Terbaring di dalam ruang gemerlap malam yang penuh bintang seperti melayang. Sepasang mata yang menutup tiba-tiba membuka secara perlahan. Laura masih sedikit terpengaruh dari cupidnya sebelum dia sadarkan diri. Kepalanya pun masih terasa berat, entah di mana lagi ia berada sekarang Laura mencoba menutup matanya kembali seolah yang terjadi adalah mimpi, namun seseorang berteriak memanggilnya."Hei! Kau! Bangunlah! Lepaskan ikatan ini!" ujarnya seseorang dari suatu tempat. Laura mencoba mendudukkan dirinya dengan perlahan. Ia masih berharap jika itu hanyalah mimpi, tapi teriakan seseorang itu tidak berhenti."Jangan terus diam di sana brengsek!""Berisik! Mimpi macam apa ini, membuat telingaku seakan pecah karena suaranya?!" gumam Laura.Laura pun terpaksa berdiri tertatih untuk mencari sumber suara yang memanggilnya. Ia tidak tau sedang di mana dia sekarang? Karena ia merasa ruangan ini seperti di dalam semesta lain dalam langit malam yang penuh bintang."Ini pasti tidak nyata! Meski
"Hiks, Nona kau sudah sadar?" Red langsung menangis dan berlari ke pangkuan Laura, ia merasa sangat lega saat melihat nonanya terbangun kembali. "Akhirnya kau terbangun lagi, kumohon jangan tinggalkan aku seperti itu lagi, melihatmu terbaring selama 5 hari benar-benar membuatku khawatir.""Kau bilang apa? 5 hari?" Setelah kejadian tak sadarkan diri dari reaksi Cupid terakhir kali, Red tak percaya jika dia telah menghabiskan waktu hampir 1 minggu, ia pun melihat luka-luka bekas cakarnya yang mulai mengering."Para tabib secara bergantian membantu memulihkan tubuhmu berkali-kali, katanya air pemberkatan pun tidak bisa menghentikan reaksi dari Cupid, lihatlah! Bekas yang memenuhi tubuhmu itu masih meninggalkan jejak!" Red menunjukkan beberapa bekas luka di lengan Laura."Apa kau ingin lebih banyak mendengar hal yang paling menakjubkan lagi? Kaisar Stefen setiap malam selalu masuk kamar dan mengkhawatirkanmu. Ia terlihat sangat terpukul melihatmu terbaring sangat lama."Stefen tak perna
Ketua dari penasehat kerajaan sekaligus pemuka agama kaum Nonamisme berdiri di antara kedua mempelai menjadi saksi janji pernikahan kaisar Stefen dan Lady Astra. "Lady Astra Caroline, apakah kamu bersedia untuk berbakti pada lelaki yang berada di sampingmu sampai akhir hayatmu? Sebagai Ratu Ziarkia akan selalu mendampingi suamimu kelak untuk meneruskan kedamaian bagi Ziarkia?" tanyanya. Astra menjawab dengan penuh tekad dan percaya diri. "Aku bersedia!" Sementara Stefen tampak sedih dengan keputusan pernikahannya. Tetua yang menatap raut wajahnya menyadari keterpaksaan dari wajah yang ditampilkan kaisar. "Yang Mulia Stefen Angelo Collin, apakah kamu bersedia untuk tumbuh bersama wanita di sampingmu sampai akhir hayatmu?" Kini giliran dirinya yang ditanya, Stefen membuat orang-orang yang menyaksikannya menunggu jawaban, rasanya berat untuk mengucapkan kata bersedia sembari memandang wajah Astra yang menampilkan senyum kemenangan sementara tatapan dirinya sungguh dingin dan lemas.
"Aku akan membunuhmu!" Laura terdiam ketika mendengar suara Stefen yang sudah berada di hadapannya. Apa yang membuatnya marah sampai ia bisa membuatnya ingin membunuh dirinya? "Apa yang telah kulakukan?" tanya Laura penasaran. "Kau yang melakukan semua ini, bukan?" Stefen mengarahkan pedang ke hadapan wajahnya. "Tunjukkan dirimu! Beraninya kau memberontak dalam pernikahan Kaisar, kau pasti penyihir tingkat atas! Aku tidak akan membiarkan kau kabur dari sini!" ancam Stefen. Laura langsung terdiam tanpa berkutik, apa yang barusan di dengarnya? Entah kenapa nafasnya tiba-tiba menjadi sesak. Ia merasa sangat marah karena dituduh sebagai pemberontak meskipun pada awalnya ia memang akan merusak pernikahan Stefen dan Astra. Namun siapa yang menyangka jika ada seseorang yang telah mengacaukan pernikahan itu sebelum dirinya. "Jika kubilang aku tidak melakukannya, apa kau akan percaya?" Stefen semakin mengarahkan pedangnya. "Kau sangat mencurigakan! Tentu saja aku sangat yakin
Stefen mengeluarkan air mata kecewa setelah menyadari semuanya. Ia teringat momen saat pertama kali bertemu Laura yang tak bisa bicara setelah 5 tahun mencarinya, Laura yang bersikap dingin dan terus menolaknya, Laura yang selama ini dilecehkannya, sosok Red yang selalu mengingatkannya pada Estel dari wajah ternyata wanita yang ia cintai, sifat dan kebiasaannya itu menyadarkannya. Mengapa dia tidak sadar sejak awal bahwa Red adalah Laura? Rasa sakit hati bercampur dengan rasa sakit serangan yang dibuat Lauranya, nama yang selalu ingin dikatakan stefen itu ternyata selama ini selalu berada di sampingnya. Saking sakit dan menderitanya, Stefen mencoba memanggilnya dengan parau. "La-u-ra ka-kau ma-sih hi-dup? Syu-kur-lah!" Baron kembali menuju Stefen dan mencoba untuk membawanya agar mendapatkan perawatan.Para tertua dan kirim akhirnya menemukan Baron dan stefen. Mereka langsung berlari mendekati Stefen yang terluka parah. Para tertua juga melihat wanita yang di kenalnya itu memilik
Laura melihat kedua tangannya yang berlumur darah. "Da-da-darah siapa ini?" Ia pun tersadar kedua lengannya yang masih menancap di dada Seseorang. Trak. Seluruhnya balutan Cupid yang menguasai hatinya itu retak berkeping-keping, Raja Neon yang mengendalikannya langsung terpental cukup jauh dari reaksi Cupid yang rusak. Matanya mengeluarkan darah. Howard yang melihatnya terkejut. "Apa yang terjadi padamu?" Hos hos hos Sejauh ini, tidak ada siapa pun yang bisa menandingi kekuatan Cupid miliknya, bahkan bisa membuatnya sedikit lengah kecuali seorang wanita pada abad lalu yang bernama Lyra. Wanita visioner suci. Tapi, wanita yang sedang dia kendalikan itu bukanlah Lyra, ia sangat yakin hal itu, namun entah mengapa dia merasakan aura dan darah yang familiar dari wanita itu setelah Cupidnya hancur. Itu sebabnya wanita yang dia kendalikan tidak sepenuhnya mengenainya. Karena kekuatannya belum bangkit. "Dia benar-benar bukan wanita yang biasa! Hentikan pertarungan ini! Kita sudah keh
Glek Darahnya yang telah Lyra hisap dari jasad Laura dia jatuhkan tepat pada bibir Stefen. Semua orang menunggu reaksi yang terjadi melihat wanita itu memberikan darahnya pada Kaisar. "Kenapa dia memberikan darahnya?" tanya salah satu tertua. Baron dan Kirim sempat tak percaya dengan semua yang terjadi saat ini, dari Red yang kenyataannya adalah Estel, wakil ketua dari anggota SERK yang menghilang selama lima tahun, dirinya yang menyerang kaisar hingga terluka parah dan sekarat, lalu sekarang dia kembali dengan aura yang berbeda dengan mata bercahaya. "Apa dia benar-benar Estel yang kita kenal, Ron?" tanya Kirim. Baron yang di sampingnya juga tidak mengetahui jika Estel menyembunyikan identitas yang berharga selama ini, dari jenis kelamin hingga kekuatannya. "Jika aku mengetahuinya sedari awal, aku pasti akan mendekatinya sejak awal, dia adalah Estel yang kuketahui adalah seorang pria berkulit lembut dengan tubuh mungil dan senyuman manis, tapi ketika ia datang kembali setelah
Permaisuri menggelar rapat darurat ketika para tertua dan yang lainnya kembali memasuki istana, pengawal yang tersisa dan yang lainnya sibuk mengevakuasi korban dan membersihkan mayat di sekitar istana. Namun bagi permaisuri, situasi saat ini adalah keberuntungan yang sangat besar, sekutunya Astra yang selalu memperumit keadaan tiba-tiba menghilang dalam pandangan, anak yang tak dianggapnya Stefen, sedang mengalami kondisi kritis, sedangkan anak kandungnya Howard juga menghilang entah kemana sejak keruntuhan istana kaisar. Dengan cepat tanpa memikirkan persetujuan dari Stefen, ia langsung menyuruh beberapa pengawal untuk menyampaikan rapat darurat di kediaman permaisuri. Para tertua bahkan belum sempat mengganti pakaian mereka setelah pertarungannya dengan Laura, namun para pengawal mereka langsung memberitahukan pesan rapat berlangsung di kediaman permaisuri.Ketika permaisuri mendengar bahwa seseorang yang menyerang Stefen adalah wanita simpanannya sendiri, dia sangat gembira menden
Kabar kritis Stefen sampai ke telinga Astra di kediamannya. "Apa katamu? Stefen tidak sadarkan diri? Apa yang terjadi padanya selama ini?" Astra kaget mendapat kabar baru tentang Stefen yang kondisinya kritis. “Saya dengar Yang Mulia mogok makan berhari-hari, seminggu hanya minum satu gelas air hangat, rutinitasnya berburu binatang dan membagikannya kepada orang miskin, namun tubuhnya yang tidak seimbang menyebabkan dia dicakar oleh seekor beruang besar." Air mata Astra mengalir cukup deras tanpa suara, kedua telapak tangannya terkepal penuh haru. "Kenapa dia tidak berselera makan? Mungkinkah dia sedang merasa kehilangan aku atau... dia dibuat sedih oleh wanita berambut biru itu?" suara Howard teringat kembali, Howard pernah mengatakan padanya jika Red adalah Laura Estelle. Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu. Astra menatap dirinya di cermin, mata hijaunya menghilang, emosinya terkikis, kini ia telah kehilangan kekuatan sihir pemotongannya. Menjadi manusia biasa membuat
Baron berusaha membangunkan Laura dengan menepuk lembut pipinya, ia mengamati bagian tubuh Laura yang terlihat di hadapannya, ia tidak melihat satupun luka di tubuhnya, mengapa Laura sendirian dan terbaring seperti ini? dia benar-benar berniat untuk meninggalkan semuanya? Pikir Baron, yang ia tahu, Laura adalah wanita yang sangat kuat dan gigih. Untuk pertama kalinya dia melihat Laura terjatuh lemah seperti ini, melihat pahlawan wanita yang sangat berjasa atas kehidupannya, Baron merasakan sakit hati yang luar biasa karena telah gagal menjaganya dan membalas kebaikan Laura selama ini. “Laura, Laura, bisakah kamu mendengarku?!” panggil Baron dengan lembut. Tidak ada satupun pergerakan yang terlihat, di tengah hujan yang sangat deras dan angin kencang, Baron memaksakan diri untuk menempatkan Laura di atas kudanya. Meski dalam perjalanan Baron berharap Laura baik-baik saja, kini ia memikirkan keduanya dengan perasaan khawatir yang sama pada Stefen dan Laura. Mengapa kalian berdua t
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak