7 tahun yang lalu, setelah resmi menjadi wakil tentara bayaran SERK, Laura menghabiskan waktu hanya untuk menjadi seseorang yang paling dipercaya dan berguna bagi Stefen. Stefen adalah satu-satunya kakak sekaligus sahabat yang paling dipercaya baginya meskipun benih-benih cinta tumbuh seiringnya waktu, namun dia tidak berani mengutarakannya karena khawatir kebersamaannya akan renggang dan canggung, karena itu Laura mengesampingkan perasaannya. Bersama dengan Stefen adalah waktu yang paling berharga baginya. Ketika anggota SERK bekerja, Laura pasti akan meminta Stefen untuk beristirahat di suatu tempat dan mengunjunginya ke perpustakaan, mengumpulkan sejumlah informasi yang berguna untuk anggota SERK dan pengetahuan umum, tak heran dengan hal itu menjadikan dirinya ahli strategi SERK berkat kecerdasannya dalam menganalisis penjahat. "Dulu, aku sering berkunjung ke perpustakaan dan pergi di mana pun ada tempat kumpulan buku-buku hanya demi Stefen, aku ingin menjadi seseorang yang pali
"Beraninya dia melakukan hal ini!" gerutu Ritim di dalam hati.Ia pikir semuanya akan bisa dikendalikan olehnya, namun ternyata wanita bertubuh mungil itu memiliki nyali yang besar untuk menentangnya. Laura secara halus menghentikan dirinya menjadi mentor, ia sama sekali tidak menyangka jika Laura memiliki keberanian yang besar untuk melawannya balik bahkan ia bisa mendapatkan dorongan penuh dari Max untuk berhenti mengajar kapan saja, ini adalah pertama kali dia merasa terjatuh sebagai mentor terkemuka di kalangan bangsawan yang berlangsung cepat berakhir. Sialan kau! Laura, aku tidak akan memaafkanmu! Kau pikir dengan caramu seperti ini akan bisa menghentikanku? Mustahil! Ritim selalu menang, beraninya kau mencampuri urusan belahan jiwaku! Gerutu Ritim dalam hati. Max sedikit kurang nyaman untuk membahas tentang pemberhentian Ritim di hari pertamanya, ia memperhatikan wajah Ritim yang ekspresinya berubah menjadi dingin, Max sebenarnya sudah merasa puas dan percaya jika Ritim ada
"Di mana Stefen?" tanya Laura, saat pertama kali ia sadar, tuia mendengar suara Stefen dengan sangat nyata, namun ketika membalikkan badannya yang ia lihat bukanlah Stefen tapi Ritim, apa Ritim melakukan sesuatu padanya? Pikirnya. "Menarik! Kau tidak membutuhkan banyak waktu untuk menyingkirkan sihir ilusiku, sepertinya ada informasi yang belum kutemukan darimu!" ucap Ritim. Ilusi? "Stefen, Kaisar Ziarkia, orang yang sangat berarti bagimu, benar bukan?" "Apa yang telah kau lakukan padanya? Di mana dia?!" teriak Laura panik. Ia mengira bahwa Ritim telah menyakiti Stefen. Ritim tersenyum miring melihat raut wajah Laura yang cemas, ia sudah terkena jebakannya. Ia berjalan mengelilingi tubuh Laura sembari menelisik seluruh saraf di tubuh wanita itu dengan kekuatan sihir ilusi pesona dari matanya. "Dia tidak ada di sini, selamat datang dari alam jiwa Ritim." Tidak ada yang salah dan mencurigakan dari tubuh Laura, sama sekali tidak ada energi sihir, bahkan Lyra, jiwa yang hinggap di
"Aku kembali!" suara Laura dalam hati. Tangannya masih terasa sangat sakit karena ilusi itu terasa sangat nyata, nafasnya sangat berat seolah dia sudah dikejar-kejar sebagai penjahat. Suara bariton pria di sampingnya tak kuasa menahan diri dan langsung memeluk tubuhnya yang masih terkejut. "Syukurlah, akhirnya kau kembali!" "Ah!" ringisnya. Laura merasa pergelangannya basah dan terasa sakit, dia langsung mengangkat lengannya dan benar saja lengan kanannya itu terluka dengan luka dalam persis ketika ia berada di alam ilusi Ritim. "Itu benar-benar nyata." Max melihatnya dan ketika ia memeriksa arah tatapan Laura, ia terkejut melihat lengannya yang terluka. "Lenganmu! Tunggu di sini, aku akan panggilkan tabib!" Laura menahan lengan Max. "Tidak! Di mana Ritim?!" tanya Laura, setelah membuatnya terluka di dalam ilusi sihir Ritim, Laura menjadikan wanita itu adalah sosok yang sangat berbahaya, ia segera memberitahu kebenarannya pada Max selaku Pangeran Nest. "Dia adalah wanita yang s
"Hah, hah, hah" Nafas lelah dari masa lalu Lyra sebelum dirinya menyegel kekuatan dan bunuh diri. Seluruh tubuhnya memiliki bekas luka darah yang dia keluarkan untuk membangunkan rakyatnya melawan ras iblis, mereka telah berperang sengit untuk memperjuangkan Ziarkia, mereka terluka parah karena serangan raja iblis dan pasukannya. Raja Neon juga terluka parah karena sihir pengubah waktu dari Lyra. Keduanya sama-sama telah mengeluarkan seluruh kekuatannya, tak ada yang lebih unggul di antara mereka, namun Lyra sudah menghabiskan sebagian darahnya untuk memulihkan rakyatnya yang terluka dan menjadikan dirinya daging segar untuk seluruh ras termasuk Raja Neon yang paling terkuat di antara mereka."Luar biasa. Kau masih bisa bertarung meskipun darahmu sudah terkuras habis, bagaimana rasanya sekarat, Lyra?" tanya Neon cemooh.Lyra tidak sendirian menghadapi Raja Neon, ia menatap ada Kaisar ke 44 yang tak jauh dari pandangannya, namun sang kaisar berhasil terperangkap dari sihir Neon, peran
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Kenapa, kenapa aku diperlakukan seperti ini?" gumam seorang wanita. Ia merasa sangat asing dengan perlakuan beberapa orang yang memoles wajah dan tubuhnya, ada sekitar 5 orang yang meladeninya. Sebagai budak wanita yang sudah pernah terjual beberapa kali, kali ini ada yang berbeda dari biasanya, tidak ada cambukan, tidak ada perintah menjadi pelayan, justru dirinya diurus seperti seorang putri. Ia merasa canggung dan sangat malu, terlebih lagi memperlihatkan tubuhnya yang kurus dan penuh dengan bekas luka membuatnya enggan untuk melepas kain. Bukankah dirinya ini tidak berharga? Binatang peliharaan bahkan lebih berharga dari padanya karena dia hanya seorang budak. Waktu tak terasa cepat berlalu hingga persiapan wanita itu akhirnya selesai. Dia telah didandani dengan super cantik, bahkan ia tidak percaya jika pantulan wanita di dalam cermin adalah dirinya. "Apa ini benar-benar aku?" Ia menatap gaun yang dikenakan tampak begitu indah. Sungguh tak percaya jika ia mengenakan gaun semah