Setelah ditinggalkan Laura, halaman pribadi Max mengalami banyak perubahan, ada beberapa kelinci yang sangat lucu berlarian ke sana kemari dikelilingi oleh pohon dan bunga yang indah berwarna warni, membuat hirup udara di sekitar bercampur tenang dan wangi. Max memperhatikan Laura dari kejauhan selama pembelajaran berlangsung bersama Ritim, tapi Ritim sudah menyadarinya sejak awal. Setelah melihat bagaimana Max terlihat benar-benar jatuh cinta pada muridnya ini, Ritim menatap Laura yang sedang fokus membaca buku materi, ia penasaran dengan tanggapan Laura, seperti apa perasaannya terhadap pangeran tampan seperti Max? Jika saja dia yang ditatap seperti itu, ia tidak akan menunggu, berani untuk menyerahkan diri dan membiarkan dirinya tersentuh. Ia sudah menyatakan pada dirinya sendiri jika sejak awal dirinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama padanya, bahkan rela menyembunyikan dirinya yang lain dibalik seorang mentor bangsawan, Ritim juga salah satu dari ras iblis yang menyamar d
7 tahun yang lalu, setelah resmi menjadi wakil tentara bayaran SERK, Laura menghabiskan waktu hanya untuk menjadi seseorang yang paling dipercaya dan berguna bagi Stefen. Stefen adalah satu-satunya kakak sekaligus sahabat yang paling dipercaya baginya meskipun benih-benih cinta tumbuh seiringnya waktu, namun dia tidak berani mengutarakannya karena khawatir kebersamaannya akan renggang dan canggung, karena itu Laura mengesampingkan perasaannya. Bersama dengan Stefen adalah waktu yang paling berharga baginya. Ketika anggota SERK bekerja, Laura pasti akan meminta Stefen untuk beristirahat di suatu tempat dan mengunjunginya ke perpustakaan, mengumpulkan sejumlah informasi yang berguna untuk anggota SERK dan pengetahuan umum, tak heran dengan hal itu menjadikan dirinya ahli strategi SERK berkat kecerdasannya dalam menganalisis penjahat. "Dulu, aku sering berkunjung ke perpustakaan dan pergi di mana pun ada tempat kumpulan buku-buku hanya demi Stefen, aku ingin menjadi seseorang yang pali
"Beraninya dia melakukan hal ini!" gerutu Ritim di dalam hati.Ia pikir semuanya akan bisa dikendalikan olehnya, namun ternyata wanita bertubuh mungil itu memiliki nyali yang besar untuk menentangnya. Laura secara halus menghentikan dirinya menjadi mentor, ia sama sekali tidak menyangka jika Laura memiliki keberanian yang besar untuk melawannya balik bahkan ia bisa mendapatkan dorongan penuh dari Max untuk berhenti mengajar kapan saja, ini adalah pertama kali dia merasa terjatuh sebagai mentor terkemuka di kalangan bangsawan yang berlangsung cepat berakhir. Sialan kau! Laura, aku tidak akan memaafkanmu! Kau pikir dengan caramu seperti ini akan bisa menghentikanku? Mustahil! Ritim selalu menang, beraninya kau mencampuri urusan belahan jiwaku! Gerutu Ritim dalam hati. Max sedikit kurang nyaman untuk membahas tentang pemberhentian Ritim di hari pertamanya, ia memperhatikan wajah Ritim yang ekspresinya berubah menjadi dingin, Max sebenarnya sudah merasa puas dan percaya jika Ritim ada
"Di mana Stefen?" tanya Laura, saat pertama kali ia sadar, tuia mendengar suara Stefen dengan sangat nyata, namun ketika membalikkan badannya yang ia lihat bukanlah Stefen tapi Ritim, apa Ritim melakukan sesuatu padanya? Pikirnya. "Menarik! Kau tidak membutuhkan banyak waktu untuk menyingkirkan sihir ilusiku, sepertinya ada informasi yang belum kutemukan darimu!" ucap Ritim. Ilusi? "Stefen, Kaisar Ziarkia, orang yang sangat berarti bagimu, benar bukan?" "Apa yang telah kau lakukan padanya? Di mana dia?!" teriak Laura panik. Ia mengira bahwa Ritim telah menyakiti Stefen. Ritim tersenyum miring melihat raut wajah Laura yang cemas, ia sudah terkena jebakannya. Ia berjalan mengelilingi tubuh Laura sembari menelisik seluruh saraf di tubuh wanita itu dengan kekuatan sihir ilusi pesona dari matanya. "Dia tidak ada di sini, selamat datang dari alam jiwa Ritim." Tidak ada yang salah dan mencurigakan dari tubuh Laura, sama sekali tidak ada energi sihir, bahkan Lyra, jiwa yang hinggap di
"Aku kembali!" suara Laura dalam hati. Tangannya masih terasa sangat sakit karena ilusi itu terasa sangat nyata, nafasnya sangat berat seolah dia sudah dikejar-kejar sebagai penjahat. Suara bariton pria di sampingnya tak kuasa menahan diri dan langsung memeluk tubuhnya yang masih terkejut. "Syukurlah, akhirnya kau kembali!" "Ah!" ringisnya. Laura merasa pergelangannya basah dan terasa sakit, dia langsung mengangkat lengannya dan benar saja lengan kanannya itu terluka dengan luka dalam persis ketika ia berada di alam ilusi Ritim. "Itu benar-benar nyata." Max melihatnya dan ketika ia memeriksa arah tatapan Laura, ia terkejut melihat lengannya yang terluka. "Lenganmu! Tunggu di sini, aku akan panggilkan tabib!" Laura menahan lengan Max. "Tidak! Di mana Ritim?!" tanya Laura, setelah membuatnya terluka di dalam ilusi sihir Ritim, Laura menjadikan wanita itu adalah sosok yang sangat berbahaya, ia segera memberitahu kebenarannya pada Max selaku Pangeran Nest. "Dia adalah wanita yang s
"Hah, hah, hah" Nafas lelah dari masa lalu Lyra sebelum dirinya menyegel kekuatan dan bunuh diri. Seluruh tubuhnya memiliki bekas luka darah yang dia keluarkan untuk membangunkan rakyatnya melawan ras iblis, mereka telah berperang sengit untuk memperjuangkan Ziarkia, mereka terluka parah karena serangan raja iblis dan pasukannya. Raja Neon juga terluka parah karena sihir pengubah waktu dari Lyra. Keduanya sama-sama telah mengeluarkan seluruh kekuatannya, tak ada yang lebih unggul di antara mereka, namun Lyra sudah menghabiskan sebagian darahnya untuk memulihkan rakyatnya yang terluka dan menjadikan dirinya daging segar untuk seluruh ras termasuk Raja Neon yang paling terkuat di antara mereka."Luar biasa. Kau masih bisa bertarung meskipun darahmu sudah terkuras habis, bagaimana rasanya sekarat, Lyra?" tanya Neon cemooh.Lyra tidak sendirian menghadapi Raja Neon, ia menatap ada Kaisar ke 44 yang tak jauh dari pandangannya, namun sang kaisar berhasil terperangkap dari sihir Neon, peran
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
Kabar kritis Stefen sampai ke telinga Astra di kediamannya. "Apa katamu? Stefen tidak sadarkan diri? Apa yang terjadi padanya selama ini?" Astra kaget mendapat kabar baru tentang Stefen yang kondisinya kritis. “Saya dengar Yang Mulia mogok makan berhari-hari, seminggu hanya minum satu gelas air hangat, rutinitasnya berburu binatang dan membagikannya kepada orang miskin, namun tubuhnya yang tidak seimbang menyebabkan dia dicakar oleh seekor beruang besar." Air mata Astra mengalir cukup deras tanpa suara, kedua telapak tangannya terkepal penuh haru. "Kenapa dia tidak berselera makan? Mungkinkah dia sedang merasa kehilangan aku atau... dia dibuat sedih oleh wanita berambut biru itu?" suara Howard teringat kembali, Howard pernah mengatakan padanya jika Red adalah Laura Estelle. Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu. Astra menatap dirinya di cermin, mata hijaunya menghilang, emosinya terkikis, kini ia telah kehilangan kekuatan sihir pemotongannya. Menjadi manusia biasa membuat
Baron berusaha membangunkan Laura dengan menepuk lembut pipinya, ia mengamati bagian tubuh Laura yang terlihat di hadapannya, ia tidak melihat satupun luka di tubuhnya, mengapa Laura sendirian dan terbaring seperti ini? dia benar-benar berniat untuk meninggalkan semuanya? Pikir Baron, yang ia tahu, Laura adalah wanita yang sangat kuat dan gigih. Untuk pertama kalinya dia melihat Laura terjatuh lemah seperti ini, melihat pahlawan wanita yang sangat berjasa atas kehidupannya, Baron merasakan sakit hati yang luar biasa karena telah gagal menjaganya dan membalas kebaikan Laura selama ini. “Laura, Laura, bisakah kamu mendengarku?!” panggil Baron dengan lembut. Tidak ada satupun pergerakan yang terlihat, di tengah hujan yang sangat deras dan angin kencang, Baron memaksakan diri untuk menempatkan Laura di atas kudanya. Meski dalam perjalanan Baron berharap Laura baik-baik saja, kini ia memikirkan keduanya dengan perasaan khawatir yang sama pada Stefen dan Laura. Mengapa kalian berdua t
Seminggu setelah Stefen siuman, Stefen mendapat balasan dari Kirim yang kembali membawa pesan tentang Laura, namun mirisnya Stefen mendapat kabar yang menyedihkan, hadiah yang diberikannya tidak diterima dan yang lebih mengejutkannya adalah Laura meninggalkan Nest dan juga Ziarkia, dia sangat sedih mendengar hal itu, ia melampiaskan emosinya dan kembali berburu ditemani para pengawalnya, gambaran mimpi buruk selalu muncul di benaknya dan tidak pernah berhenti. "Enyahlah di hadapanku!." Kata-kata Laura sangat menusuk, membuatnya kehilangan semangat hidup, betapapun dia mengalihkannya untuk berburu, dia masih terus mengingat kata-kata itu berulang kali. Suatu ketika seekor beruang besar hampir terjatuh menimpa tubuhnya yang lebih kecil. Para penjaga sudah siap turun tangan membantu Stefen, namun dengan cepat menggunakan jurus pedang tankendon, beruang besar itu terluka. Darah kental beruang itu muncrat ke seluruh tubuh Stefen. Stefen berbalik dan pergi dengan tatapan kosong, sementar
Max tersulut emosi dengan ucapan Kirim, semua hanya karena ikrar ketika wilayah kekuasaannya berhasil diambil alih menjadi milik Ziarkia. Mau tak mau ada beberapa penegasan yang menjadikan dirinya tak bisa melawan balik. Kirim bisa menatap mata tegas itu sebagai emosi Max yang sangat kontras, sehingga ia memberi cibiran padanya. "Kalau tatapan itu bisa membunuh! Aku yakin bahwa itu sudah bisa menebak keinginan hasrat untuk membunuhku!" Terdengar kasar jika kalimat itu dilontarkan di hadapan wanita yang dicintai Max. "Dengar, Kirim, aku bisa mengusirmu sekarang juga dan melarangmu untuk datang kemari lagi!" Max tidak ingin jika wanita yang ia cintai melihat emosi dirinya yang berapi-api dia sungguh menjaga martabat itu, agar Laura bisa memandangnya sebagai pria yang baik dengan penuh ketulusan. Tapi tak bisa dipungkiri lagi jika perang saling tatap terus berlanjut antara dirinya dan kirim. "Coba saja kalau bisa!" ucap Kirim melawan balik dengan menatap matanya.. Laura ha
Seminggu kemudian, kehidupan di Nest aman terkendali, Laura mulai mendapatkan pelajaran baru tentang pedang, guru yang melatihnya terlihat tangguh dan juga lincah, wajahnya terlihat sangar dan menakutkan namun ternyata pria itu sedikit periang dan juga suka bercanda dengannya. Laura yang sudah sangat lama tidak berlatih pedang merasa gerakannnya kembali kaku, ia mendapatkan kesulitan mengimbangi tubuh saat berlatih bersama gurunya yang berkulit sawo matang, rambutnya panjang hingga di kucir di belakang, namun ia memiliki penampilan yang sangat gagah dan juga telaten. Bunyi perlawanan pedang masih terus berlanjut, Laura sudah merasa terintimidasi oleh serangan gurunya, hingga dalam gerakan terakhir berhasil membuat pedangnya terjatuh, sang guru memintanya beristirahat. hah hah hah suara helaan nafas Laura. "Luar biasa, Nona. Ini baru perlatihan pertama, tapi gerakanmu terlihat sudah terbiasa memakai pedang," puji guru. Laura tersenyum setelah mendengar pujian dari gurunya, rasa
Pencarian Ritim masih terus dilakukan hingga malam hari, Max telah memerintahkan seluruh bawahannya untuk tidak menyerah dan mengeluh sampai Ritim ditemukan. Terlalu lama menunggu, ia akhirnya kembali menemui Laura di kamarnya. Di belakang pintu, ia hendak mengetuk tapi perlahan ia urungkan niatnya karena merasa gagal melindungi Laura dari bahaya, karena merasa malu untuk bertatap muka, Max hanya mampu berkata dibalik pintu mencoba memanggil namanya. "Laura, apa kau sudah tidur?" tanyanya dengan suara yang rendah. Laura masih terisak, hatinya masih mengingat segelintir ingatan yang kembali padanya, mendengar suara Max, ia langsung membuka pintu dan menyenderkan kepalanya. Max tertegun sebentar hingga ia perlahan membalas Laura dengan pelukan. Saat ini Laura merasa sedikit stress antara keberuntungan dan kesedihan yang membuatnya bertahan hidup selama ini ternyata telah lama dalam lingkaran ramalan ibunya. Ia membutuhkan sandaran untuk hatinya yang sedang bersedih, dan Max tepat di
Ritim sudah hampir sekarat semenjak ia melarikan diri dari Nest. Ini adalah pertama kalinya ia merasa sesak nafas karena bau darah yang menyengat dari Laura, ia bertanya-tanya pada dirinya mengapa ia merasakan hal itu? Tidak bisa mendekatinya dan melarikan diri. Kesal disertai dengan emosi karena terpaksa berpisah dengan pangeran Max yang sangat dicintainya. Kembali ke Black Hall tempat persembunyian ras iblis Raja Neon, dengan nafas yang tersenggal dan langkah kaki yang kikuk, Ritim terus memaksakan diri untuk terus berjalan. Howard yang kebetulan berjalan tak sengaja memperhatikannya di kejauhan, ia melihat Ritim dengan wajah yang pucat dan melihat wanita itu terus berteriak. "Panggil Raja Neon, sekarang! Cepat!" teriak Ritim pada bawahan yang sedang berjaga. Tak kunjung lama Raja Neon datang menghampirinya, Howard yang berada di kejauhan penasaran dengan apa yang sedang dia lihat di hadapannya, ia pun dengan hati-hati bersembunyi untuk memperhatikan Raja Neon dan Ritim mengobrol
"Ibu, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya seorang laki-laki remaja yang berdiri dengan penasaran melihat penyihir wanita itu bersiap-siap membuka pakaian Laura yang saat itu masih anak-anak dan terbaring di atas kasur dengan tak berdaya. "Aku melihat ada malapetaka untuknya setelah ini, tapi, aku ingin dia bisa hidup seperti anak normal lainnya, di bawah sinar matahari dan melihat benda-benda indah di sekelilingnya," balasnya. Sejak Laura terlahir ke bumi, ia sudah memiliki penyakit langka yang membuat dirinya tidak bisa dekat dengan matahari dan bulan. Ia hanya bisa berdiam di rumah dengan tubuh yang memiliki banyak tanda seperti luka bakar. Penyakitnya ini membuatnya sangat menderita hingga dirinya tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi dan memilih untuk tidak bicara pada siapa pun. Tidak dibiarkan keluar, menatap teman sebaya yang terdengar bergembira di lapangan membuatnya sangat iri. Betapa dirinya hidup dengan tubuh yang begitu lemah, hingga ia merasa berkecil hati dan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neon dengan mata yang terbelalak, ia terkejut karena ia kembali pada waktu sebelumnya menyerang, dirinya di tempat yang sama dan melihat rakyat Ziarkia baik-baik saja, dia masih mengingat apa yang dia lakukan sebelumnya karena hampir menyerang seluruh pengawal di Ziarkia. Namun yang lebih mengejutkan adalah ia menatap Lyra di hadapannya berdiri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya."Apa kau sudah gila! Kau benar-benar memilih mati!" teriak Neon.Lyra tidak bergeming, kepalanya sudah mulai terasa berat dan matanya menjadi remang-remang, kekuatannya sudah diambang batas.Sementara Raja Ziarkia yang masih terperangkap dalam sangkar salju tak kuasa menahan derita dan terus memukul sangkar salju, berharap ia bisa membantu Lyra yang sudah berkorban untuk Ziarkia.Lyra menatap kekasihnya dengan senyuman yang sangat tulus, ada perasaan yang sangat bersalah di dalam hatinya ketika ia memandang pandangan Neon dan kekasihnya."Semua ini salahku! Jika saja ak