Diana adalah seorang wanita yang cukup cantik, banyak pria mengincarnya termasuk Halbert. Namun sebuah perasaannya itu tak pernah tersampaikan sebab dirinya selalu sibuk bekerja membasmi monster. Namun jika dipikir kembali, rasanya Halbert kecewa. Lebih tepatnya setelah kematian Halbert sendiri, ia jelas kecewa dengan Diana yang ternyata juga mengkhianati. Tak hanya itu saja, bahkan Diana juga sudah berubah sifatnya. Ia yang dulu lemah lembut, namun sekarang menjadi wanita penggoda. “Kau merayu banyak lelaki dengan cara begini? Ditambah lagi kau membunuh seseorang yang tidak kau sukai? Betapa kejamnya dirimu, Diana.”“Tunggu sebentar, kau? Tuan Stanley?” Diana mencoba memproses pemikirannya saat ini. Ia tak pernah berpikir bahwa akan ada sosok Halbert di hadapannya saat ini. Tapi sekarang cukup jelas hingga membuatnya terdiam membisu.“Tidak mungkin. Kau pasti orang yang kebetulan mirip dengannya.”“Tidak mungkin? Apa yang membuatmu merasa itu tidak mungkin? Bukti sihir gelap pada
Hari duka datang tanpa ditanya, hari yang sedih namun tidak tepat pada waktunya. Pria yang mendedikasikan hidupnya sebagai Undead hanya untuk membalas dendam, kini harus merasakan kembali rasanya pahit di dunia.Suatu saat memang setiap mahluk akan mati, namun rasanya sakit begitu kematian datang pada orang terdekat. Rasa tidak rela terus muncul di dada seakan memberontak dan terus menyangkal tentang kematiannya. Ini terjadi pada temannya yang bertempat tinggal di sebuah pedesaan. Nama pria itu adalah Ramon. Ia meninggalkan dunia ini setelah berdebat dengan Diana. Ramon melonjak marah lantaran Diana menyepelekan tentang kematiannya. Tapi apa yang Halbert heran, ternyata Ramon sudah lama mengetahui jati dirinya bahkan sebelum pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya.“Ramon, aku tidak tahu harus memakamkanmu di mana. Tapi sebentar lagi, akan ada prajurit yang datang. Maaf.” Ia menahan tangis dan rasa sesak di dada. Ia berharap bahwa dendam ini akan segera berakhir namun setelah mem
Noah sudah diancam, ia seharusnya tahu bahwa pembunuh itu akan bersiap membunuhnya jikalau mengatakan rahasia tersebut. Namun Noah merasa itu tidak akan terjadi padanya. Dengan senyuman di wajah, ia berucap dengan jelas bahwa pembunuh Richardson adalah orang yang telah menyelamatkannya. “Anda mungkin bingung. Tapi ini kenyataan.”Raja pun ikut tersenyum. Seolah ia tahu siapa yang melakukannya. Namun pembunuhan tetaplah pembunuhan. Terlepas itu untuk keadilan ataupun bukan.“Baiklah, Noah. Aku terima pernyataanmu itu. Terima kasih karena kau telah kembali dengan selamat.”Raja yang tampak seperti orang yang sedang berbahagia lantas membuat para petinggi bangsawan kebingungan. “Ada apa dengan Raja?”“Jangan tanya aku.”“Hei, kalau benar yang dikatakan Tuan Noah. Maka pembunuh itu adalah Sekutu keadilan? Siapa orangnya?”Seolah mendengar pertanyaan itu. Noah menjawab, “Saya tidak tahu dia siapa. Sebelum kehilangan penglihatan pun saya tidak berkesempatan untuk melihatnya. Tapi entah me
“Hei.” Halbert memanggil, lantas menyentuh kepulan asap hitam yang mengitari sekitar wajah Noah.“Tuan Pembunuh?” lirih, ia membalas sapaan yang samar-samar ia dengar. Hanya dengan menyentuhnya sebentar, membuat segala sihir gelsp yang ada dalam dirinya terhapus dalam sekejap. Noah hari itu tidak berpikir ini akan terjadi, di mana penglihatan dan pendengarannya langsung pulih. “Eh?”Bingung terhadap situasi yang telah terjadi. Noah pun lekas mencari sosok pria yang selama ini ia panggil sebagai "Tuan Pembunuh." Saat itu ia juga hendak menanyakan sesuatu padanya.“Setelah aku berpikir tentang jati diri orang itu sebenarnya. Tiba-tiba aku bisa melihat dan mendengar lagi. Tapi sekarang ke mana dia?”Halbert menghilang tanpa berkata apa-apa pada Noah. Dirinya sedang dalam kondisi kebingungan, ada banyak hal yang masih harus ia lakukan serta pikirkan. Entah itu urusan pengkhianatan Gaston atau bahkan dirinya sendiri yang hidup sebagai Undead. “Masih ada yang tidak aku ketahui tentang tu
Halbert dan Noah sekali lagi berjumpa di tempat tak terduga. Tempat di mana terdapat sarang monster dalam gua yang dulunya adalah pertambangan emas. Semakin jauh mereka masuk ke dalam, tak hanya ada serangga-serangga biasa yang mudah dikalahkan dengan api kecil. Sekarang, sudah lebih banyak monster yang berukuran besar begitu menginjak lantai bawah tanah. “Tuan Pembunuh, sepertinya kita semakin jauh. Aku tidak yakin sejumlah orang yang sedang aku cari berada jauh di depan.”“Memangnya siapa yang kau cari? Mereka adalah kelompok petulang bukan? Aku cukup yakin yang mereka cari ada jauh di depan sana.”“Kenapa begitu? Sebenarnya apa yang mereka cari?” tanya Noah.“Semacam emas yang terkandung dalam perut sebuah monster,” jawab Halbert selagi memunculkan pedang sihirnya. Ia sudah bersiap dalam posisi menyerang. Tampak Noah juga telah mempersiapkan dirinya juga. Monster-monster itu mulai berkumpul dengan mengitari mereka berdua. Mereka serupa dengan laba-laba, namun kaki mereka sangat
Duke Ansh meminta bantuan pada kerajaan untuk menemukan sekelompok petualang yang berada di bawah naungannya. Sejumlah 5 orang, namun sayang sekali ketika ditemukan sudah dalam kondisi tidak lagi bernapas. Kecuali satu-satunya dari mereka yaitu Elf berkulit coklat matang dengan telinga panjang.Sesampainya di kediaman Duke Ansh, Elf itu sempat menarik ujung lengan pakaian Halbert saat dirinya berjalan melewatinya. Seakan tindakannya itu adalah sebuah isyarat tuk meminta pertolongan.Halbert yang merasa aneh saja dengan hal itu, pun lantas mulai memandangi sekitar dalam kediamannya.“Saya sungguh sangat berterima kasih pada Anda berdua. Terutama Anda Tuan Noah, walau hanya satu orang yang selamat, saya tentu masih merasa senang. Lalu ini imbalan kalian,” ucap Duke Ansh seraya memberinya dua kantung.“Sepertinya Yang Mulia Raja hanya memintaku untuk menolong Duke Ansh. Saya tidak bisa menerima ini,” tolak Noah dengan halus.Duke Ansh lantas menjawab, “Mengapa begitu? Ini imbalan yang pa
Beberapa saat sebelumnya, Duke Ansh dengan Elf itu hendak pergi ke ruangan, yang mana mereka harus melewati kamar yang saat ini dihuni oleh Noah dan Halbert. Dan tanpa sengaja, Elf mendengar topik pembicaraan mereka, terlebih pintu ruangan itu sama sekali tidak ditutup. Sejenak ia berhenti di sana.“ ...melainkan aku kembali hidup. Aku undead.” Terkejut dengan pernyataan si pria di sana. Ia pun lantas mengumpat di balik dinding. Ia berharap agar dapat mengetahui isi pembicaraan mereka berdua. Dan setelah berlangsung cukup lama, akhirnya ia disadari oleh mereka.“Kau?! Hei! Kenapa pintunya tidak ditutup, dasar bocah bodoh!” Halbert dan Noah sama-sama terkejut. Pada awalnya hanya mereka berdua saja, dan topiknya juga sangatlah rahasia. Mana mungkin Halbert memperbolehkan seseorang lain mendengar pembicaraan mereka. “Hei!”“Maafkan aku, aku tidak terbiasa menutup pintu.”“Apanya yang tidak terbiasa? Kau hanya lupa menutup pintu. Tidak usah banyak alasan!” amuk Halbert seraya membanti
Di balik jendela ruangan Halbert, terdengar suara rintihan seorang wanita. Terkejut akan hal itu, segera Halbert beranjak dari tempat duduknya.“Dari suaranya ada di balik ruanganku. Maka seharusnya ada jalan menuju ke sana. Tapi aku tidak suka mencari jalan panjang.”Mencari jalan pintas, alhasil Halbert memilih untuk membuka jendelanya. Begitu dibuka, benar adanya seorang wanita yang tersungkur di permukaan tanah. Banyak bekas luka sayatan, lebam bahkan bekas-bekas luka aneh kemerahan di sekitar kedua kaki dan leher wanita itu. “Nona, perlu bantuan?” tanya Halbert, seraya mengulurkan tangan padanya.Wanita itu terdiam sembari menatap Halbert dengan berkaca-kaca. Wanita itu tampak bingung dengan perasaan yang masih kacau. “Hei, baik-baik saja?” Sekali lagi Halbert bertanya lantaran wanita itu tak kunjung menjawab pertanyaannya sedari tadi. “Tidak.” Akhirnya wanita itu menjawab meski jawabannya seperti itu. Ia kemudian beranjak pergi dari sana setelah berulang kali menggelengkan ke