Love: Nirvana & Hell
Konon, pada zaman kuno dalam sejarah kehidupan para abadi, terciptalah bermacam-macam klan yang saling berebut kekuasaan atas dunia keabadian. Klan Putih dan Klan Hitam adalah musuh bebuyutan, lawan abadi. Seperti hitam dan putih yang tidak bisa disatukan. Pertemuan mereka hanyalah menimbulkan perseteruan kelabu yang sulit menemui akhir.
Suku Langit adalah yang terbesar dalam Klan Putih dipimpin oleh Raja Langit yang perkasa. Tinggal di Istana Langit tertinggi dan menentukan kehidupan di langit dan bumi beserta isinya.
Sedangkan Klan Hitam, dipimpin oleh Raja Suku Iblis Wu Dian, yang selalu membuat onar dan kerusakan di seluruh penjuru.
*
Adalah sebuah hari, di mana kedua kubu saling bersinggungan, dan mereka menyerukan perang. Masalah ini dipicu perebutan wilayah, dan terjadinya aksi saling membunuh suku-suku dari dua kubu.
Suku Langit mengerahkan 200.000 Tentara Langit yang siap mati. Dibantu oleh klan-klan yang sealiran. Juga para dewa dari Kunlun dan dewi dari Emei. Sementara itu Suku Iblis dibantu oleh Klan Harimau Merah yang sama-sama berasal dari Klan Hitam. Mereka mengerahkan dua kali lipat lebih banyak dari Tentara Iblis.
Perang terjadi di Sungai Ruoshui, perbatasan antara kedua daerah kekuasaan klan.Tampak, Raja Langit yang berkuasa kala itu mengenakan baju jirah berwarna putih bercorak emas, duduk di atas kuda putih bersurai dan bersayap emas, namanya Jin Fei Ma. Ia memegang sebuah senjata berupa trisula emas, bernama Huangjin Sancha Ji. Pegasus itu jelmaan jiwa murni seorang Dewa Besar, dan senjatanya jelmaan jiwa murni Dewa Perang dari masa lampau.
Sementara itu, Raja Iblis Wu Dian duduk di atas kuda hitam sembrani, bernama Xiao Jing Ming yang gagah. Senjatanya berupa Tombak Iblis Terbang, dan ia didampingi sang ratu, pemimpin klan Harimau Api Merah yang kejam, Hong Huo Hu.
"Sungai Ruoshui ini akan menjadi kuburan kalian, wahai Klan Langit!" seru Huo Hu. Ia siap dengan memekarkan cakar di kedua tangannya. Loreng di tubuhnya yang berwarna merah dan hitam pun menyala-nyala, memberikan silau yang tidak nyaman dipandang siapapun, kecuali mereka yang punya kekuatan sihir tinggi.SERANG!!
Perang pun pecah.Sadisnya, Suku Iblis mengerahkan sejumlah monster raksasa yang muncul dari tanah dengan mulut terbuka, menelan hampir separuh lebih Tentara Langit.Di ambang kekalahan, datang Dewa Tertinggi Kun Lun, Mo Yuan, yang baru keluar dari pertapaannya, dan baru mengetahui peperangan ini. Ia dengan sebuah senjata berupa Diagram Yin Yang, berdiri paling depan melawan Raja Iblis dan Ratu Harimau Api Merah. Tiba-tiba semesta dilingkupi awan hitam dan putih, mendatangkan guntur, menyerang Suku Iblis. Menghancurkan monster itu sampai jadi serpihan debu. Kekuatan besar itu datang dari Putra Mahkota Langit Ye Hua yang berpadu dengan kekuatan Dewi Agung Qingqiu Bai Qian, istrinya yang berasal dari Klan Rubah.
Mo Yuan mengerahkan Diagram Yin Yang, menyalurkan energi, hendak menyegel semua kekuatan Suku Iblis. Raja Langit tidak tinggal diam. Ia membantu Mo Yuan, juga mengerahkan energi. Hingga tersedotlah Raja Iblis Wu Dian dan Ratu Harimau Merah ke dalam diagram itu.Tentara Iblis yang tersisa menyerah. Mereka semua berlutut pada Raja Langit. Mereka semua mendapatkan hukuman masing-masing yang setimpal.Hujan turun. Menyertai kemenangan Suku Langit.
Mo Yuan berdiri melayang di atas sungai, dan mengatakan sesuatu. "Mulai saat ini, Suku Langit dan Suku Iblis memiliki batas! Jika batas itu dilanggar, akan mematahkan mantra Diagram Yin Yang ini. Perang yang lebih besar, bisa saja terjadi. Kembalilah kalian ke klan masing-masing. Urusan antara Langit dan Iblis selesai sampai di sini. Sampaikan kepada anak cucu kalian." Kemudian, Mo Yuan menenggelamkan diagram ke dasar Sungai Ruoshui.*
Ratusan ribu tahun kemudian, batas antara Langit dan Iblis terus dijaga. Meski Suku Iblis masih menyimpan dendam, namun klan Langit lebih ketat menerapkan aturan batas tersebut. Yang berani menyebrangi Sungai Ruoshui akan dihukum berat.
*
Ribuan-ribuan tahun pun hadir. Tidak terasa, sudah 777.000 tahun lamanya semenjak perang klan Langit dan klan Iblis berlalu. Generasi Raja Langit dan para dewa juga dewi pun telah berganti.
Mo Yuan menurunkan ilmu-ilmunya kepada penggantinya, yaitu Ye Yuan. Setelah itu, Mo Yuan sendiri memutuskan pensiun, dan tidak lagi mencampuri urusan birokrasi alam keabadian. Pegunungan Kun Lun pun dipimpin oleh Yue Yuan.
Begitu juga amanah aturan batas Langit dan Iblis seolah menjadi tradisi dan budaya di alam keabadian yang dipatuhi oleh seluruh makhluk abadi yang tinggal di dalamnya.
Batas yang benar-benar tidak boleh dilewati menjadi satu cerita mengerikan yang pernah ada di muka dunia keabadian ini.
"Ayahanda, batas seperti apa yang sebenarnya tidak boleh dilanggar oleh Klan Putih dan Klan Hitam?" tanya Putra Mahkota Langit masa kini, Feng Yun.
Raja Langit pun menjawab, "Terjadinya perjodohan, pernikahan, dan takdir yang berkaitan dengan darah."
Feng Yun pun mengerti.
*
Pada tahun ke-70.000 Raja Langit berkuasa, kehidupan di seluruh Istana Langit begitu damai. Peperangan antar klan juga hampir tidak pernah terjadi. Karena Raja Langit yang sekarang berkuasa ini lebih pandai dalam menjaga perdamaian.
Istana Langit yang selalu terang karena tidak pernah mengalami malam, tiba-tiba diserang kehebohan. Seorang dayang berlarian keluar dari Istana Xin Wu. Berteriak, "Ratu akan segera melahirkan!"
Semua dayang, tabib, dan tenaga medis Langit segera mendatangi Istana Hougong untuk memeriksa Ratu Langit yang hendak melahirkan anak ketujuhnya. Rasa sakit tidak terpedihkan dialami sang Ratu selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Ia berteriak dan menjerit menunjukkan sakitnya yang luar biasa.
Di luar kamar, Raja Langit didampingi beberapa orang penting dan keenam anak lelakinya juga merasakan cemas. Ratu memang makhluk abadi. Seorang dewi tertinggi di seluruh penjuru dunia. Namun mereka tidak tega mendengarkan kesakitan itu. Menurut seluruh pengalaman melahirkan bagi Ratu, ini yang terberat.
Tiba-tiba, Langit diserbu oleh sekawanan burung phoenix biru yang sangat langka. Tubuh mereka berkobar dengan api biru di seluruh tubuhnya. Awalnya hanya sekitar 15 ekor. Semakin lama, jumlahnya semakin banyak. Mungkin ribuan. Mereka terbang mengitar di atas atap Istana Hougong. Ketika jumlah mereka sudah sekitar ratusan, dan dengan ajaib menembus masuk melalui atap istana, sampai habis, terdengarlah suara tangis bayi. Memecah suasana tegang menjadi haru.
Ratu melahirkan seorang bayi perempuan satu-satunya, setelah enam anak lelaki yang lahir lebih dulu dan berurutan.
Bayi itu dibalut selimut emas. Berada dalam pelukan ibundanya.
Kemudian datanglah Raja Langit, sambil bersorak bahagia. "Hebat! Ini hebat! Sebuah berkah yang tiada tara dalam dunia keabadian." Raja Langit menggendong bayinya. Menimang-nimangnya dengan bahagia.
"Raja, anda akan menamainya siapa?" tanya Ratu.Raja Langit tersenyum. Teringat sekawanan burung phoenix biru yang menyambut kelahiran sang putri dengan meriah. "Feng Qian."Ratu tersenyum. Ia bahagia. Putrinya mendapat nama yang sangat indah.Lalu Raja Langit duduk di sisinya. Membiarkan ia bersandar di bahunya, sambil menatap penuh kasih sayang pada Feng Qian.Kelahiran bayi perempuan yang telah ditunggu selama puluhan ribu tahun ini, dirayakan oleh seluruh penjuru Langit dan para klan sahabat dari aliran putih.
Ucapan selamat datang dari berbagai pihak. Salah satunya adik ketiga Raja Langit, yaitu Pangeran Ke-3 Song Lian. "Aku ucapkan selamat atas kelahiran putri Raja. Aku yakin, dia akan cantik seperti ibunya, hebat seperti ayahnya."Raja Langit tersenyum. "Terima kasih. Kata-katamu barusan menjadi harapan yang indah bagi Feng Qian.""Eh, kenapa tidak Raja pinjam saja Buku Takdir milik Dewa Ha Shen?" usul ngawur diungkapkan oleh Song Lian. Dan usulnya mengundang deheman beberapa dewa yang hadir. Ia memang dikenal sedikit konyol dan berpikiran jangka pendek.Usulan itu kemudian dijawab oleh Dewa Bintang Selatan Nan Xing. Ia merupakan penerus Dewa Bintang Selatan sebelumnya, Si Ming. Dimana tugasnya mengatur nasib kehidupan dunia fana. "Anda pikir, Dewa Ha Shen itu apa? Dia adalah dewa yang paling berprinsip selain aku. Mana mungkin dia bersedia menunjukkan isi dalam Buku Takdirnya?"Kedua orang ini; Song Lian dan Nan Xing, saking akrabnya memang tidak terlalu menggunakan tata krama.Kemudian, Raja Langit berkata, "Walau pun aku juga sangat ingin tahu, bagaimana kelak takdir anak-anakku, pantang bagiku menggunakan kekuasaan demi bisa membaca Buku Takdir." Raja Langit masih duduk dengan wibawanya di singgasana bernuansa putih itu. "Aku harap, kalian bisa menjadi teman baik baginya, kelak."*
Kelahiran Putri Feng Qian tidak hanya diketahui oleh warga Klan Putih, tetapi juga dari Klan hitam.
Raja Iblis generasi kini, tersenyum licik. Ia menemukan cara, bagaimana bisa menghancurkan Diagram Yin Yang di dasar Sungai Ruoshui, dan membebaskan kedua leluhurnya, Raja Iblis terdahulu dan Ratu Harimau Merah. Ia melihat kedua putranya sedang berlatih di halaman Istana Iblis. "Mana dari kedua putraku yang bisa diandalkan untuk mengemban misi itu, di masa depan? Li Yuan atau Li Jing?"
Tidak disangka, kemudian muncul sekelebat cahaya berwarna ungu kehitaman dari tubuh Li Yuan. Seolah pertanda, dialah yang cocok untuk rencana besarnya. Raja Iblis tersenyum, sembari membelai jenggot hitamnya yang panjang menjuntai menutupi dada.
"Anak-anakku, kemarilah!" panggil sang Raja Iblis.
Kedua anak lelaki itu pun menghampiri ayah mereka. Walau berasal dari ibu yang berbeda, kedua anak itu bisa dibilang adalah saudara yang akrab. Li Yuan lahir dari ibu yang berasal dari klan Duyung. Sedangkan Li Jing berasal dari ibu yang merupakan keturunan klan Harimau Merah. Namun kedua ibu mereka telah meninggal dunia. Raja Iblis tidak pernah memberikan posisi ratu atau permaisuri dari klan mana pun. Entah, apa sebabnya. Semua wanita yang ia gauli hanya diberikan gelar sebatas selir. Dan ia memiliki puluhan selir di sisinya.
"Apa yang kalian pelajari hari ini?" tanya Raja Iblis, sekedar basa-basi. Sebelum ini, dirinya tidak pernah memikirkan hubungan antara ayah dan anak. Yang menjadi misi utamanya adalah membebaskan kedua leluhur yang telah ratusan ribu terkurung tanpa kepastian masa depan.
"Kami mempelajari ilmu pedang, Ayah," jawab Li Yuan yang berusia dua ribu tahun. Sedangkan adiknya baru lima ratus tahun.
Kemudian, datang seorang dayang istana berjubah hitam. "Yang Mulia, kabar baik! Selir akan segera melahirkan."
Raja Iblis segera menemui sang selir yang berasal dari klan Ular Bintik di kediamannya. Hari itu, sang selir melahirkan seorang anak perempuan dengan bintik-bintik hitam di keningnya. Sangat mirip dengan sang ibu.
"Anak yang sangat cantik," puji Raja Iblis. "Aku akan menamainya Li Lian."
"Nama yang cantik, Yang Mulia," jawab sang selir.
Namun, beberapa hari kemudian, Selir dari klan Ular Bintik itu mengalami pendarahan hebat pasca melahirkan, dan akhirnya meninggal dunia.
Seolah sudah seperti takdir, setiap wanita yang melahirkan anak Raja Iblis, akan menemui ajal. Mati abadi. Ini sudah yang ketiga kalinya. Apakah ini kebetulan, atau kutukan?
30.000 tahun kemudianPagoda Awan Merah.Seorang gadis bergaun putih tengah berjuang untuk keluar dari pagoda yang berdiri di atas awan senja ini. Untuk keluar dari sana, ia harus mengalahkan musuh di setiap lantai pagoda yang terdiri dari tujuh susun itu. Ia mengerahkan semua jurus dan kekuatan dengan seimbang. Meski lelah, tapi dia harus berhasil. Mengayunkan Pedang Phoenix Perak andalannya. Gadis itu bernama Feng Qian. Putri bungsu Raja Langit yang saat ini berkuasa.Semenjak berusia 1000 tahun, Feng Qian sudah harus belajar banyak hal. Salah satunya ilmu bela diri. Ia berguru pada Yue Yuan, pimpinan Kun Lun. Karena Kun Lun tidak menerima murid perempuan, maka secara khusus Yue Yuan melatih Feng Qian di Laut Barat. Pada usia 20.000 tahun, gadi
Puncak Gunung IblisUdara yang panas berasal dari kawah berisikan lahar mendidih. Menguap tiada henti. Seorang pria berdiri di sana, menatap ke tengah kawah tersebut. Ada sebilah pedang yang tengah ditempa oleh seorang pandai besi ghaib. Pedang Pembunuh Dewa. Siapapun dewa yang kena tebas pedang itu, akan menemui ajal dengan raga hancur, dan jiwa yang tidak akan pernah bisa reinkarnasi selamanya.Li Yuan berdiri di salah satu sisi kawah. Ia memiliki dendam besar, sehingga nekat menciptakan pedang itu. Ia mendendam kepada Kaisar Langit, yang telah membunuh ibunya, juga menghabisi Klan Duyung, yang merupakan klan asal sang ibunda. Klan Duyung merupakan salah satu sesama aliran hitam dengan Suku Iblis."Aku tidak akan pernah mengampuni peristiwa itu." Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Digenggamnya sebongk
Sesuai perintah Raja Langit, Feng Yun melakukan pencarian terhadap adiknya, Feng Liu dan Putri Zi Xiang. Ia juga dibantu oleh Nan Xing. Siapa tahu ada catatan khusus di buku nasib yang bisa mendeteksi keberadaan sang adik. Tapi hingga hampir setengah bulan ini, tidak ditemukan sedikit pun petunjuk.Hal ini membuat Nan Xing menarik kesimpulan. "Mereka tidak bersembunyi di dunia fana, Yang Mulia.""Tapi di mana?" Pertanyaan itu tidak Feng Yun tujukan pada Nan Xing, tetapi pada dirinya sendiri juga. "Hukuman bagi Feng Qian didengar hampir banyak kalangan karena mulut si Ratu Kupu-Kupu tidak bisa dijaga. Lalu ia mulai menganalisa sesuatu. "Seharusnya, jika Feng Liu masih di alam keabadian, dia pasti mendengar kabar ini." Tangan Feng Yun mengepal. "Dasar! Anak tidak berguna!" umpatnya kemudian."Mohon, Yang Mulia jangan termakan kesimpulan hamba dulu. Mungkin juga saat ini Pangeran Langit Keenam punya kesulitan." Nan Xing ber
Shen Hua dan Li Yuan mempersiapkan pernikahan mereka di gubuk tua itu. Dengan uang sisa hasil menjual peninggalan keluarga yang Li Yuan bilang, mereka sama-sama menghias segalanya dengan dominasi warna merah. Ditambah simbol-simbol kebahagiaan."Kita hanya berdua. Tidak apa-apa, kan?" tanya Li Yuan."Siapa bilang kita hanya berdua?" kata Shen Hua dengan senyum yang penuh kebahagiaan. "Lihatlah, langit yang biru membentang luas itu. Aku yakin, meski tidak tampak dengan mata, para dewa dan dewi itu hadir untuk merestui kita."Jawaban Shen Hua membuat Li Yuan berpikir. Apakah keturunan iblis seperti dirinya diizinkan menyembahyangi para dewa dan dewi saat menikah? Ia hanya tidak ingin mengecewakan Shen Hua. Ia pun berkata, "Kau benar."Maka, Li Yuan pun memasangkan kain berwarna merah di kepala Shen Hua. Menjadi tudung yang menjuntai dan menutupi wajah sang mempelai wa
Hari itu, Feng Qian bingung harus bagaimana. Jika pulang ke Laut Barat, bisa-bisa bertemu dengan Sun Zhun. Aduh! Benar-benar sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi si pangeran manja itu sudah dapat dukungan dari Ratu Langit. Menyebalkan! Meski rencana pernikahan seorang Putri Langit seperti dirinya belum diputuskan secara permanen, tetap saja, menyebalkan. Karena Ratu Langit sudah punya kandidat. Jika kandidat itu mendapat persetujuan dari Raja Langit, maka habislah!!Berpikir sejenak. Daripada tidak melakukan apapun. Lantas ia ingat! Ada tempat menyenangkan yang bisa ia kunjungi, untuk sekedar mengusir galau. Telaga Bulan. Bukankah di sana ia punya teman baik yang lucu? "Bing, ayo kita pergi ke Telaga Bulan!""Baik, Yang Mulia." Bing segera berubah wujud menjadi burung bangau langit. Membiarkan Feng Qian naik ke punggungnya.
Hari itu, Li Yuan bersiap akan berangkat ke Laut Barat. Ia sudah menunggu Li Jing yang rencananya juga akan ikut. Ia mondar-mandir di beranda istananya. Tidak lama kemudian, sang adik datang.Wajahnya Li Jing berseri. "Kak, aku rasa tidak perlu ikut ke Laut Barat. Aku yakin, dengan tampangmu yang luar biasa ini, Putri Langit itu pasti langsung menyerahkan hatinya. Tinggal kau bereskan."Li Yuan tahu, pasti begini kalau sudah melibatkan Li Jing. Apapun tidak akan jadi beres. "Bicara memang mudah. Lagi pula, apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Li Yuan."Aku tidak bisa cerita," jawab Li Jing dengan misterius. "Ini sesuatu yang bersifat pribadi."Li Yuan mencebik. "Urusan pribadimu itu apa? Berendam di air bunga bersama gadis-gadis? Atau mengundang orang berpesta pora mabuk dan melupakan tugas penting? Apapun yang melibatkanmu, pasti berantak
Sudah beberapa hari ini Li Yuan tinggal di Laut Barat. Namun ia belum bertemu dengan Putri Langit sekali pun. Ia juga tidak mungkin menanyai setiap orang di sana. Misinya bisa ketahuan. Namun, ia malah sering bertemu dengan seorang makhluk abadi yang wajahnya sangat mirip dengan mendiang istrinya yang merupakan seorang manusia dunia fana, Shen Hua. Apa yang sebenarnya terjadi?*Suatu hari.Feng Qian sedang berlatih di pantai Laut Barat. Ia melatih kekuatan pedang dan jurus-jurusnya. Sudah lama tidak latihan, membuat badannya jadi kaku. Jurus yang sedang dipelajarinya adalah Jurus Memukau Langit, ia hanya perlu melihat sekali saat diperagakan gurunya Yue Yuan untuk menghafal setiap gerakan. Putri Langit satu ini memang dikenal cerdas dan cepat menguasai pelajaran yang di
Ombak di Laut Barat bergulung ganas pagi itu. Angin juga bertiup cukup kencang. Ini bukan hal yang biasa terjadi. Laut Barat yang biasanya tenang, tiba-tiba bergejolak, biasanya pertanda akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Feng Qian keluar dari pondok. Diikuti beberapa orang yang menginap. Tentu saja, juga Li Yuan. "Ada apa, ya?" tanya Feng Qian, dengan suara pelan. Dirinya belum pernah menghadapi monster atau musuh-musuh ganas, selain di dalam Pagoda Awan Merah. Tiba-tiba ombak kian ganas bergulung, dan menimbulkan gejolak setinggi Pagoda Awan Merah yang melayang di atas awan itu, bersiap menimpa sampai ke pondok. Dengan cepat, Li Yuan menarik Feng Qian terbang menjauh. Ia bahkan memindahkan orang-orang itu sejauh mungkin dari pondok. Ketika ombak mulai mendarat, mereka semua selamat. Ditolong Li Yuan, bukannya berterima kasih, demi menjaga hatinya, Feng Qian pura-pura marah. "Lama-lama kau jadi sering meremehkan aku, ya, Tuan!" "Aku
Jue Xin tidak peduli. Akan ia menggunakan Pedang Elang Kelabu sebagai gantinya Pedang Malaikat, meski ia tahu, kualitasnya jauh berbeda. Saat latihan dulu, ia pernah coba. Hasilnya lumayan. Jue Xin memutar-mutar Pedang Elamg Kelabu di udara. Mengumpulkan tenaga dalam dan memusatkannya pada si pedang. Pemandangan yang luar biasa. Mengagumkan.Tubuh Jue Xin dikelilingi cahaya berwarna putih, bercampur ungu dan kelabu. Yang mana, kemudian semua warna cahaya itu melingkupi pedang. Ia menodongkan mata pedang ke arah Bidadari Merah.Si iblis terperangah. Dalam pandangannya, penampakan Jue Xin sangat mirip dengan Sheng Kun, lima ratus tahun yang lalu. "Sheng Kun? Tidak mungkin!" Bidadari Merah langsung beraksi. Ia mengibaskan lengan pakaiannya, hingga menimbulkan hembusan angin yang luar biasa kencang.Semua penonton berlari menjauhi arena tempur. Menyelamatkan diri dari dampak yang tidak terduga dari pertempuran ini.Beberapa pohon tumbang, bagian Istana juga porak poranda. Saking kuatnya a
Analisa Jue Xin membuat mereka khawatir. "Istana...," gumam Shu Han. "Ilmu Bidadari Merah sangat tinggi. Jika Yang Mulia tidak mau menyerahkan Nadi Naga, lalu melancarkan serangan, semisal menggunakan Jurus Penumpas Dunia.. Seperti yang pernah diceritakan Guru Iy, jurus itu sungguh dahsyat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Shan Han langsung mewek. "Ayahanda!" Jue Xin pun memberikan keputusan. "Sekarang juga, kita berangkat ke Ibu Kota. Lu Meng, siapkan keretanya! Kita tidak boleh terlambat." "Aku ikut dengan kalian," kata Tian Mao, mengejutkan semua orang. Jue Xin juga terkejut mendengarnya. "Apa benar tidak apa-apa?" Tian Mao pun berkata, "Jangan pikirkan hal lain. Fokus, selamatkan dunia ini. Selamatkan istri dan anakmu, juga... besanku.." Jue Xin mengangguk dengan mantap. "Aku akan mengajak semua biksu dan biksuni berdoa bersama, agar kalian berhasil mengusir iblis dari muka bumi," pungkas Biksu Mong "Terima kasih, Biksu," ucap Jue Xin. Di Ibu Kota. Xin Yue dan Yu S
Sekuat tenaga jiwa Xin Yue kembali mengambil alih raganya. Ia mendorong Yu Shin menjauh darinya. "Apa-apaan ini? Tidak! Yu Shin, tolong tinggalkan aku!" Tiba-tiba Xin Yue bertingkah aneh. Seolah ada yang berebut mulut dengannya ingin bicara.Yu Shin jadi panik. "Kau kenapa?""Cepat pergi!" usir Xin Yue."Tapi?" Yu Shin ingin menolongnya."Pergii!!" usir Xin Yue dengan teriakan panjang.Yu Shin pun meninggalkan Xin Yue. Jiwa gadis itu dan jiwa Bidadari Merah pun terlibat pergulatan batin. Berebut menguasai raga.Tidak jauh dari rumah sewaan, Feng Xin mendengar suara teriakan wanita yang ia kenal. "Xin Yue?" Tidak butuh waktu lama, baginya untuk sampai ke rumah sewaan itu. Langkahnya terhenti di depan pintu. Indera pendengarannya mendengar suara iblis meraung-raung. Auranya juga sangat kuat.Hingga kemudian, seseorang melihat kedatangan Feng Xin. Dia adalah Tian Tang, yang ditugaskan menjaga gerbang depan. Tentu saja, wajah Feng Xin tidak terlalu asing. Pendekar muda ini pernah muncul d
Sementara itu, Wu Heng kembali menjalani perannya sebagai Feng Xin. Ia belum menyerah mencari Xin Yue. Ia bisa membayangkan, bagaimana jika Jue Xin sampai mengetahui hal ini Berkat Mangkuk Ajaib milik Yi Qun, ia tahu ke mana harus mencari An Xin, eh, bukan. Maksudnya Xin Yue.Ketika menyusuri kota An Hou, Feng Xin melihat beberapa orang tengah mengusung sebuah peti mati. Keluar dari halaman sebuah rumah besar. Feng Xin mengenali wajah salah seorang yang memimpin jalan. "Bukankah itu pengawal kerajaan? Gawat! Orang kerajaan ada di sini juga. Kenapa mereka selalu saja muncul, ketika sedang ada masalah segawat ini?"Shan Han belum berhenti menangis. Ini sudah tiga hari sejak Xin Yue menghilang, Feng Xin masih mencarinya, sedangkan Jue Xin, entah ada di mana. Tidak satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Bersamaan dengan ini, Biksu Mong juga tidak menampakkan diri."Eh, kau ini sudah besar. Jangan menangis terus." Lu Meng menegur Shan Han.Sembari terisak, Shan Han berkata, "Tapi ka
Akhirnya Xin Yue siuman. Yang pertama kali dilihatnya adalah Jue Xin. "Sayang.. Apakah aku membunuh seseorang? Apakah aku melukai seseorang?" Ia jadi panik.Jue Xin menggelengkan kepala. "Tidak. Beruntung, Biksu Mong datang menolongmu.""Sekarang, aku harus bagaimana?" Xin Yue menangis. "Kalau iblis itu merasukiku lagi, apa yang harus kulakukan?"Jue Xin berusaha menenangkannya. "Kata Biksu Mong, selama kau tinggal di sini, dia tidak akan berani merasukimu. Ini baik untuk kehamilanmu."Emosi Xin Yue mulai terkendali. "Benarkah begitu?" Jue Xin mengangguk. Xin Yue pun memeluknya. "Masalah yang terjadi belakangan ini menakutiku. Aku hampir kehilanganmu saja sudah serasa dunia ini hampa, gelap, dan aku sungguh tidak berdaya. Ketakutanku soal Bidadari Merah itu juga membuat pikiranku kacau sendiri."Jue Xin mendekapnya erat. "Mulai sekarang, kau tidak usah takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemanimu dalam segala situasi. Kau juga punya Shan Han, Feng Xin, Bing Bing, dan Lu Meng yang s
Jujur, Jue Xin sendiri tidak menyangka, kata-kata seburuk itu ia tujukan pada belahan jiwanya. Ia sungguh tidak bermaksud begitu. Ia melakukannya karena Duan Yi terus mengawasinya. Tadinya, ia berencana untuk melakukan hal lain. Bukan mengatai Xin Yue seperti itu. Ia hanya bisa menggampar mulutnya sendiri berulang kali. Dan ia bisa membayangkan, betapa Xin Yue pasti akan sangat marah.Tubuh terasa lemah. Racun Pelemah Otot belumlah hilang. Bing Bing jatuh lemah ke tanah.Lu Meng membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya."Aku lemas," jawab Bing Bing.Lalu, Xin Yue teringat sesuatu. Jue Xin pernah memberinya macam-macam obat penawar racun. Ada banyak di dalam kantong. "Ini, kalian minumlah." Ia membaginya untuk mereka semua.Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Hanya saja belum tahu akan pergi ke mana. Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Mereka berjodoh, kembali bertemu dengan kereta kuda, di dekat gerbang tengah."Sebaiknya, sekarang kita f
Kemudian tinggallah Xin Yue dan Jue Xin berdua.Xin Yue bertanya, "Benarkah, lukamu sudah tidak apa-apa? Wanita itu menusukmu cukup dalam.""Ini bukan luka besar," jawab Jue Xin. "Aku sungguh baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Masih terasa lemas?"Xin Yue menggelengkan kepala. "Sudah tidak lagi." Ia mendesah. "Ah, kau ini memang hebat soal racun. Jarum Perakmu itu, sungguh menyiksa. Tapi Racun Pelemah Otot ini membuat orang jadi mengantuk terus, kalau tidak minum penawarnya."Jue Xin merasa bersalah. "Itu pujian?""Tergantung." Xin Yue malah menggodanya.Lalu Jue Xin berdiri. Ia tersenyum. Ia belai rambut Xin Yue. Ia meraih sang belahan jiwa dalam dekapan. "Memelukmu adalah sesuatu yang paling kusukai di dunia ini."Xin Yue juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jue Xin. "Dan pelukanmu adalah tempat terindah yang pernah kurasakan."Bing Bing menangis ketika prosesi tutup peti sang ayah. Apalagi, ketika peti mati itu dimasukkan ke liang lahat. Lu Meng mendekapnya. Bing Bing
Ada sekawanan pesilat berkuda. Berjumlah empat orang. Beberapa di antaranya memegang obor. Mereka dilengkapi dengan aneka jenis senjata.Jue Xin mengenal mereka. Pendekar Angin, Pendekar Awan, Pendekar Petir, dan pimpinan mereka, seorang wanita, yaitu Pendekar Hujan. Mereka berasal dari aliran hitam. Tentu saja, berseberangan dengan Elang Perak. Mendengar julukan mereka, Feng Xin yang sebenarnya adalah Dewa Halilintar Wu Heng hanya beringsut diam-diam. Untuk apa manusia fana menguasai ilmu seperti itu lalu menerapkannya untuk kejahatan? Mereka berempat sedang mengobrak-abrik jalanan.Lu Meng yang sudah tobat, hendak menghentikan semua itu. Namun, Jue Xin melarang. "Jangan gegabah! Mereka terlalu berbahaya."Lu Meng masih bersikeras. "Tapi..."Jue Xin berusaha menenangkannya. "Sabar, kita lihat dulu apa mau mereka."Kemudian, datang beberapa anak buah mereka, membawa sekumpulan gadis. Para gadis itu menangis dan ketakutan. Mereka berasal dari desa-desa sekitar. Tentu saja, mata Lu Meng
Beberapa hari di kediaman Iy Long Tou, akhirnya kesehatan Jue Xin pulih. Begitu juga Xin Yue. Luka mereka sudah sembuh. Mereka pun memutuskan, akan mencari kitab Jurus Penakluk Iblis di wilayah Selatan.JueXin berkata pada Feng Xin, "Kalau kau ingin melanjutkan misi perdamaian, silakan. Tidak apa-apa."FengXin langsung mempertanyakan maksud Jue Xin. "Kau ini bicara apa? Sebagai sahabat, aku tidak akan meninggalkan sahabatku yang sedang dalam kesusahan. Aku bersedia menanggung bahaya bersama kalian. Menaklukkan Bidadari Merah, bukankah bagian dari misi perdamaian yang harus kita wujudkan juga?"Sebenarnya Jue Xin tersentuh akan niat tulus Feng Xin. "Tapi..."Feng Xin pun meyakinkan sahabatnya. "Sudah! Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengikuti ke mana pun kalian pergi. Lagi pula, aku juga tidak ingin Bidadari Merah lahir kembali, dan menimbulkan kehancuran di dunia kita ini."Tidak ada yang bisa menahan tekad Feng Xin, maka Jue Xin pun berkata, "Baiklah."Di dalam sebuah ruangan.Iy L