayakan dirinya sendiri. Apalagi jalanan sangat ramai oleh kendaraan pribadi.Lily memutuskan untuk mengecek seluruh isi rumah sekali lagi. Setelahnya dia baru sadar kalau Arsan keluar melalui pintu belakang, tepatnya yang menjadi penghubung antara teras belakang dengan dapur. "Kemana kamu, Arsan?" gumam Lily penuh khawatir.Karena Lily tidak tahu harus mencari dimana, Lily mengajak sang sopir untuk mencari Arsan dengan mobil. "Mau dicari kemana, Nona?" tanya si sopir."Kemana aja, Pak. Asal adik saya bisa ketemu.""Tapi, Non. Kata Nyonya Wina, Anda harus segera pulang. Kalau saya gak bisa nganterin Nona pulang tepat waktu, bisa-bisa saya yang akan kena omel nantinya.""Gak usah kha

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 160

    Lily tersentak dan menjadi canggung. "Mmm... baru saja," jawabnya sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Seketika dia tersadar atas apa yang dilakukannya. Dia pun kembali meluruskan anak rambutnya.Max tersenyum lebar. Rasanya dia sudah lama tidak melihat Lily. Wajahnya nampak lebih segar dan pipinya semakin bulat. Jika dia pikir-pikir, keadaan Lily jauh berbeda dibanding saat menikah dengannya dulu."Mau ketemu dengan Arsan? Kebetulan aku mau pulang karena ada urusan, jadi aku bisa menitipkannya padamu sebentar," ucap Max."Memangnya Inda kemana? Kenapa dia menitipkannya padamu?""Tadi pagi dia ditelepon kalau ada saudaranya yang meninggal. Jadi dia harus pulang selama sehari semalam. Mungkin besok pagi dia baru pulang."Kening Lily mengerut dalam. "Kok dia gak ngabarin aku? Malah ngasih tahu kamu?"Max mengangkat kedua bahunya. "Entah. Mungkin karena kamu sulit untuk dihubungi? Ini bukan pertama kalinya kok. Dia juga pernah menitipkan Arsan padaku selama dua hari.""Dua

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 159

    Di tengah keramaian kafe, Lily melihat Vina yang duduk di salah satu kursi sendirian di antara banyaknya pengunjung. Dia sudah menghubungi Vina untuk bertemu di kafe saja.Mata Lily berkilat senang, pasalnya sudah lama dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Tangannya segera terangkat untuk melambai dan memanggil namanya. Sahabatnya itu segera menoleh dan senyuman lebar langsung merekah di wajahnya."Lily!" teriaknya sambil berdiri menyambut kedatangan Lily.Mereka berdua pun saling berpelukan erat."Bagaimana kabarmu?" tanya Vina begitu pelukan mereka sudah terlepas."Aku baik. Bahkan lebih baik."Vina bernapas lega, ada perasaan senang melihat wajah Lily yang nampak lebih cantik dan segar. "Syukurlah... apa Tuan Kenneth dan Nyonya Wina memperlakukanmu dengan baik?""Tentu saja. Mereka orang tua kandungku, tidak mungkin mereka menyia-nyiakan anak yang telah lama mereka kira sudah meninggal." Lily meneliti wajah Vina yang nampak kusam dan juga letih. "Lalu bagaimana denganmu? Kuden

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 158

    Vina menatap ke arah halaman rumah dari jendela kaca kamar. Mobil Finley sudah menghilang dari pandangan, segera dia menutup kembali tirai jendela.Sandra membuka pintu kamar dan berjalan menghampiri Vina. "Maafkan Mama karena sudah membukakan pintu."Vina memaksakan senyumannya sambil duduk di tepi ranjang. "Tidak apa-apa, bukan salah Mama."Melihat senyuman Vina, Sandra semakin merasa bersalah. Dia pun ikut duduk di samping Vina dan berkata, "Kulihat dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Kenapa kamu gak sepertinya tidak percaya padanya?""Menikah bukan perkara mudah, Ma. Apalagi aku dan Finley tidak saling mencintai. Biarlah aku mengurus anakku sendirian tanpa harus melibatkannya," jawab Vina sambil mengelus perutnya."Mengandung dan melahirkan anak sendirian itu terasa berat, Vina. Mama rasa akan lebih mudah kalau kamu menerima Finley untuk bertanggungjawab."Vina memegang kedua lututnya erat. "Bukannya ada Mama dan Papa yang akan membantuku? Aku tidak mencintai Finley, Ma. Men

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 157

    Di tengah terpaan angin sepoi malam yang dingin. Vina memegang erat cangkir mug yang berisi susu cokelat hangat.Vina sendiri merasa heran, sejak kapan dirinya jadi menyukai segelas susu rasa cokelat sedang dulunya dia lebih menyukai kopi susu yang diberi es batu di dalamnya.Mungkin sejak dirinya diberitahu dokter untuk tidak mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol dan kafein. Vina jadi lebih memperhatikan minuman yang akan dia minum.Sebuah senyuman tipis terbit di wajahnya yang manis sambil mengelus perutnya yang masih rata."Meskipun nanti kau lahir dari keluarga yang tidak lengkap, tapi aku pastikan kasih sayang untukmu tidak akan pernah kurang," ucapnya pada janinnya yang berada di dalam rahim.Vina belum bisa menerima kehamilannya, sampai seminggu yang lalu dia memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan melihat janin kecil yang tumbuh dengan menakjubkan.Suara detak jantung janin yang teratur dan pernyataan dokter kalau janinnya berkembang sehat dan baik membuat pe

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 156

    "Apa? Hamil?" Lily hampir berteriak jika tidak mengingat kalau dirinya ada di sebuah acara penting."Finley, kau becanda kan?" bisik Lily takut ada seseorang yang mendengar.Helaan napas keluar dari mulut Finley. "Aku tahu ini terdengar seperti lelucon. Tapi aku berkata jujur, kami tak sengaja melakukan..."Finley ikut memelankan suaranya. "...hubungan intim saat kami mabuk."Lily tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan karena saat ini dia benar-benar terkejut.Vina dan Finley? Berhubungan intim? Terdengar tidak masuk akal."Aku tahu kamu pasti kaget, tapi ini benar adanya. Aku hanya khawatir padanya karena beberapa hari ini dia tidak bisa dihubungi. Dia bahkan bersembunyi, seolah tidak mau diajak bertemu." Raut wajah Finley nampak muram membuat Lily sedikit merasa kasihan.Keheningan terjadi sesaat."Kamu datang ke acara ini berharap aku bisa memberi informasi soal Vina?" tanya Lily yang dijawab Finley dengan anggukan kepala."Sayangnya aku sudah lama tidak menghubunginya," ujar L

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 155

    "Lily?"Suara dari arah belakang yang memanggil membuat Lily menoleh. Kedua matanya terbelalak lebar mendapati Finley berjalan perlahan ke arahnya."Finley?" serunya yang membuat orang-orang disekitarnya terheran-heran."Ah, Tuan Finley. Kau sudah bersedia datang ke acaraku. Sungguh suatu kehormatan untukku." Arneth dan Samantha mendekati Finley yang membuatnya menghentikan langkah.Finley menoleh ke arah mereka berdua dan berkata, "Oh, Nyonya Arneth? Kau sudah sembuh? Ku dengar kau sehabis mengalami cidera di pergelangan tangan setelah bermain golf."Arneth tersenyum senang mendengar Finley sedikit perhatian padanya. "Benar, tapi sudah sembuh berkat putri saya yang telaten mengurus."Beberapa keponakan Kenneth memutar kedua bola matanya malas. Semua orang yang melihat pasti bisa menduga kalau Arneth sedang mempromosikan putrinya di depan Finley."Apa Tuan sedang mencari sesuatu?" tanya Samantha dengan memegang lengan Finley. Berada dekat dengan Finley adalah suatu kebanggan. Ketampan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 154

    "Dia adalah putriku, Laura Owen," jelas Kenneth sambil memperhatikan reaksi dari anggota keluarga besarnya.Beberapa dari mereka nampak terkejut hingga tidak bersuara tapi ada juga yang tertawa sinis seperti Samantha."Paman Kenneth, apa karena saking putus asa nya Paman sampai menganggap wanita murahan itu sebagai Laura?" Kenneth menatap tajam ke arah Samantha yang lagi-lagi bermulut tajam."Jangan marah dulu, Paman. Itu karena ucapan Paman terdengar mengada-ada." Ucapan Samantha dibenarkan oleh anggota keluarga yang lain."Samantha benar, Ken. Ucapanmu terdengar mengada-ada. Mana mungkin Laura yang dulunya sudah dinyatakan meninggal malah tiba-tiba muncul sebagai wanita yang sehat? Aku yakin dia pasti sudah menipumu!"Wina nampak panik, tetapi tidak dengan Lily. Dia yakin kalau Kenneth telah menyiapkan semuanya untuk menjelaskan kebenaran pada anggota keluarganya sendiri."Usir dia sekarang, Ken! Aku tidak sudi kalau dia mengotori hariku yang bahagia!" seru Arneth memojokkan Wina,

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 153

    Sama seperti dirinya, Wina mengenakan gaun buatan Lily yang nampak mewah.Gaun panjang berwarna hijau emerald yang sudah lama Lily buat akhirnya dia pakai sekarang. Warna gaun itu menjadikan kulit Wina nampak lebih putih dan bersih. Meski gaun tersebut memiliki potongan yang sederhana, tetapi hiasan berupa berlian putih dua karat yang berada di sekeliling gaun menjadikannya nampak mewah dan istimewa.Lily menatap bangga pada hasil buatannya sendiri. Terlebih aura old money yang terpancar dari tubuh Wina menjadikan gaun itu melekat sempurna ditubuhnya."Mama juga nampak luar biasa," ujar Lily tersenyum bangga."Berkat karyamu yang sangat luar biasa, Sayang."Wina juga merasa begitu bangga mengenakan gaun buatan putrinya sendiri. Apalagi saat bercermin, Wina seperti merasa tidak mengenali diri sendiri.Bahkan perias yang memoles wajahnya tadi sempat terkejut dan menatapnya kagum dengan gaun yang nampak mewah."Anda terlihat sepuluh tahun lebih muda, Nyonya," puji si perias tadi tanpa di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status