Beranda / Romansa / LOVELY MAN / HIDUNG BELANG

Share

HIDUNG BELANG

Penulis: Kumara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bhara baru bisa menarik napas lega setelah sampai di rumah Husen dan Maya masih berada di sana, dalam keadaan baik-baik saja, justru raut wajahnya kebingungan tingkat tinggi.

"Bhara? Kamu beneran ke sini? Kenapa?" tanya Maya sambil bangkit berdiri.

Bhara yang tadi berlari dari luar pagar mencoba menstabilkan napasnya yang masih agak goyah. "Batalkan aja kerja samanya, ayo balik." Tak ada penjelasan.

Tentu tak akan semudah itu Maya menurut, impiannya sudah nyaris berada di depan hidung, mana mungkin kesempatan langka ini dia lepas begitu saja. "Kamu nggak lagi bercanda, kan? Aku susah payah bisa ketemu sama dia langsung, Bhar! Aku di sini buat nunggu dia balik. Ini portofolio aku!" Maya mengangkat sebuah dokumen di tangan.

"Ini nggak akan berjalan baik, Maya. Sekarang aku antar kamu pulang." Bhara mendekat untuk meraih tangan Maya.

"Apa alasannya?! Kenapa?!" Maya menepis tangan Bhara. Matanya mendelik nanar.

"Aku nggak bisa cerita sekarang, tapi aku bisa pastikan kamu akan menyesal nanti. Batalkan rencana kamu. Ini demi kebaikan kamu, Maya."

Maya tertawa getir, tidak dia percaya kata-kata bernada seperti itu keluar dari mulut Bhara. "Kamu siapa menentukan mana yang baik mana yang enggak buat aku? Kamu bukan Dev, Bhara! Bahkan Dev aja nggak aku turuti, apalagi kamu!"

"Ini beda!" teriak Bhara mulai kesal. "Aku yang ngenalin kalian, jadi kalau terjadi sesuatu, itu tanggung jawab aku!"

Jawaban Bhara masih belum dipahami oleh Maya. "Maaf ya, Bhara, aku nggak suka sikap pengatur kamu yang tanpa alasan kayak gini. Aku ini perempuan dewasa, aku bisa mengurus diri sendiri, aku bukan tanggung jawab kamu!" Kesabaran yang coba ditunjukkan Maya pun perlahan sirna.

Bhara menghela napas panjang. "Kamu masih keras kepala, Maya."

Alis Maya mengerut. "Jangan-jangan ..." Suaranya memelan, "Kamu cemburu?"

Bhara membelalak mendengar tudingan tiba-tiba itu.

"Iya? Kamu cemburu aku akan dekat sama Husen? Aku ada di rumahnya sekarang? Kamu masih menyimpan perasaan sama aku, Bhara? Ngaku aja kalau iya." Maya penuh percaya diri bertolak pinggang.

Alih-alih menyangkal, Bhara malah menantang balik, "Kalau aku bilang iya, kamu mau nurut?"

Berganti Maya yang tertegun. "Kamu ... serius?"

"Ya enggaklah!" sentak Bhara yang sontak membuat Maya terkesiap. "Jangan ngaco kamu! Aku cuma minta kamu batalkan pertemuan kalian, kalau kamu berkeras mau jadi aktris, kamu bisa titip portofolionya, nanti aku kasih ke dia, atau kamu tinggal aja di sini. Emangnya kenapa? Kenapa harus ketemu langsung? Berdua lagi!"

"Tuh kan ... kamu kedengaran cemburu, Bhara. Udah aku duga, kamu masih suka sama aku."

Bhara memijat keningnya pelan, gadis pengidap narsistik seperti Maya pasti mengira setengah populasi diam-diam mendambakan dirinya.

"Ya! Aku cemburu! Aku masih suka sama kamu! Puas? Sekarang balik!" Bhara sudah habis kesabarannya, ditariknya tangan Maya seenaknya.

"Hah? Be-bener?! Bhara! Lepas! Aku bisa jalan sendiri!"

Sekarang Maya bingung harus condong ke masalah yang mana, Bhara sungguh masih menyukainya atau Bhara saat ini sedang menyeretnya keluar?

"Bhara!"

Teriakan Maya spontan berhenti lantaran kaki Bhara juga berhenti, rupanya Husen telah kembali, pria gondrong itu menatap dua manusia yang baru saja keluar dari rumahnya dengan muka penuh tanda tanya.

"Bhara? Lu ikut ngantar Maya? Gue kan minta Maya datang sendiri," ucapnya.

"Husen, biar aku jelasin--"

Maya membuka mulut tapi Bhara langsung memotong, "Kami mau balik, kerja samanya batal, cari aja talent yang lain, atau kalau lu emang ngotot mau kerja sama Maya, itu dia bawa portofolionya, habis itu kami langsung balik."

Raut wajah Husen langsung mengeras. "What? Lelucon apa ini? Gue ini kerja secara profesional! Gue ini bukan sutradara kacang kemarin sore! Gue juga mau liat akting Maya dulu! Ini sekalian untuk casting!"

Bhara tersenyum miring, "Casting couch*?" tandasnya. (*Casting couch adalah sebuah kegiatan seksual yang dilakukan oleh seorang majikan atau seseorang dalam posisi berkuasa dan berpengaruh, terhadap seorang karyawan atau bawahan dari seorang petinggi sebagai bayaran dari sebuah pekerjaan, atau kemajuan karier lainnya dalam sebuah organisasi. Istilah casting couch bermula dalam industri perfilman, dengan rujukan spesifik kepada kegiatan seksual yang dilakukan antara sutradara casting atau produser film dan anggota pemerannya).

Wajah Husen dan Maya kompak memucat, dengan alasan yang berbeda.

"Lu kira gue sebusuk itu, Bhar?!" teriak Husen agak panik.

Sedang Maya yang juga terperanjat ikut menimpali, "Maksud kamu apa, Bhara?! Dia mau--"

"Gue tau apa yang lu lakuin selama ini," potong Bhara tanpa rasa takut. "Kalau lu berpikir bisa berbuat kayak gitu sama Maya, batalkan aja niat lu."

"Ini pencemaran nama baik!" teriak Husen tidak terima. "Nggak gue sangka kerja sama kita sampai di sini doang! Dan lu udah memfitnah gue, Bhara!"

Bhara menarik Maya lebih kuat, melewati Husen yang masih berusaha membela diri.

"Kalau lu ngerasa itu fitnah, coba buktikan aja. Kalau perlu ke pengadilan, gue bisa kasih bukti, kok. Lu emang busuk, Sen. Kalau menurut lu kerja sama kita berakhir, ya udah, good." Bhara terdengar tidak peduli sama sekali.

Maya masih sedikit menganga ketika tangannya ditarik lebih kuat oleh Bhara dan keduanya keluar dari gerbang rumah Husen.

"Lu akan nyesal, Bhara!"

Samar-samar suara teriakan frustrasi Husen masih bisa mereka jangkau.

***

Tangan Bhara membuka pintu mobil dan kesempatan itu dipakai Maya untuk menarik tangannya kembali, "Kamu sinting, Bhara! Kamu baru aja melepas kesempatan emas buat aku!"

Teriakan Maya yang tak diduga-duga itu agak menyentak Bhara. "Kamu harusnya berterima kasih karena aku menghindarkan kamu dari predator kayak dia."

"Ha ha!" Maya tertawa getir, matanya berkaca-kaca, tergambar kekecewaan yang teramat hebat di wajahnya. "Kamu baru aja menghancurkan masa depan aku! Kamu tau Husen tertarik sama aku! Aku bisa aja dapat peran bagus! Aku akhirnya bisa meniti karier aku, Bhara!"

"Jadi karier itu lebih penting daripada harga diri kamu? Kamu mau tidur sama dia?"

"Itu nggak ada buktinya."

"Banyak yang cerita kayak gitu sama aku, dan aku liat sendiri di tempat syuting, dia berkali-kali melecehkan talent-nya!"

Maya tertawa getir lagi. "Jangan sok suci kamu! Emangnya kamu apa?! Pengkhotbah?! Di dunia hiburan, itu bukan apa-apa, Bhara! Ini bagian dari profesionalitas!"

"Jadi kamu mau disentuh sama dia?!" Mata Bhara menajam, tampaknya sikap tak acuh Maya justru lebih menyakitkan baginya. Fakta bahwa gadis itu begitu putus asa sampai rela untuk menjual tubuhnya menghantam akal sehat Bhara. "Jawab aku, Maya! Demi peran kecil itu, kamu mau tidur sama hidung belang itu?!"

"Kalau aku bilang iya kenapa?! Itu bukan urusan kamu! Aku mati-matian supaya dapat peran di film! Aku nggak akan melewatkan satu pun kesempatan!"

Rahang Bhara menggeretak, tangannya terkepal, matanya berkilat-kilat. Pintu mobil yang sempat setengah dia buka, ditutupnya kembali. "Kalau gitu kamu tidur sama aku, aku pastikan kamu dapat peran bagus di film, film layar lebar!"

Sedetik kemudian mata Maya nanar menatapnya. Hening menyelimuti mereka.

Bab terkait

  • LOVELY MAN   KESEPAKATAN GILA

    Dalam hatinya, Bhara sebenarnya ingin meninju mukanya sendiri. Apa yang baru saja dia katakan? Tapi terlalu gengsi untuk menarik perkataannya sekarang, maka dia tunggu respons dari Maya.Mata kucing milik Maya menerawang seakan ada jawaban di udara, mendadak pikirannya kosong, hening. Sekalipun tak pernah terbersit dalam benaknya bahwa pertanyaan seperti ini akan keluar dari mulut Bhara. Bhara yang dia kenal kutu buku dan tak suka macam-macam terhadap perempuan.Bukannya mundur, Maya malah merasa ini adalah sebuah tantangan. Dengan ego setinggi awan, dia lipat kedua tangan di depan dada. "Kalau aku setuju, kamu benar-benar bakal mastiin aku bisa jadi bintang film?"Seketika tenggorokan Bhara serasa kering, tak dia sangka Maya akan setuju dengan ide gila yang tadi dia ucapkan tanpa berpikir. Namun, keduanya sama saja, ego dan gengsi sudah telanjur naik."Apa pernah aku ingkar janji? Aku ini bisa dipercaya, kamu bisa pegang kata-kata aku."Sekujur tu

  • LOVELY MAN   SATU KECUPAN

    "Lu bawa cewek dari mana, sih?" omel Erik sehabis kelas akting yang dia ajar berakhir.Maya masih berada di dalam ruang latihan, sedang mengobrol bersama murid yang lain. Erik keluar untuk menjumpai Bhara yang baru saja tiba untuk mengecek situasi, dialah yang membawa Maya ke sini, kebetulan Erik adalah teman masa SMA-nya."Kenapa?" Alis Bhara mengerut sampai nyaris bertemu di tengah."Payah banget, nggak ada harapan." Kepala Erik menggeleng."Separah itu?""I-ya! Yang kayak gitu mau jadi pemain utama? Siap-siap aja dia disembur ama sutradara. Mukanya sih cantik, bodinyayahut, tapi kalau aktingnya kayak nenek-nenek diperkosa sih ...""Ngomong apaan sih lu?! Kasar banget," tegur Bhara."Emang dia siapa, sih? Ehem ... pacar lu, ya? Muke gile selera lu, kayak model. Nah, mungkin kalau jadi model bisalah diusahakan, tapi kalo akting ... ampun, bos! Lu mesti liat sendiri gimana. Gue jamin lu sependapat ama gue!"Bhara

  • LOVELY MAN   BUKAN ALAT BALAS DENDAM

    "Maaf soal yang tadi, ya." Bhara baru membuka suara sesudah mobilnya berhenti di depan rumah Alisa.Wajah Alisa masih setengah padam, dia buka sabuk pengaman tanpa berkomentar apa-apa."Lisa? Kamu nggak dengar apa yang saya bilang?" tanya Bhara lagi."Saya dengar kok, tapi saya harus komentar apa, Pak?" sahut Alisa, intonasinya tak seceria biasanya. Matanya bahkan enggan menatap lurus kepada Bhara."Ya. Bilang apa yang ada di pikiran kamu. Apa kamu marah sama saya?""Emang apa hak saya untuk marah? Sudah ya, Pak. Tugas saya udah selesai, saya mau turun." Alisa bersiap untuk meninggalkan mobil Bhara."Tunggu!" Bhara menarik tangan Alisa, akhirnya mata keduanya selurus bertemu. "Lisa, saya merasa bersalah, perbuatan saya tadi sangat kurang ajar. Saya melakukan itu bukan karena saya atasan kamu, saya nggak bermaksud semena-mena."Memang, peristiwa seperti ini bisa dibilang sangat langka. Bhara bersedia mengakui kesalahan dan meminta maaf

  • LOVELY MAN   PERMOHONAN MAAF

    "Maya! Maya!" panggil Bhara sambil tetap mengekor.Maya bergeming, diangkatnya rok gaun malamnya tinggi-tinggi agar langkahnya lebih cepat."Maya! Kamu nggak bisa pura-pura nggak dengar aku terus, Maya! Aku lagi ngomong sama kamu! Maya!" Bhara mulai kehabisan kesabaran. "Maya, dengar aku!" Dengan agak kasar, diraihnya tangan Maya lalu dia balikkan tubuh gadis itu.Wajah Maya sudah basah dengan air mata yang mengalir sampai dagu, dia tutupi setengah muka dengan tangan kanan. "Ngapain kamu?! Kamu mau ledekin aku?! Hiks, kamu senang kan sekarang, Bhar?!" amuk Maya sambil sesenggukan hebat. "Kamu pasti senang liat aku kayak gini! Kamu pasti ketawa dalam hati kamu! O ... kamu hebat, kamu sekarang direktur! Di-rek-tur! Sedangkan aku? Ha ha!" Polah Maya mulai aneh, akal sehatnya sedikit terguncang. "Kamu liat aku! Siapa aku ini, Bhara?! Artis gagal! Aku emang nggak berbakat, aku ini tolol! Aku nggak punya talenta apa pun!! Hancur semua, hancur! Silakan, Bhara ... silak

  • LOVELY MAN   DILEMA

    Sejenak Maya tertegun menerima pertanyaan seperti itu dari Bhara. Namun sedetik kemudian bibirnya mengumbar senyum tipis, "Kamu mau tau jawabannya? Aku bakal kasih tau nanti, setelah janji yang kita buat selesai." Suaranya begitu rendah, halus, seperti embusan angin malam yang menerpa pipi Bhara saat ini.Sebetulnya Bhara ingin memaksa, dia ingin tahu jawabannya saat ini, tapi menyimpan sebuah rahasia untuk waktu yang belum diketahui barangkali akan menyenangkan, pikirnya. Seperti teka-teki seru yang akan ada masanya untuk dipecahkan. Butuh waktu, tapi mungkin sepadan."Oke, aku akan tunggu hari itu datang," balas Bhara bersikap setawar mungkin, menyembunyikan rasa penasaran dalam hati terdalam.***Saat pintu lift terbuka, Alisa segera berdiri untuk menyapa Bhara yang baru tiba. "Selamat pagi, Pak!" sapanya agak canggung mengingat apa yang terjadi di acara premier film tempo hari."Pagi." Bhara cuma membalas sekenanya."Pak, ada yang mau sa

  • LOVELY MAN   PERTAMA KALI

    Aku mau ketemu kamu ...Hanya membaca satu pesan singkat berisi empat kosa kata yang dikirim oleh Maya sudah mampu menciptakan getar hebat di dada Bhara. Dua minggu sudah berlalu, film yang dibintangi Maya sudah turun layar dengan pendapatan nyaris minus, tapi Bhara tidak menyesal sama sekali, dia kini sudah dekat dengan tujuannya. Sesi promosi dan tetek bengek lainnya selesai sudah, Maya kini kembali seperti semula, tidak banyak jadwal dan siap menjumpai Bhara untuk menuntaskan urusan mereka.Bhara menutup ponsel pintarnya, pesan itu belum dia balas. Sebentar dia teguk air mineral untuk menstabilkan degup jantung yang mendadak tidak menentu. Setelah agak tenang, barulah dia kirim pesan balik kepada Maya:Ketemu di rumah aku aja, aku kirim alamatnya ...***"Kamu mau ke mana?"Wajah Maya seketika terperangah tatkala dia buka pintu dan ternyata Dev sudah berada di depan pintunya, berniat untuk menekan bel, sebelum didahului ol

  • LOVELY MAN   CUKUP SAMPAI DI SINI

    Wajah Maya langsung pucat pasi. "Itu siapa? Kamu ada janji ketemu orang lain?" tanyanya sambil celingak celinguk untuk mencari tempat persembunyian."Kenapa kamu harus panik? Kamu bisa diam aja di sini, biar aku liat siapa yang datang, aku sih nggak ada janji sama siapa-siapa selain kamu." Bhara menyahut singkat."Kalau ada orang liat aku di rumah kamu ...." Maya mendesis cemas."Jangan berlebihan, artis baru. Udah tenang aja di sini, aku keluar sebentar."Maya menurut, dia menanti dengan tenang di dalam kamar Bhara, sedang Bhara mengecek monitor untuk melihat siapa yang datang.Tak ada siapa-siapa di monitor. Bhara hendak kembali ke kamar tapi bel berbunyi lagi. "Sial! Mau main-main, ya?!" gerutunya sembari berjalan cepat ke pagar untuk melihat langsung siapa yang sedang mengerjai dirinya.Begitu pagar tinggi dia buka, sebuah pukulan telak menghantam pipi Bhara sampai dia terjungkal ke belakang. "Brengsek!" pekiknya yang bahkan belum siap s

  • LOVELY MAN   HIDUP DALAM BAYANG-BAYANG

    "Kenapa kamu bengong di situ?" hardik Bhara tanpa melihat lurus ke arah Alisa yang sejak tadi dia perhatikan dari ekor matanya sedang berdiri di ambang pintu.Alisa mendekat sambil menggosok kedua tangan di depan rok kerjanya. Bhara berpaling sebentar dari monitor laptopnya."Saya mau mengajukan cuti, Pak."Tangan Bhara berhenti mengetik untuk fokus mendengar permintaan Alisa. "Cuti apa?""Iya ... sepupu saya nikah di kampung minggu depan. Saya mau pakai cuti tahunan buat itu. Kebetulan jadwal Bapak juga nggak sibuk minggu depan makanya saya pikir sesuai." Alisa menjelaskan dengan gugup."Saya nggak diundang?" Bhara menopang dagu, memasang wajah menggemaskan."Emang Bapak mau datang?""Nggak boleh? Ada larangan pacar kamu nggak boleh datang?"Kalau saat ini Alisa tengah makan, sudah pasti seluruh makanan di mulutnya tersembur keluar dan tersedak. "Bapak ngomong apa sih? Kita kan bukan--""Santai aja, kali," potong Bhara.

Bab terbaru

  • LOVELY MAN   KESEMPATAN KEDUA

    Dengan agak kesusahan, Alisa menarik koper besarnya keluar dari kamar. Di luar rumah, taksi yang akan membawa dia ke stasiun kereta sudah siap menunggu. Tepat saat kopernya baru sampai di anak tangga pertama, Damar masuk dengan derap langkah kaki yang cepat, pintu mobil bahkan dibantingnya tadi.

  • LOVELY MAN   CINTA SEJATI

    "Sayang ...!!"Jantung Bhara nyaris mau copot rasanya ketika suara nyaring Maya tiba-tiba memekakkan telinga, perempuan cantik itu masuk ke dalam ruang kerja Bhara membawa serantang makanan, menggunakan gaunsummerberwarna putih bermotif bunga seroja."Ngapain kamu di sini?" tanya Bhara bingung."Kunjungan mendadak ~" jawab Maya manja seraya mendekat lalu duduk di atas pangkuan Bhara. "Aku juga buatin makan sing, loh. Kamu belum makan, kan?""May, nggak usah berlebihan, deh. Ini tuh kantor, minggir sana. Atau turun tuh, temui Tommy aja di bawah, liat kerjaannya," ujar Bhara pura-pura seb

  • LOVELY MAN   DANSA TERAKHIR

    Kedua tangan Alisa memegang hasil pemeriksaan USG kehamilan yang baru tadi siang dia lakukan. Dipegangnya perut yang mulai membesar. Genap kandungannya memasuki usia enam bulan, dan menurut tes USG, jenis kelamin janin yang dia kandung adalah laki-laki. Lantas hasil pemeriksaan USG itu dia letakkan di atas meja lampu, di samping sebuah undangan pernikahan yang juga baru saja dia baca.

  • LOVELY MAN   HADIAH TAK DISANGKA-SANGKA

    Pria di hadapan Bhara masih membolak-balik foto-foto yang tadi diserahkan kepadanya. Bhara sendiri sembari menyesap kopinya pelan-pelan terus mengawasi.

  • LOVELY MAN   MAAF

    "Mana Bang Bhara? Kak Maya?" tanya Tommy ketika dia temukan hanya ada Luna di rumah.Luna yang tengah asyik membaca novel di ruang tengah cuma melirik sinis sesaat lalu menjawab datar, "Di rumah sakit.""Eh? Siapa yang sakit?" tanyanya lagi.Novel di tangan ditutup Luna dengan kasar, dia mulai tak senang dengan gempuran pertanyaan dari Tommy, terlebih rasanya, pertanyaan itu hanya sekadar basa-basi cuma untuk mendekatkan diri dengannya."Kalau mau tau, tanya aja sendiri." Luna bangkit berdiri.Sebelum gadis remaja itu menaiki anak tangga, Tommy kembali membuka mulutnya, "Heh, B

  • LOVELY MAN   SEBUAH TRAGEDI

    Tulilit Tulilit ...

  • LOVELY MAN   TOLONG CINTAI AKU LAGI

    Lebih dari dua menit sudah Alisa mondar-mandir di depan TV, jam dinding klasik sudah berdentang tanda sudah lewat tengah malam. Bukan baru kali ini saja dia menunggu kepulangan Damar dengan hati resah, malah bisa dikatakan malam-malamnya hanya diisi dengan resah dan gelisah saja sejak hari pernikahan mereka. Padahal dokter kerap kali meminta dia untuk menghindari stres, tapi bagaimana bisa dia menghindari stres jika dia dihadapkan dengan situasi seperti ini setiap hari.Tepat saat Alisa baru meletakkan pantat di atas sofa, didengarnya suara pintu gerbang terbuka. Sesegera mungkin dia berlari untuk membukakan pintu. Dan tepat seperti dugaannya, Damar baru pulang, dengan kemeja agak acakadut dan berbagai aroma yang menguar dari tubuhnya."Aku mulai capek sama tingkah kamu, Mas," kritik

  • LOVELY MAN   TOMMY

    Maya terbangun dari tidur singkatnya di sofa usai telinganya menangkap suara pintu terbuka. Bhara akhirnya pulang setelah jarum pendek jam menunjuk angka 2. Sudah lewat pukul dua dini hari.

  • LOVELY MAN   LUMPUR

    Senyum tipis tersungging di wajah tampan Bhara setelah dilihatnya kehadiran Alisa kembali di belakang meja kerjanya. Gadis itu berdiri tegak lalu menyapa dengan wajah berseri-seri, "Selamat pagi, Pak! Baru balik bulan madu dari Bali, ya?!" tanyanya bermaksud berkelakar.

DMCA.com Protection Status