“Entah cemburu pada siapa, pokoknya aku cemburu,” ujar Anin yang ingin menyudahi kegiatan mereka, namun Harris mampu menahan tangannya sehingga tubuh mereka tetap berdekatan.“Bicara yang jelas, sayang. Kamu cemburu pada siapa? Aku tidak melakukan apapun pada siapapun,” ujar Harris yang meminta kejelasan dari Anin.“Sebelum kamu kepikiran untuk melakukan sesuatu apapun itu pada siapapun di luaran sana, bahwa aku cemburu. Jadi kamu selalu ingat aku,” imbuh Anin, ia memberikan peringatan pada lelaki itu. Tentu saja Harris tertawa, ia menggelengkan kepalanya pelan. Ternyata Anin bisa cemburu juga bahkan tanpa alasan yang jelas.Usai menyampaikan isi hatinya Anin mencoba untuk berdiri kali ini Harris membiarkan perempuan kesayangannya itu menjauh darinya. Anin berdiri sembari merapikan rambutnya entah mengapa hal iu membuat lelaki itu bergairah. Ia segera bangun dari posisi tidurnya dan berjalan menuju Anin.“Kamu mau apa Mas?” tanya Anin ketika melihat Harris bergerak maju memangkas jara
“Hai Clara, apa kabar?” sapa Harris lebih dulu.“Baik, kamu apa kabar Ris? Itu anak dan istrimu ya?” sahut perempuan itu sembari berdiri dari kursinya.“Ini istriku Anindia dan anakku Bhima,” ujar Harris memperkenalkan istrinya dan anaknya. “Sayang, kenalkan dia Clara, teman lamaku,” lanjut Harris. Anin mengulurkan tangannya dan cepat dibalas oleh Clara, mereka saling tersenyum.“Hai Anindia, salam kenal ya.”“Halo Mbak Clara, salam kenal juga ya,” balas Anin.“Karena semua sudah berkumpul, mari kita sarapan,” ujar Nyonya Setya, ketiga kini duduk di meja makan. Clara lebih dahulu bergerak untuk mengambilkan nasi dan lauk untuk Ibu Harris, Anin hanya bisa melihatnya dengan perasaan tak suka. Ia merasa sebagai pasangan Harris harusnya dirinya yang melakukan hal tersebut.Ketika
“Kami hanya pacaran sebentar Bu, karena saling menyukai akhirnya menikah,” jawab Anin pelan.“Meski Ibu kecewa pada tindakan Harris yang menikah tanpa persetujuan kami tetapi melihat Harris kini bahagia, Ibu juga ikut bahagia.”“Terima kasih, Bu,” ucap Anin. Tiba-tiba sang asisten rumah tangga mendekati mereka dan memberitahu Anin jika anaknya menangis“Kamu urus Bhima dulu sana,” ujar perempuan paruh baya itu. Anin pun segera bergegas ke kamar untuk menengok Bhima. Bayi laki-laki itu sepertinya hanya terbangun karena mendengar suara berisik. Setelah digendong oleh Anin, anak itu kembali tidur.Ponsel milik Anin berdering panjang, tanpa melihat siapa yang menelponnya ia tahu bahwa itu adalah Harris. Dan benar saja setelah menekan tombol hijau, suara Harris lembut menyapanya. Sesuai janjiya tadi, ia mengabari Anin jika lelaki itu sudah sampai di kantor.“Aku tidak mampir ke mana-mana lho sayang,” canda Harris, ia menirukan larangan Anin tadi.“Bagus, memang harus begitu,” timpal Anin.
Harris mencoba mengingatnya di mana dirinya pernah melihat mobil itu. Setelah berusaha memeras otaknya Harris sama sekali tak ingat.“Apa mobil itu sangat penting untuk Bapak?”“Tidak juga tetapi karena aku penasaran jadi tolong cari tahu ya,” titah Harris. “Satu lagi, suruh temanmu itu mengikuti ke mana saja ayahku pergi lalu laporkan padaku ya,” imbuhnya. Damar pun siap untuk menjalankan perintah atasannya.Mereka meninggalkan topik pembicaraan seputar ayahnya dan mobil itu. Damar kembali ke tempat duduknya, ia sudah lega karena apa yang menjadi ganjalan di hatinya sudah disampaikan pada Harris. Lelaki itu tak lagi memeriksa ponselnya setiap saat, ia fokus pada pekerjaannya begitu juga dengan Harris. Ia tak memusingkan tentang ayahnya karena sudah memasrahkannya kepada Damar.Ketika sedang larut dalam pekerjaan mereka masing-masing, tiba-tiba terdengar suara ketu
“Kamu mau kita pulang ke apartemen?” tanya Harris“Aku sudah bilang tadi di telepon, katanya kamu mau bahas saat sudah di rumah,” ungkit Anin.“Iya sayang, makanya aku tanya kamu mau pulang ke apartemen?”“Mau mas, lebih nyaman berada di sana. Hanya ada kita bertiga saja,” jawab Anin.“Bagaimana kalau tinggal di sini sehari saja,” tawar Harris. “Aku tahu apa yang terjadi di antara kamu dan ibuku tetapi akan lebih baik jika kita pergi setelah kalian berbaikan dulu, ketika keadaan sudah baik-baik saja,” lanjutnya.Anin tampak memikirkan saran dari Harris, memang benar tak elok jika ia pergi dari rumah mertuanya ketika mereka terlibat suatu masalah. Anin ingin meninggalkan kesan yang baik untuk Ibu Harris.“Bagaimana sayang?” tanya Harris yang penasaran apakah Anin setuju dengan
“Bukan, aku tidak menikah dengan Clara. Aku menikah dengan orang lain,” jawab Harris, mata lelaki itu bergerak mencari keberadaan Anin. Mengetahui bahwa Harris mencarinya, Anin pun segera melangkah ke arah mereka.“Mas Harris,” panggilnya.“Nah itu dia istriku, Anindia namanya,” tunjuk Harris ke arah perempuan kesayangannya yang berjalan ke arah mereka. Sekarang Harris dan Anin sudah berkumpul bersama, teman perempuan Harris itu menatap Anin dari ujung kaki hingga ujung kepala hingga ujung kaki. Netranya teralihkan pada cincin yang bertengger di jari manis Anin.“Kapan kalian menikah?” tanya perempuan itu setelah yakin bahwa Anin adalah istri Harris.“Setahun yang lalu, maaf ya kami tidak mengundangmu,” ujar Harris, tangannya melingkar di pundak Anin.“Tak apa, ternyata kamu cepat juga ya Ris menemukan pengga
“Mas!!”“Hahaha, lihat wajahmu sayang,” tunjuk Harris ke wajah panik Anin seraya tertawa geli. Anin yang semula panik karena takut ‘serangan’ dari Harris berubah menjadi tatapan aneh. Karena tiba-tiba lelaki itu tertawa. “Aku hanya bercanda, sayang,” ujar Harris sembari menahan tawanya“Apa sih, Mas. Gak lucu,” kata Anin yang ngambek, wajahnya tampak kesal dengan perbuatan Harris tadi.“Kamu lanjut mandinya, aku akan keluar,” titah Harris. “Jangan lupa kunci pintunya ya, siapa tahu aku berubah pikiran,” lanjutnya, ia mengerlingkan satu matanya. Mencoba untuk menggoda Anin.“Awas ya kalau kamu coba-coba untuk masuk,” ancam Anin yang disambut oleh tawa kersa Haris. Sesuai perkataan tadi, lelaki bertubuh atletis itu melangkah keluar dari tempat itu menuju ke kamarnya. Harris membaringkan tubuhnya di samping Bhima, matanya menatap langit-langit kamar. Ia membayangkan ekspresi takut Anin tadi.“Dia punya trauma akan kehadiran laki-laki di sekitarnya. Siapapun yang telah menghamilinya benar
“Katakan saja sayang,” ujar Harris yang tak sabaran.“Tidur di sofa, dengan pose membelakangi dan jangan coba-coba untuk berbalik badan,” jawab Anin, raut wajahnya tampak serius.“Hanya itu?”“Iya,” jawab Anin cepat. “Nantu akan kupikirkan syarat lainnya,” imbuhnya.“Pikirkan syarat yang banyak sayang, apapun akan kulakukan,” sahut Harris dengan percaya diri. Usai mengatakan hal tersebut, lelaki itu masuk ke kamar mandi sedangkan Anin mengurus Bhima yang sudah bangun. Sementara Nyonya Setya bergabung dengan para asistennya membuatkan makanan untuk anak dan menantunya.Sayangnya anak dan menantunya masih berada di dalam kamar, Harris yang sudah selesai mandi dan berganti baju tak kunjung turun ke bawah, ia membantu menjaga Bhima ketika Anin di kamar mandi. Ia berencana turun setelah perempuan kesayangannya itu dan sang putra selesai membersihkan diri.Sehingga Nyonya Setya mengirim pembantunya untuk memberitahu mereka jika sarapan sudah siap. Asisten itu pun naik menuju lantai dua, men