Kemudian tinggallah Xin Yue dan Jue Xin berdua.Xin Yue bertanya, "Benarkah, lukamu sudah tidak apa-apa? Wanita itu menusukmu cukup dalam.""Ini bukan luka besar," jawab Jue Xin. "Aku sungguh baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Masih terasa lemas?"Xin Yue menggelengkan kepala. "Sudah tidak lagi." Ia mendesah. "Ah, kau ini memang hebat soal racun. Jarum Perakmu itu, sungguh menyiksa. Tapi Racun Pelemah Otot ini membuat orang jadi mengantuk terus, kalau tidak minum penawarnya."Jue Xin merasa bersalah. "Itu pujian?""Tergantung." Xin Yue malah menggodanya.Lalu Jue Xin berdiri. Ia tersenyum. Ia belai rambut Xin Yue. Ia meraih sang belahan jiwa dalam dekapan. "Memelukmu adalah sesuatu yang paling kusukai di dunia ini."Xin Yue juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jue Xin. "Dan pelukanmu adalah tempat terindah yang pernah kurasakan."Bing Bing menangis ketika prosesi tutup peti sang ayah. Apalagi, ketika peti mati itu dimasukkan ke liang lahat. Lu Meng mendekapnya. Bing Bing
Jujur, Jue Xin sendiri tidak menyangka, kata-kata seburuk itu ia tujukan pada belahan jiwanya. Ia sungguh tidak bermaksud begitu. Ia melakukannya karena Duan Yi terus mengawasinya. Tadinya, ia berencana untuk melakukan hal lain. Bukan mengatai Xin Yue seperti itu. Ia hanya bisa menggampar mulutnya sendiri berulang kali. Dan ia bisa membayangkan, betapa Xin Yue pasti akan sangat marah.Tubuh terasa lemah. Racun Pelemah Otot belumlah hilang. Bing Bing jatuh lemah ke tanah.Lu Meng membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya."Aku lemas," jawab Bing Bing.Lalu, Xin Yue teringat sesuatu. Jue Xin pernah memberinya macam-macam obat penawar racun. Ada banyak di dalam kantong. "Ini, kalian minumlah." Ia membaginya untuk mereka semua.Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Hanya saja belum tahu akan pergi ke mana. Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Mereka berjodoh, kembali bertemu dengan kereta kuda, di dekat gerbang tengah."Sebaiknya, sekarang kita f
Akhirnya Xin Yue siuman. Yang pertama kali dilihatnya adalah Jue Xin. "Sayang.. Apakah aku membunuh seseorang? Apakah aku melukai seseorang?" Ia jadi panik.Jue Xin menggelengkan kepala. "Tidak. Beruntung, Biksu Mong datang menolongmu.""Sekarang, aku harus bagaimana?" Xin Yue menangis. "Kalau iblis itu merasukiku lagi, apa yang harus kulakukan?"Jue Xin berusaha menenangkannya. "Kata Biksu Mong, selama kau tinggal di sini, dia tidak akan berani merasukimu. Ini baik untuk kehamilanmu."Emosi Xin Yue mulai terkendali. "Benarkah begitu?" Jue Xin mengangguk. Xin Yue pun memeluknya. "Masalah yang terjadi belakangan ini menakutiku. Aku hampir kehilanganmu saja sudah serasa dunia ini hampa, gelap, dan aku sungguh tidak berdaya. Ketakutanku soal Bidadari Merah itu juga membuat pikiranku kacau sendiri."Jue Xin mendekapnya erat. "Mulai sekarang, kau tidak usah takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemanimu dalam segala situasi. Kau juga punya Shan Han, Feng Xin, Bing Bing, dan Lu Meng yang s
Sementara itu, Wu Heng kembali menjalani perannya sebagai Feng Xin. Ia belum menyerah mencari Xin Yue. Ia bisa membayangkan, bagaimana jika Jue Xin sampai mengetahui hal ini Berkat Mangkuk Ajaib milik Yi Qun, ia tahu ke mana harus mencari An Xin, eh, bukan. Maksudnya Xin Yue.Ketika menyusuri kota An Hou, Feng Xin melihat beberapa orang tengah mengusung sebuah peti mati. Keluar dari halaman sebuah rumah besar. Feng Xin mengenali wajah salah seorang yang memimpin jalan. "Bukankah itu pengawal kerajaan? Gawat! Orang kerajaan ada di sini juga. Kenapa mereka selalu saja muncul, ketika sedang ada masalah segawat ini?"Shan Han belum berhenti menangis. Ini sudah tiga hari sejak Xin Yue menghilang, Feng Xin masih mencarinya, sedangkan Jue Xin, entah ada di mana. Tidak satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Bersamaan dengan ini, Biksu Mong juga tidak menampakkan diri."Eh, kau ini sudah besar. Jangan menangis terus." Lu Meng menegur Shan Han.Sembari terisak, Shan Han berkata, "Tapi ka
Sekuat tenaga jiwa Xin Yue kembali mengambil alih raganya. Ia mendorong Yu Shin menjauh darinya. "Apa-apaan ini? Tidak! Yu Shin, tolong tinggalkan aku!" Tiba-tiba Xin Yue bertingkah aneh. Seolah ada yang berebut mulut dengannya ingin bicara.Yu Shin jadi panik. "Kau kenapa?""Cepat pergi!" usir Xin Yue."Tapi?" Yu Shin ingin menolongnya."Pergii!!" usir Xin Yue dengan teriakan panjang.Yu Shin pun meninggalkan Xin Yue. Jiwa gadis itu dan jiwa Bidadari Merah pun terlibat pergulatan batin. Berebut menguasai raga.Tidak jauh dari rumah sewaan, Feng Xin mendengar suara teriakan wanita yang ia kenal. "Xin Yue?" Tidak butuh waktu lama, baginya untuk sampai ke rumah sewaan itu. Langkahnya terhenti di depan pintu. Indera pendengarannya mendengar suara iblis meraung-raung. Auranya juga sangat kuat.Hingga kemudian, seseorang melihat kedatangan Feng Xin. Dia adalah Tian Tang, yang ditugaskan menjaga gerbang depan. Tentu saja, wajah Feng Xin tidak terlalu asing. Pendekar muda ini pernah muncul d
Analisa Jue Xin membuat mereka khawatir. "Istana...," gumam Shu Han. "Ilmu Bidadari Merah sangat tinggi. Jika Yang Mulia tidak mau menyerahkan Nadi Naga, lalu melancarkan serangan, semisal menggunakan Jurus Penumpas Dunia.. Seperti yang pernah diceritakan Guru Iy, jurus itu sungguh dahsyat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Shan Han langsung mewek. "Ayahanda!" Jue Xin pun memberikan keputusan. "Sekarang juga, kita berangkat ke Ibu Kota. Lu Meng, siapkan keretanya! Kita tidak boleh terlambat." "Aku ikut dengan kalian," kata Tian Mao, mengejutkan semua orang. Jue Xin juga terkejut mendengarnya. "Apa benar tidak apa-apa?" Tian Mao pun berkata, "Jangan pikirkan hal lain. Fokus, selamatkan dunia ini. Selamatkan istri dan anakmu, juga... besanku.." Jue Xin mengangguk dengan mantap. "Aku akan mengajak semua biksu dan biksuni berdoa bersama, agar kalian berhasil mengusir iblis dari muka bumi," pungkas Biksu Mong "Terima kasih, Biksu," ucap Jue Xin. Di Ibu Kota. Xin Yue dan Yu S
Jue Xin tidak peduli. Akan ia menggunakan Pedang Elang Kelabu sebagai gantinya Pedang Malaikat, meski ia tahu, kualitasnya jauh berbeda. Saat latihan dulu, ia pernah coba. Hasilnya lumayan. Jue Xin memutar-mutar Pedang Elamg Kelabu di udara. Mengumpulkan tenaga dalam dan memusatkannya pada si pedang. Pemandangan yang luar biasa. Mengagumkan.Tubuh Jue Xin dikelilingi cahaya berwarna putih, bercampur ungu dan kelabu. Yang mana, kemudian semua warna cahaya itu melingkupi pedang. Ia menodongkan mata pedang ke arah Bidadari Merah.Si iblis terperangah. Dalam pandangannya, penampakan Jue Xin sangat mirip dengan Sheng Kun, lima ratus tahun yang lalu. "Sheng Kun? Tidak mungkin!" Bidadari Merah langsung beraksi. Ia mengibaskan lengan pakaiannya, hingga menimbulkan hembusan angin yang luar biasa kencang.Semua penonton berlari menjauhi arena tempur. Menyelamatkan diri dari dampak yang tidak terduga dari pertempuran ini.Beberapa pohon tumbang, bagian Istana juga porak poranda. Saking kuatnya a
Love: Nirvana & Hell Konon, pada zaman kuno dalam sejarah kehidupan para abadi, terciptalah bermacam-macam klan yang saling berebut kekuasaan atas dunia keabadian. Klan Putih dan Klan Hitam adalah musuh bebuyutan, lawan abadi. Seperti hitam dan putih yang tidak bisa disatukan. Pertemuan mereka hanyalah menimbulkan perseteruan kelabu yang sulit menemui akhir. Suku Langit adalah yang terbesar dalam Klan Putih dipimpin oleh Raja Langit yang perkasa. Tinggal di Istana Langit tertinggi dan menentukan kehidupan di langit dan bumi beserta isinya. Sedangkan Klan Hitam, dipimpin oleh Raja Suku Iblis Wu Dian, yang selalu membuat onar dan kerusakan di seluruh penjuru. * Adalah sebuah hari, di mana kedua kubu saling bersinggungan, dan mereka menyerukan perang. Masalah ini dipicu perebutan wilayah, dan terjadinya aksi saling membunuh suku-suku dari dua kubu. Suku Langit mengerahkan 200.000 Tentara Langit yang siap mati. Dibantu oleh klan-klan yang sealiran. Juga para dewa dari Kunlun dan dewi
Jue Xin tidak peduli. Akan ia menggunakan Pedang Elang Kelabu sebagai gantinya Pedang Malaikat, meski ia tahu, kualitasnya jauh berbeda. Saat latihan dulu, ia pernah coba. Hasilnya lumayan. Jue Xin memutar-mutar Pedang Elamg Kelabu di udara. Mengumpulkan tenaga dalam dan memusatkannya pada si pedang. Pemandangan yang luar biasa. Mengagumkan.Tubuh Jue Xin dikelilingi cahaya berwarna putih, bercampur ungu dan kelabu. Yang mana, kemudian semua warna cahaya itu melingkupi pedang. Ia menodongkan mata pedang ke arah Bidadari Merah.Si iblis terperangah. Dalam pandangannya, penampakan Jue Xin sangat mirip dengan Sheng Kun, lima ratus tahun yang lalu. "Sheng Kun? Tidak mungkin!" Bidadari Merah langsung beraksi. Ia mengibaskan lengan pakaiannya, hingga menimbulkan hembusan angin yang luar biasa kencang.Semua penonton berlari menjauhi arena tempur. Menyelamatkan diri dari dampak yang tidak terduga dari pertempuran ini.Beberapa pohon tumbang, bagian Istana juga porak poranda. Saking kuatnya a
Analisa Jue Xin membuat mereka khawatir. "Istana...," gumam Shu Han. "Ilmu Bidadari Merah sangat tinggi. Jika Yang Mulia tidak mau menyerahkan Nadi Naga, lalu melancarkan serangan, semisal menggunakan Jurus Penumpas Dunia.. Seperti yang pernah diceritakan Guru Iy, jurus itu sungguh dahsyat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Shan Han langsung mewek. "Ayahanda!" Jue Xin pun memberikan keputusan. "Sekarang juga, kita berangkat ke Ibu Kota. Lu Meng, siapkan keretanya! Kita tidak boleh terlambat." "Aku ikut dengan kalian," kata Tian Mao, mengejutkan semua orang. Jue Xin juga terkejut mendengarnya. "Apa benar tidak apa-apa?" Tian Mao pun berkata, "Jangan pikirkan hal lain. Fokus, selamatkan dunia ini. Selamatkan istri dan anakmu, juga... besanku.." Jue Xin mengangguk dengan mantap. "Aku akan mengajak semua biksu dan biksuni berdoa bersama, agar kalian berhasil mengusir iblis dari muka bumi," pungkas Biksu Mong "Terima kasih, Biksu," ucap Jue Xin. Di Ibu Kota. Xin Yue dan Yu S
Sekuat tenaga jiwa Xin Yue kembali mengambil alih raganya. Ia mendorong Yu Shin menjauh darinya. "Apa-apaan ini? Tidak! Yu Shin, tolong tinggalkan aku!" Tiba-tiba Xin Yue bertingkah aneh. Seolah ada yang berebut mulut dengannya ingin bicara.Yu Shin jadi panik. "Kau kenapa?""Cepat pergi!" usir Xin Yue."Tapi?" Yu Shin ingin menolongnya."Pergii!!" usir Xin Yue dengan teriakan panjang.Yu Shin pun meninggalkan Xin Yue. Jiwa gadis itu dan jiwa Bidadari Merah pun terlibat pergulatan batin. Berebut menguasai raga.Tidak jauh dari rumah sewaan, Feng Xin mendengar suara teriakan wanita yang ia kenal. "Xin Yue?" Tidak butuh waktu lama, baginya untuk sampai ke rumah sewaan itu. Langkahnya terhenti di depan pintu. Indera pendengarannya mendengar suara iblis meraung-raung. Auranya juga sangat kuat.Hingga kemudian, seseorang melihat kedatangan Feng Xin. Dia adalah Tian Tang, yang ditugaskan menjaga gerbang depan. Tentu saja, wajah Feng Xin tidak terlalu asing. Pendekar muda ini pernah muncul d
Sementara itu, Wu Heng kembali menjalani perannya sebagai Feng Xin. Ia belum menyerah mencari Xin Yue. Ia bisa membayangkan, bagaimana jika Jue Xin sampai mengetahui hal ini Berkat Mangkuk Ajaib milik Yi Qun, ia tahu ke mana harus mencari An Xin, eh, bukan. Maksudnya Xin Yue.Ketika menyusuri kota An Hou, Feng Xin melihat beberapa orang tengah mengusung sebuah peti mati. Keluar dari halaman sebuah rumah besar. Feng Xin mengenali wajah salah seorang yang memimpin jalan. "Bukankah itu pengawal kerajaan? Gawat! Orang kerajaan ada di sini juga. Kenapa mereka selalu saja muncul, ketika sedang ada masalah segawat ini?"Shan Han belum berhenti menangis. Ini sudah tiga hari sejak Xin Yue menghilang, Feng Xin masih mencarinya, sedangkan Jue Xin, entah ada di mana. Tidak satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Bersamaan dengan ini, Biksu Mong juga tidak menampakkan diri."Eh, kau ini sudah besar. Jangan menangis terus." Lu Meng menegur Shan Han.Sembari terisak, Shan Han berkata, "Tapi ka
Akhirnya Xin Yue siuman. Yang pertama kali dilihatnya adalah Jue Xin. "Sayang.. Apakah aku membunuh seseorang? Apakah aku melukai seseorang?" Ia jadi panik.Jue Xin menggelengkan kepala. "Tidak. Beruntung, Biksu Mong datang menolongmu.""Sekarang, aku harus bagaimana?" Xin Yue menangis. "Kalau iblis itu merasukiku lagi, apa yang harus kulakukan?"Jue Xin berusaha menenangkannya. "Kata Biksu Mong, selama kau tinggal di sini, dia tidak akan berani merasukimu. Ini baik untuk kehamilanmu."Emosi Xin Yue mulai terkendali. "Benarkah begitu?" Jue Xin mengangguk. Xin Yue pun memeluknya. "Masalah yang terjadi belakangan ini menakutiku. Aku hampir kehilanganmu saja sudah serasa dunia ini hampa, gelap, dan aku sungguh tidak berdaya. Ketakutanku soal Bidadari Merah itu juga membuat pikiranku kacau sendiri."Jue Xin mendekapnya erat. "Mulai sekarang, kau tidak usah takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemanimu dalam segala situasi. Kau juga punya Shan Han, Feng Xin, Bing Bing, dan Lu Meng yang s
Jujur, Jue Xin sendiri tidak menyangka, kata-kata seburuk itu ia tujukan pada belahan jiwanya. Ia sungguh tidak bermaksud begitu. Ia melakukannya karena Duan Yi terus mengawasinya. Tadinya, ia berencana untuk melakukan hal lain. Bukan mengatai Xin Yue seperti itu. Ia hanya bisa menggampar mulutnya sendiri berulang kali. Dan ia bisa membayangkan, betapa Xin Yue pasti akan sangat marah.Tubuh terasa lemah. Racun Pelemah Otot belumlah hilang. Bing Bing jatuh lemah ke tanah.Lu Meng membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya."Aku lemas," jawab Bing Bing.Lalu, Xin Yue teringat sesuatu. Jue Xin pernah memberinya macam-macam obat penawar racun. Ada banyak di dalam kantong. "Ini, kalian minumlah." Ia membaginya untuk mereka semua.Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Hanya saja belum tahu akan pergi ke mana. Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Mereka berjodoh, kembali bertemu dengan kereta kuda, di dekat gerbang tengah."Sebaiknya, sekarang kita f
Kemudian tinggallah Xin Yue dan Jue Xin berdua.Xin Yue bertanya, "Benarkah, lukamu sudah tidak apa-apa? Wanita itu menusukmu cukup dalam.""Ini bukan luka besar," jawab Jue Xin. "Aku sungguh baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Masih terasa lemas?"Xin Yue menggelengkan kepala. "Sudah tidak lagi." Ia mendesah. "Ah, kau ini memang hebat soal racun. Jarum Perakmu itu, sungguh menyiksa. Tapi Racun Pelemah Otot ini membuat orang jadi mengantuk terus, kalau tidak minum penawarnya."Jue Xin merasa bersalah. "Itu pujian?""Tergantung." Xin Yue malah menggodanya.Lalu Jue Xin berdiri. Ia tersenyum. Ia belai rambut Xin Yue. Ia meraih sang belahan jiwa dalam dekapan. "Memelukmu adalah sesuatu yang paling kusukai di dunia ini."Xin Yue juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jue Xin. "Dan pelukanmu adalah tempat terindah yang pernah kurasakan."Bing Bing menangis ketika prosesi tutup peti sang ayah. Apalagi, ketika peti mati itu dimasukkan ke liang lahat. Lu Meng mendekapnya. Bing Bing
Ada sekawanan pesilat berkuda. Berjumlah empat orang. Beberapa di antaranya memegang obor. Mereka dilengkapi dengan aneka jenis senjata.Jue Xin mengenal mereka. Pendekar Angin, Pendekar Awan, Pendekar Petir, dan pimpinan mereka, seorang wanita, yaitu Pendekar Hujan. Mereka berasal dari aliran hitam. Tentu saja, berseberangan dengan Elang Perak. Mendengar julukan mereka, Feng Xin yang sebenarnya adalah Dewa Halilintar Wu Heng hanya beringsut diam-diam. Untuk apa manusia fana menguasai ilmu seperti itu lalu menerapkannya untuk kejahatan? Mereka berempat sedang mengobrak-abrik jalanan.Lu Meng yang sudah tobat, hendak menghentikan semua itu. Namun, Jue Xin melarang. "Jangan gegabah! Mereka terlalu berbahaya."Lu Meng masih bersikeras. "Tapi..."Jue Xin berusaha menenangkannya. "Sabar, kita lihat dulu apa mau mereka."Kemudian, datang beberapa anak buah mereka, membawa sekumpulan gadis. Para gadis itu menangis dan ketakutan. Mereka berasal dari desa-desa sekitar. Tentu saja, mata Lu Meng
Beberapa hari di kediaman Iy Long Tou, akhirnya kesehatan Jue Xin pulih. Begitu juga Xin Yue. Luka mereka sudah sembuh. Mereka pun memutuskan, akan mencari kitab Jurus Penakluk Iblis di wilayah Selatan.JueXin berkata pada Feng Xin, "Kalau kau ingin melanjutkan misi perdamaian, silakan. Tidak apa-apa."FengXin langsung mempertanyakan maksud Jue Xin. "Kau ini bicara apa? Sebagai sahabat, aku tidak akan meninggalkan sahabatku yang sedang dalam kesusahan. Aku bersedia menanggung bahaya bersama kalian. Menaklukkan Bidadari Merah, bukankah bagian dari misi perdamaian yang harus kita wujudkan juga?"Sebenarnya Jue Xin tersentuh akan niat tulus Feng Xin. "Tapi..."Feng Xin pun meyakinkan sahabatnya. "Sudah! Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengikuti ke mana pun kalian pergi. Lagi pula, aku juga tidak ingin Bidadari Merah lahir kembali, dan menimbulkan kehancuran di dunia kita ini."Tidak ada yang bisa menahan tekad Feng Xin, maka Jue Xin pun berkata, "Baiklah."Di dalam sebuah ruangan.Iy L