Sesuai perintah Raja Langit, Feng Yun melakukan pencarian terhadap adiknya, Feng Liu dan Putri Zi Xiang. Ia juga dibantu oleh Nan Xing. Siapa tahu ada catatan khusus di buku nasib yang bisa mendeteksi keberadaan sang adik. Tapi hingga hampir setengah bulan ini, tidak ditemukan sedikit pun petunjuk.
Hal ini membuat Nan Xing menarik kesimpulan. "Mereka tidak bersembunyi di dunia fana, Yang Mulia.""Tapi di mana?" Pertanyaan itu tidak Feng Yun tujukan pada Nan Xing, tetapi pada dirinya sendiri juga. "Hukuman bagi Feng Qian didengar hampir banyak kalangan karena mulut si Ratu Kupu-Kupu tidak bisa dijaga. Lalu ia mulai menganalisa sesuatu. "Seharusnya, jika Feng Liu masih di alam keabadian, dia pasti mendengar kabar ini." Tangan Feng Yun mengepal. "Dasar! Anak tidak berguna!" umpatnya kemudian."Mohon, Yang Mulia jangan termakan kesimpulan hamba dulu. Mungkin juga saat ini Pangeran Langit Keenam punya kesulitan." Nan Xing berusaha menenangkan sang pangeran."Oh ya, bagaimana keadaan Feng Qian di dunia fana? Bencana perasaan seperti apa yang akan dialaminya?" Feng Yun juga masih harus kepikiran dengan adik bungsunya."Menurut hitungan waktu, sudah 20 hari Tuan Putri berada di dunia fana. Satu hari di alam keabadian sama dengan satu tahun di dunia fana. Seharusnya dia sudah dewasa sekarang. Tidak lama lagi, bencana perasaannya akan datang.""Kuharap setelah ini dia akan menjadi lebih dewasa. Aku tidak sabar ingin memberi Feng Liu pelajaran karena sudah melibatkannya." Sebagai yang paling tua, Feng Yun lumayan gemas dengan sikap adik keenamnya itu.*
Hampir satu tahun lamanya Li Yuan dan Shen Hua tinggal bersama. Pria itu melakukan semua pekerjaan lelaki. Membelah kayu, mengangkat air, juga berburu. Ia juga menemani Shen Hua pergi ke kota menukar ubi dengan beras.
"Li Yuan, sesekali, nanti kita tukar ubinya dengan daging," ujar Shen Hua. Maksdunya daging ayam. Ia tahu di pasar ini ada yang menjual menu makanan dengan daging ayam yang lezat. Walau belum pernah makan, tetapi dari aromanya. "Kau bekerja keras sepanjang hari, butuh makanan yang lebih sehat.""Kau mau makan daging?" tanya Li Yuan."Bukan begitu," jawab Shen Hua. "Hanya saja, selama ini kau makan terlalu apa adanya."Gadis satu ini sungguh memesona saat bicara. Li Yuan tersenyum. "Aku bukan pemilih soal makan. Apa saja yang kau masak, aku pasti makan.""Benar, tidak apa-apa?" Shen Hua begitu polos. Ia tidak ingin nantinya Li Yuan merasa jenuh dan memilih pergi.Tiba-tiba, Li Yuan menggandeng tangan Shen Hua. "Hari ini, ayo kita makan sesuatu yang lezat. Aku yang bayar.""Memangnya kau punya uang?" Wajar Shen Hua bertanya demikian. Karena mereka hampir tidak pernah keluar ke kota. Li Yuan juga tidak pernah membeli sesuatu."Tadi aku menjual giok peninggalan keluarga. Tidak apa. Hanya giok biasa. Uangnya bisa kita simpan untuk keperluan sehari-hari.""Hah?" Shen Hua terkejut, dan sepasang mata sipitnya terbelalak. "Kau menjual barang peninggalan keluargamu?" Shen Hua jadi merasa tidak enak hati."Ayo, kita cari restoran! Jangan sampai giokku terjual sia-sia karena kau tidak mau makan." Hibur Li Yuan.Shen Hua akhirnya tersenyum. "Kau ini ada-ada saja."Kedua muda-mudi itu masuk ke sebuah restoran. Memesan beberapa menu makanan yang lezat. Juga arak.
"Li Yuan, kau yakin kita akan makan di sini?" tanya Shen Hua. "Pasti sangat mahal."Mereka sudah berdiri di depan sebuah restoran yang dipadati banyak pengunjung. Hampir tidak ada meja yang kosong. Orang pergi, baru dilap sebentar, datang orang lain yang menempati. Selain ramai, juga tercium aroma makanan yang sangat lezat dari dalam sana."Sesekali memanjakan diri dengan makanan lezat, itu hal yang lumrah. Tidak apa-apa. Mulai besok, kita berhemat lagi. Kita akan mencari lebih banyak hasil hutan, dan menukarnya dengan beras, juga makanan lainnya. Bagaimana?""Tapi ..." Shen Hua tidak bisa membayangkan, berapa banyak uang yang akan mereka habiskan hari ini. Ia hanya pasrah, ketika Li Yuan menarik tangannya dan memasuki restoran tersebut. Mereka menempati sebuah meja kosong yang baru selesai dibersihkan.Li Yuan pun memesan beberapa menu makanan."Li Yuan, kau pesan banyak sekali. Nanti uangmu habis," komentar Shen Hua."Sudah, jangan bicara lagi. Itu makanannya datang," kata Li Yuan.Seorang pelayan membawa pesanan Li Yuan, berupa ayam rebus berempah dan sayuran. Juga dua mangkuk nasi, dan arak. Menaruhnya di meja mereka. "Ayo kita makan!" Li Yuan menyumpitkan sepotong daging ayam dan menaruhnya di atas mangkuk Shen Hua yang sudah berisi penuh dengan nasi.Gadis itu tidak lagi mengungkapkan kekhawatirannya. Ia makan dengan tenang. Saking tenangnya, ia bahkan tidak sadar Li Yuan terus menatapnya.Selama beberapa waktu belakangan ini, Li Yuan merasa bagai menemukan rumahnya di sisi Shen Hua. Tidak seperti puluhan ribu tahun kehidupannya yang selalu kesepian. Diisi dendam juga peperangan. Hidupnya dikuasai ambisi untuk menaklukkan berbagai hal. Sebagai putra mahkota dari Suku Iblis, bolehkah dirinya punya perasaan khusus pada wanita dari dunia fana ini?
"Shen Hua ...," panggil Li Yuan."Ya?" jawab Shen Hua, setelah menelan kunyahan makanannya."Maukah kau ..." Agak ragu Li Yuan mengatakannya."Mau apa?" Tanya Shen Hua. Kata-kata Li Yuan memang mengundang penasaran baginya."Ee... maukah kau membawa pulang makanan ini? Terlalu banyak. Sayang kalau tidak habis." Astaga. Kenapa Li Yuan malah membahas makanan?"Tentu saja. Aku juga sudah kenyang." Shen Hua menyetujuinya.Li Yuan pun memanggil pelayan.Memang ada yang ingin Li Yuan katakan. Ada yang ingin dimintanya. Ada yang hendak ia lakukan bersama Shen Hua. Namun begitu sulit mengutarakan dengan kata-kata. Ia khawatir hal ini tidak mendapatkan restu dari alam keabadian.
*
Suatu hari di dalam hutan. Ketika mereka pergi mencari tanaman obat. Sambil Shen Hua memetik tanaman, Li Yuan berburu binatang yang bisa dimakan dengan peralatan memanah.
"Li Yuan, tanamannya sudah banyak!" kata Shen Hua agak berteriak, karena posisi mereka berjauhan. Gadis itu berdiri, dan hendak menghampiri Li Yuan. "Ayo, kita pulang!" Tiba-tiba, tanah yang diinjak Shen Hua amblas dan runtuh. Ia menjerit, saat tubuhnya terperosok jatuh.Li Yuan yang melihat itu segera menolong.Tubuh Shen Hua terguling jatuh hingga terjun ke jurang. Li Yuan melompat, sambil meraih akar rotan, hingga akhirnya berhasil menangkap tubuh Shen Hua. "Tenang! Aku sudah memegangimu. Tidak apa-apa." Ia mendekap tubuh Shen Hua.Gadis itu menangis ketakutan. "Tolong! Tolong! Aku tidak mau jatuh!""Kita tidak akan jatuh!" seru Li Yuan, sambil memperhatikan posisi mereka dan sekitarnya, memikirkan cara. "Percayalah padaku."Shen Hua begitu erat memeluk Li Yuan. Masih menangis dan tubuhnya gemetaran. Apa lagi melihat tingginya jarak posisi mereka dan landasan di bawah."Pejamkan matamu. Jangan lihat ke bawah," kata Li Yuan memberikan instruksi.Shen Hua menurut. Ia menyembunyikan pandangannya di bahu pria itu.Li Yuan mempertimbangkan untuk mengerahkan salah satu jurus agar bisa melompat kembali ke atas, atau sekalian terjun ke bawah? "Apapun yang terjadi, jangan membuka mata. Ya?"Gadis itu mengangguk. Kemudian Shen Hua merasakan tubuhnya diterpa udara yang cukup keras. Berguncang hebat. Hingga terasa berdebum yang juga lumayan keras. Namun tubuhnya sama sekali tidak menghantam tanah. Mereka berguling sebentar, lalu berhenti di tengah padang rumput yang datar.Shen Hua membuka matanya. Ia mendapat dirinya berada dalam pelukan Li Yuan. Pria itu menggunakan badannya melindungi Shen Hua agar tidak menghantam tanah. Rupanya mereka terjun dari ketinggian dan mendarat di dasar jurang. "Li Yuan!" panggilnya.Li Yuan malah terpejam. Membuat Shen Hua takut."Li Yuan, bangun!" Shen Hua mengguncang-guncangkan tubuh pria itu. "Tolong jangan mati. Jangan menakutiku seperti ini." Shen Hua pun menangis "Bangun!"Kemudian, tangan Li Yuan bergerak, dan ia mendekap Shen Hua. "Aku belum mati. Jangan menangis."Tangisan duka langsung berubah menjadi tangisan bahagia. Shen Hua memeluknya.Peristiwa itu membawa perubahan bagi kedua hati mereka. "Dua kali kau melakukan hal yang besar untukku. Kau membasmi beruang di hutan, dan membuatku bisa bekerja dengan aman. Dan hari ini kau menyelamatkan hidupku. Tekadku sudah bulat." Shen Hua berkata dengan sungguh-sungguh. "Mulai saat ini, hidupku adalah milikmu."
"Apa maksudmu?" Awalnya Li Yuan tidak mengerti."Aku ingin menjadi istrimu. Meski statusku tidak jelas. Meski mungkin jadi istri yang tidak dianggap. Aku akan melayanimu seumur hidupku."Li Yuan tidak tahu harus bereaksi apa. Seharusnya kata-kata lamaran keluar dari mulut pria. "Kau mau menikah denganku?"Wajah Shen Hua langsung bersemu. Ia tersipu malu dan mulai salah tingkah. Hanya hal ini yang terpikirkan olehnya. Apa yang lebih berharga dari diri seorang wanita, selain kesuciannya? Untuk ditukar dengan nyawa pun masih bisa sepadan. "Maaf, aku jadi terkesan tidak punya harga diri dengan meminta menikah lebih dulu."Tidak banyak bicara. Li Yuan memegang wajah Shen Hua. Mencium bibirnya. Kemudian berkata, "Aku mencintaimu."Shen Hua tersenyum. Rupanya perasaan mereka saling berbalas. Ia langsung memeluk pria itu dengan penuh kebahagiaan.*
Istana Langit.
Seorang lelaki tua berambut putih dan janggut putihnya yang menjuntai hingga ke dada, tergopoh-gopoh memasuki Gerbang Selatan Istana Langit. Penjaga gerbang tahu siapa dia. Dewa Bumi. Ia dipersilakan masuk.
Jujukan Sang dewa adalah Istana Utama, tempat Raja Langit bersinggasana. Ia hendak melaporkan sesuatu pada Raja Langit. Di tengah jalan, bertemu dengan Pangeran Song Lian, adik sang raja."Dewa Bumi, apa yang membuat Anda datang dengan tergesa-gesa dan panik seperti ini?" tanya Pangeran Song Lian."Ada yang hendak hamba laporkan pada Yang Mulia Raja Langit," jawab Dewa Bumi."Kakanda Raja Langit sedang berada di Taman Keberanian, melihat para Tentara Langit berlatih," kata Pangeran Song Lian. "Ayo, kuantarkan Anda ke sana."Dewa Bumi pun mengikuti langkah sang pangeran.Raja Langit menyambut kedatangan Dewa Bumi. "Apa yang terjadi, Dewa Bumi?" tanyanya, setelah meminta para tentara itu beristirahat.
"Tiba-tiba terjadi fenomena aneh. Air Sungai Roshui berubah jadi merah dan panas." Begitulah laporan yang disampaikan.Raja Langit segera mengutus Feng Yun memeriksa apa yang terjadi.Benar. Air sungainya berubah menjadi merah, tapi bukan darah. Juga panas, tapi tidak mendidih. Melihat fenomena ini, Feng Yun segera pergi ke Kun Lun menghadap Guru Besar Yue Yuan.
Ye Yuan segera menyelidiki dengan terawangannya. "Ada yang melanggar batas antara Suku Langit dan Suku Iblis. Jika pelanggaran batas itu tidak segera diatasi, bisa-bisa Diagram Yin Yang akan hancur, dan kedua leluhur iblis akan terbebas. Bisa kau bayangkan apa yang pasti terjadi. Aku akan menyelidikinya. Kau harus menjaga kestabilan air sungai. Karena air sungai itu mengalir ke beberapa lokasi di klan aliran putih."Feng Yun berkata, "Baik, Guru!"*
Kabar buruk yang terjadi di Sungai Roshui, menjadi kabar bahagia bagi Klan Iblis. Sang raja memerintahkan salah satu anak buahnya mencari Pangeran Li Yuan. Karena dirinya punya tugas penting. Tugas yang telah direncanakannya semenjak ribuan tahun silam. Ia tersenyum penuh harapan licik di benaknya.
Shen Hua dan Li Yuan mempersiapkan pernikahan mereka di gubuk tua itu. Dengan uang sisa hasil menjual peninggalan keluarga yang Li Yuan bilang, mereka sama-sama menghias segalanya dengan dominasi warna merah. Ditambah simbol-simbol kebahagiaan."Kita hanya berdua. Tidak apa-apa, kan?" tanya Li Yuan."Siapa bilang kita hanya berdua?" kata Shen Hua dengan senyum yang penuh kebahagiaan. "Lihatlah, langit yang biru membentang luas itu. Aku yakin, meski tidak tampak dengan mata, para dewa dan dewi itu hadir untuk merestui kita."Jawaban Shen Hua membuat Li Yuan berpikir. Apakah keturunan iblis seperti dirinya diizinkan menyembahyangi para dewa dan dewi saat menikah? Ia hanya tidak ingin mengecewakan Shen Hua. Ia pun berkata, "Kau benar."Maka, Li Yuan pun memasangkan kain berwarna merah di kepala Shen Hua. Menjadi tudung yang menjuntai dan menutupi wajah sang mempelai wa
Hari itu, Feng Qian bingung harus bagaimana. Jika pulang ke Laut Barat, bisa-bisa bertemu dengan Sun Zhun. Aduh! Benar-benar sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi si pangeran manja itu sudah dapat dukungan dari Ratu Langit. Menyebalkan! Meski rencana pernikahan seorang Putri Langit seperti dirinya belum diputuskan secara permanen, tetap saja, menyebalkan. Karena Ratu Langit sudah punya kandidat. Jika kandidat itu mendapat persetujuan dari Raja Langit, maka habislah!!Berpikir sejenak. Daripada tidak melakukan apapun. Lantas ia ingat! Ada tempat menyenangkan yang bisa ia kunjungi, untuk sekedar mengusir galau. Telaga Bulan. Bukankah di sana ia punya teman baik yang lucu? "Bing, ayo kita pergi ke Telaga Bulan!""Baik, Yang Mulia." Bing segera berubah wujud menjadi burung bangau langit. Membiarkan Feng Qian naik ke punggungnya.
Hari itu, Li Yuan bersiap akan berangkat ke Laut Barat. Ia sudah menunggu Li Jing yang rencananya juga akan ikut. Ia mondar-mandir di beranda istananya. Tidak lama kemudian, sang adik datang.Wajahnya Li Jing berseri. "Kak, aku rasa tidak perlu ikut ke Laut Barat. Aku yakin, dengan tampangmu yang luar biasa ini, Putri Langit itu pasti langsung menyerahkan hatinya. Tinggal kau bereskan."Li Yuan tahu, pasti begini kalau sudah melibatkan Li Jing. Apapun tidak akan jadi beres. "Bicara memang mudah. Lagi pula, apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Li Yuan."Aku tidak bisa cerita," jawab Li Jing dengan misterius. "Ini sesuatu yang bersifat pribadi."Li Yuan mencebik. "Urusan pribadimu itu apa? Berendam di air bunga bersama gadis-gadis? Atau mengundang orang berpesta pora mabuk dan melupakan tugas penting? Apapun yang melibatkanmu, pasti berantak
Sudah beberapa hari ini Li Yuan tinggal di Laut Barat. Namun ia belum bertemu dengan Putri Langit sekali pun. Ia juga tidak mungkin menanyai setiap orang di sana. Misinya bisa ketahuan. Namun, ia malah sering bertemu dengan seorang makhluk abadi yang wajahnya sangat mirip dengan mendiang istrinya yang merupakan seorang manusia dunia fana, Shen Hua. Apa yang sebenarnya terjadi?*Suatu hari.Feng Qian sedang berlatih di pantai Laut Barat. Ia melatih kekuatan pedang dan jurus-jurusnya. Sudah lama tidak latihan, membuat badannya jadi kaku. Jurus yang sedang dipelajarinya adalah Jurus Memukau Langit, ia hanya perlu melihat sekali saat diperagakan gurunya Yue Yuan untuk menghafal setiap gerakan. Putri Langit satu ini memang dikenal cerdas dan cepat menguasai pelajaran yang di
Ombak di Laut Barat bergulung ganas pagi itu. Angin juga bertiup cukup kencang. Ini bukan hal yang biasa terjadi. Laut Barat yang biasanya tenang, tiba-tiba bergejolak, biasanya pertanda akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Feng Qian keluar dari pondok. Diikuti beberapa orang yang menginap. Tentu saja, juga Li Yuan. "Ada apa, ya?" tanya Feng Qian, dengan suara pelan. Dirinya belum pernah menghadapi monster atau musuh-musuh ganas, selain di dalam Pagoda Awan Merah. Tiba-tiba ombak kian ganas bergulung, dan menimbulkan gejolak setinggi Pagoda Awan Merah yang melayang di atas awan itu, bersiap menimpa sampai ke pondok. Dengan cepat, Li Yuan menarik Feng Qian terbang menjauh. Ia bahkan memindahkan orang-orang itu sejauh mungkin dari pondok. Ketika ombak mulai mendarat, mereka semua selamat. Ditolong Li Yuan, bukannya berterima kasih, demi menjaga hatinya, Feng Qian pura-pura marah. "Lama-lama kau jadi sering meremehkan aku, ya, Tuan!" "Aku
Semuanya tampak gelap. Semuanya terasa menyakitkan. Namun perlahan cahaya merasuki kegelapan itu, dan mulai tampak terang. Tampak sebuah ruangan yang dikelilingi pepohonan, dedaunan, rerumputan, dan terdengar ringkikan kuda.. Kepala ini terasa begitu pening. Sedikit pun badan tidak bisa digerakkan. Lalu tercium aroma wewangian dari arang kayu cendana yang sekaligus menghangatkan. Sepasang mata itu terbuka, dan mengamati sekelilingnya. "D-di mana ini?" Ia menggerakkan kepalanya, dan melihat lebih luas. Ada seorang pria yang terbaring di sampingnya, hanya di atas ranjang berbeda. "L-li Yuan?" Yah, dia Feng Qian. Kemudian, teringat apa yang terjadi sebelum dirinya hilang kesadaran. Feng Qian dan Li Yuan melawan Long Mo. Wujud naga iblis yang merupakan tunggaan Putri Iblis Ye Gui. Mereka berdua kalah, dan terhempas jauh setelah terkena kibasan ekornya. Lebih mengerikan, Feng Qian ingat, Li Yuan memeluknya, menjadi perisai badan yang melindunginya dari sera
Wilayah Suku Iblis, Alam Keabadian Pencarian terhadap Feng Qian dan Li Yuan masih berlangsung. Belum ada kabar apapun yang datang. Li Jing menunggu di istananya dengan harap-harap cemas. Meski pun akhirnya ia tahu, kalau kekasihnya adalah seorang Putri Langit yang hampir jadi korban misi bejat hasil rencana Raja Iblis, dan hampir dieksekusi oleh kakaknya, Li Yuan. Bagaimana kalau pada akhirnya Feng Qian tahu hal ini? Tidak! Saat ini bukan waktunya mengkhawatirkan sesuatu yang bukan prioritas utama. Ia lebih khawatir dengan keselamatan Feng Qian. Kembali ke Alam Fana, di Negeri Chong Zheng Feng Qian membuka mata, dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar yang sangat mewah, khas kerajaan alam fana. Ia juga mencium aroma wewangian seperti cendana. Di alam keabadian juga ada aroma ini. Begitu menenangkan. Kemudian, ia mendengar suara langkah, berakhir dengan pintu kamar terbuka. Seorang pelayan bergaun sutera memasuki kamar. Ia melihat Feng Qian sudah membuka mata. "Anda sudah
Malam itu, ketika semua manusia fana terlelap dalam tidurnya, diam-diam Feng Qian kembali ke Wilayah Suku Kuda Terbang, menemui Ma Lian, pemimpin suku itu. Sang ratu bersayap itu menyambut Feng Qian dengan hangat. "Apa ada yang merisaukanmu, Feng Qian?" tanya Ma Lian. Feng Qian mengangguk. "Selama sembilan belas kali kehidupan yang sudah dijalani Li Yuan, selama jadi pria, dia selalu berakhir dengan lajang. Sekarang, Li Yuan reinkarnasi dengan wujud yang sama persis dengan dirinya di Alam Keabadian. Aku penasaran, sebenarnya, apakah dia boleh menikah?" "Soal ini, akan kupanggilkan Tabib Istana untuk menjelaskan." Ma Lian membalik telapak tangannya, dan muncullah lempengan tembaga. "Tabib Istana, datanglah ke Aula Ju Xiang." Tidak lama kemudian, sang tabib datang. Ma Lian kembali menjelaskan kerisauan Feng Qian tadi. Dengan bijaksana, tabib pun menjelaskan. "Pasien merupakan orang terhormat. Itu yang kulihat dari pakaian yang dikenakan dan senjata mili
Jue Xin tidak peduli. Akan ia menggunakan Pedang Elang Kelabu sebagai gantinya Pedang Malaikat, meski ia tahu, kualitasnya jauh berbeda. Saat latihan dulu, ia pernah coba. Hasilnya lumayan. Jue Xin memutar-mutar Pedang Elamg Kelabu di udara. Mengumpulkan tenaga dalam dan memusatkannya pada si pedang. Pemandangan yang luar biasa. Mengagumkan.Tubuh Jue Xin dikelilingi cahaya berwarna putih, bercampur ungu dan kelabu. Yang mana, kemudian semua warna cahaya itu melingkupi pedang. Ia menodongkan mata pedang ke arah Bidadari Merah.Si iblis terperangah. Dalam pandangannya, penampakan Jue Xin sangat mirip dengan Sheng Kun, lima ratus tahun yang lalu. "Sheng Kun? Tidak mungkin!" Bidadari Merah langsung beraksi. Ia mengibaskan lengan pakaiannya, hingga menimbulkan hembusan angin yang luar biasa kencang.Semua penonton berlari menjauhi arena tempur. Menyelamatkan diri dari dampak yang tidak terduga dari pertempuran ini.Beberapa pohon tumbang, bagian Istana juga porak poranda. Saking kuatnya a
Analisa Jue Xin membuat mereka khawatir. "Istana...," gumam Shu Han. "Ilmu Bidadari Merah sangat tinggi. Jika Yang Mulia tidak mau menyerahkan Nadi Naga, lalu melancarkan serangan, semisal menggunakan Jurus Penumpas Dunia.. Seperti yang pernah diceritakan Guru Iy, jurus itu sungguh dahsyat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Shan Han langsung mewek. "Ayahanda!" Jue Xin pun memberikan keputusan. "Sekarang juga, kita berangkat ke Ibu Kota. Lu Meng, siapkan keretanya! Kita tidak boleh terlambat." "Aku ikut dengan kalian," kata Tian Mao, mengejutkan semua orang. Jue Xin juga terkejut mendengarnya. "Apa benar tidak apa-apa?" Tian Mao pun berkata, "Jangan pikirkan hal lain. Fokus, selamatkan dunia ini. Selamatkan istri dan anakmu, juga... besanku.." Jue Xin mengangguk dengan mantap. "Aku akan mengajak semua biksu dan biksuni berdoa bersama, agar kalian berhasil mengusir iblis dari muka bumi," pungkas Biksu Mong "Terima kasih, Biksu," ucap Jue Xin. Di Ibu Kota. Xin Yue dan Yu S
Sekuat tenaga jiwa Xin Yue kembali mengambil alih raganya. Ia mendorong Yu Shin menjauh darinya. "Apa-apaan ini? Tidak! Yu Shin, tolong tinggalkan aku!" Tiba-tiba Xin Yue bertingkah aneh. Seolah ada yang berebut mulut dengannya ingin bicara.Yu Shin jadi panik. "Kau kenapa?""Cepat pergi!" usir Xin Yue."Tapi?" Yu Shin ingin menolongnya."Pergii!!" usir Xin Yue dengan teriakan panjang.Yu Shin pun meninggalkan Xin Yue. Jiwa gadis itu dan jiwa Bidadari Merah pun terlibat pergulatan batin. Berebut menguasai raga.Tidak jauh dari rumah sewaan, Feng Xin mendengar suara teriakan wanita yang ia kenal. "Xin Yue?" Tidak butuh waktu lama, baginya untuk sampai ke rumah sewaan itu. Langkahnya terhenti di depan pintu. Indera pendengarannya mendengar suara iblis meraung-raung. Auranya juga sangat kuat.Hingga kemudian, seseorang melihat kedatangan Feng Xin. Dia adalah Tian Tang, yang ditugaskan menjaga gerbang depan. Tentu saja, wajah Feng Xin tidak terlalu asing. Pendekar muda ini pernah muncul d
Sementara itu, Wu Heng kembali menjalani perannya sebagai Feng Xin. Ia belum menyerah mencari Xin Yue. Ia bisa membayangkan, bagaimana jika Jue Xin sampai mengetahui hal ini Berkat Mangkuk Ajaib milik Yi Qun, ia tahu ke mana harus mencari An Xin, eh, bukan. Maksudnya Xin Yue.Ketika menyusuri kota An Hou, Feng Xin melihat beberapa orang tengah mengusung sebuah peti mati. Keluar dari halaman sebuah rumah besar. Feng Xin mengenali wajah salah seorang yang memimpin jalan. "Bukankah itu pengawal kerajaan? Gawat! Orang kerajaan ada di sini juga. Kenapa mereka selalu saja muncul, ketika sedang ada masalah segawat ini?"Shan Han belum berhenti menangis. Ini sudah tiga hari sejak Xin Yue menghilang, Feng Xin masih mencarinya, sedangkan Jue Xin, entah ada di mana. Tidak satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Bersamaan dengan ini, Biksu Mong juga tidak menampakkan diri."Eh, kau ini sudah besar. Jangan menangis terus." Lu Meng menegur Shan Han.Sembari terisak, Shan Han berkata, "Tapi ka
Akhirnya Xin Yue siuman. Yang pertama kali dilihatnya adalah Jue Xin. "Sayang.. Apakah aku membunuh seseorang? Apakah aku melukai seseorang?" Ia jadi panik.Jue Xin menggelengkan kepala. "Tidak. Beruntung, Biksu Mong datang menolongmu.""Sekarang, aku harus bagaimana?" Xin Yue menangis. "Kalau iblis itu merasukiku lagi, apa yang harus kulakukan?"Jue Xin berusaha menenangkannya. "Kata Biksu Mong, selama kau tinggal di sini, dia tidak akan berani merasukimu. Ini baik untuk kehamilanmu."Emosi Xin Yue mulai terkendali. "Benarkah begitu?" Jue Xin mengangguk. Xin Yue pun memeluknya. "Masalah yang terjadi belakangan ini menakutiku. Aku hampir kehilanganmu saja sudah serasa dunia ini hampa, gelap, dan aku sungguh tidak berdaya. Ketakutanku soal Bidadari Merah itu juga membuat pikiranku kacau sendiri."Jue Xin mendekapnya erat. "Mulai sekarang, kau tidak usah takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemanimu dalam segala situasi. Kau juga punya Shan Han, Feng Xin, Bing Bing, dan Lu Meng yang s
Jujur, Jue Xin sendiri tidak menyangka, kata-kata seburuk itu ia tujukan pada belahan jiwanya. Ia sungguh tidak bermaksud begitu. Ia melakukannya karena Duan Yi terus mengawasinya. Tadinya, ia berencana untuk melakukan hal lain. Bukan mengatai Xin Yue seperti itu. Ia hanya bisa menggampar mulutnya sendiri berulang kali. Dan ia bisa membayangkan, betapa Xin Yue pasti akan sangat marah.Tubuh terasa lemah. Racun Pelemah Otot belumlah hilang. Bing Bing jatuh lemah ke tanah.Lu Meng membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya."Aku lemas," jawab Bing Bing.Lalu, Xin Yue teringat sesuatu. Jue Xin pernah memberinya macam-macam obat penawar racun. Ada banyak di dalam kantong. "Ini, kalian minumlah." Ia membaginya untuk mereka semua.Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Hanya saja belum tahu akan pergi ke mana. Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Mereka berjodoh, kembali bertemu dengan kereta kuda, di dekat gerbang tengah."Sebaiknya, sekarang kita f
Kemudian tinggallah Xin Yue dan Jue Xin berdua.Xin Yue bertanya, "Benarkah, lukamu sudah tidak apa-apa? Wanita itu menusukmu cukup dalam.""Ini bukan luka besar," jawab Jue Xin. "Aku sungguh baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Masih terasa lemas?"Xin Yue menggelengkan kepala. "Sudah tidak lagi." Ia mendesah. "Ah, kau ini memang hebat soal racun. Jarum Perakmu itu, sungguh menyiksa. Tapi Racun Pelemah Otot ini membuat orang jadi mengantuk terus, kalau tidak minum penawarnya."Jue Xin merasa bersalah. "Itu pujian?""Tergantung." Xin Yue malah menggodanya.Lalu Jue Xin berdiri. Ia tersenyum. Ia belai rambut Xin Yue. Ia meraih sang belahan jiwa dalam dekapan. "Memelukmu adalah sesuatu yang paling kusukai di dunia ini."Xin Yue juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jue Xin. "Dan pelukanmu adalah tempat terindah yang pernah kurasakan."Bing Bing menangis ketika prosesi tutup peti sang ayah. Apalagi, ketika peti mati itu dimasukkan ke liang lahat. Lu Meng mendekapnya. Bing Bing
Ada sekawanan pesilat berkuda. Berjumlah empat orang. Beberapa di antaranya memegang obor. Mereka dilengkapi dengan aneka jenis senjata.Jue Xin mengenal mereka. Pendekar Angin, Pendekar Awan, Pendekar Petir, dan pimpinan mereka, seorang wanita, yaitu Pendekar Hujan. Mereka berasal dari aliran hitam. Tentu saja, berseberangan dengan Elang Perak. Mendengar julukan mereka, Feng Xin yang sebenarnya adalah Dewa Halilintar Wu Heng hanya beringsut diam-diam. Untuk apa manusia fana menguasai ilmu seperti itu lalu menerapkannya untuk kejahatan? Mereka berempat sedang mengobrak-abrik jalanan.Lu Meng yang sudah tobat, hendak menghentikan semua itu. Namun, Jue Xin melarang. "Jangan gegabah! Mereka terlalu berbahaya."Lu Meng masih bersikeras. "Tapi..."Jue Xin berusaha menenangkannya. "Sabar, kita lihat dulu apa mau mereka."Kemudian, datang beberapa anak buah mereka, membawa sekumpulan gadis. Para gadis itu menangis dan ketakutan. Mereka berasal dari desa-desa sekitar. Tentu saja, mata Lu Meng
Beberapa hari di kediaman Iy Long Tou, akhirnya kesehatan Jue Xin pulih. Begitu juga Xin Yue. Luka mereka sudah sembuh. Mereka pun memutuskan, akan mencari kitab Jurus Penakluk Iblis di wilayah Selatan.JueXin berkata pada Feng Xin, "Kalau kau ingin melanjutkan misi perdamaian, silakan. Tidak apa-apa."FengXin langsung mempertanyakan maksud Jue Xin. "Kau ini bicara apa? Sebagai sahabat, aku tidak akan meninggalkan sahabatku yang sedang dalam kesusahan. Aku bersedia menanggung bahaya bersama kalian. Menaklukkan Bidadari Merah, bukankah bagian dari misi perdamaian yang harus kita wujudkan juga?"Sebenarnya Jue Xin tersentuh akan niat tulus Feng Xin. "Tapi..."Feng Xin pun meyakinkan sahabatnya. "Sudah! Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengikuti ke mana pun kalian pergi. Lagi pula, aku juga tidak ingin Bidadari Merah lahir kembali, dan menimbulkan kehancuran di dunia kita ini."Tidak ada yang bisa menahan tekad Feng Xin, maka Jue Xin pun berkata, "Baiklah."Di dalam sebuah ruangan.Iy L