Dengan dukungan Victoria dan lingkungan yang tenang di mansion Alex, Luna merasa lebih aman dan nyaman. Dia bisa fokus pada pemulihannya serta melanjutkan pendidikannya meskipun sedang cuti kuliah.Alex, yang sibuk dengan perkembangan perusahaannya, memutuskan untuk menyewa dua tutor pribadi untuk membantu Luna dalam proses pembelajarannya. Tutor-tutor ini ahli di bidang mereka masing-masing dan siap membantu Luna memperoleh pemahaman yang mendalam dalam mata pelajaran yang ia pelajari.Luna bertemu dengan tutor pertamanya, Sarah, yang merupakan tutor matematika. Sarah adalah seorang pengajar yang sabar dan penuh dedikasi. Ia membantu Luna memahami konsep-konsep matematika yang sebelumnya sulit baginya. Luna merasa senang memiliki seseorang yang bersedia memberikan waktu dan perhatian ekstra untuk membantunya.Tutor kedua, David, adalah seorang tutor bahasa Inggris. David memiliki pengalaman dalam mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Dia membantu Luna meningkatkan keterampila
Sore itu, sinar matahari perlahan turun menjelang senja, mewarnai langit dengan nuansa oranye yang indah. Di tepi kolam renang yang tenang, Alex dan Luna sedang berenang bersama. Air kolam mengalir dengan riak kecil, menciptakan suasana yang menenangkan. Meskipun berenang bersama, ada sebuah kesepakatan diam-diam di antara mereka: mereka tidak akan membicarakan masalah yang melibatkan Giollardi. Alih-alih, mereka berusaha menjaga keasyikan dan menikmati waktu bersama.Luna melayang di atas permukaan air dengan keanggunan seorang perenang profesional. Air berkejaran di sekelilingnya ketika ia membelahnya dengan gerakan yang lembut. Alex, di sisi lain, mengejar Luna dengan penuh semangat. Ia melompat dari tepi kolam dan mencoba mengejar Luna yang sudah beberapa langkah di depannya."Tunggu aku, Luna!" teriak Alex, sambil berenang dengan cepat mencoba mengejar Luna. "Kau benar-benar cepat!"Luna tersenyum melihat upaya Alex untuk mengejarinya. "Ayo, Alex! Jangan menyerah! Kau bisa mengej
Setelah lamarannya diterima dengan sukacita, semangat Alex untuk meraih masa depan yang cerah semakin membara. Ia merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam menjalani setiap harinya. Keesokan paginya, Alex bangun lebih awal dari biasanya dengan semangat yang menyala-nyala.Begitu matahari terbit, Alex sudah siap untuk memulai hari kerjanya di Dellmen Group. Dengan pakaian yang rapi dan energi yang memancar, ia melangkah keluar dari rumahnya dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Ia memiliki visi besar dan cita-cita yang ingin diwujudkan.Ketika Alex tiba di kantor, suasana keramaian dan semangat kerja tampak mengisi udara. Ia menyapa rekan-rekan kerjanya dengan ramah dan penuh antusiasme. Bekerja di Dellmen Group adalah bagian dari impian Alex, dan ia bersyukur memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam perusahaan tersebut.Alex menyusuri lorong-lorong kantor, berpapasan dengan rekan kerjanya, dan tiba di meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan pekerjaan. Tanpa ragu, ia langsun
Setelah Luna selesai mengantarkan masakannya ke ruang makan dan menemani Alex makan siang, dia melihat Bibi Victoria tiba-tiba muncul di perusahaan tempatnya bekerja. Luna langsung menghampiri Bibi Victoria dengan senyum lebar di wajahnya."Bibi Victoria! Wah, senang sekali bisa bertemu dengan bibi di sini. Ada apa bibi datang ke perusahaan?""Halo, Luna! Aku sedang berada di kota ini untuk urusan bisnis dan kebetulan harus mengunjungi beberapa perusahaan. Jadi, aku pikir kenapa tidak mampir ke tempat kerjamu sekalian?""Oh, begitu ya. Senang sekali bisa bertemu dengan bibi di sini. Bagaimana kabar bibi? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.""Kabar baik, sayang. Kamu terlihat semakin cantik dan ceria seperti biasa. Oh ya, aku mendengar kamu baru saja mengantarkan masakan untuk para karyawan. Itu ide yang bagus! Jadi, apa rencanamu selanjutnya setelah ini?""Terima kasih, bibi. Setelah ini, aku tidak memiliki rencana khusus. Saya pikir saya hanya akan kembali ke kantorku dan melanjutk
Pada suatu pagi yang cerah, pelaminan telah disiapkan dengan indah. Luna, wanita cantik dengan senyum yang memikat, mengenakan gaun putih mewahnya dengan hati yang berdebar-debar. Di sampingnya, Alex, pria tampan dengan tatapan penuh cinta, memakai setelan jas hitam yang elegan. Mereka berdua melangkah dengan percaya diri menuju pelaminan yang dihiasi bunga-bunga segar dan sorotan cahaya yang lembut. Luna: (sambil tersenyum bahagia) Akhirnya, kita sampai di titik ini, Alex. Siapa sangka kita akan berakhir di sini, di pelaminan. Alex: (sambil memandang Luna dengan penuh kasih) Ya, Luna. Aku tidak pernah berpikir bahwa kita akan berakhir seperti ini. Tetapi, aku yakin bahwa kita telah melewati banyak rintangan dan menghadapi segala macam cobaan bersama-sama. Luna: (menggenggam erat tangan Alex) Memang, Alex. Perjalanan kita tidak mudah. Awalnya, aku hanya melihatmu sebagai lelaki cadangan, seseorang yang dapat memberiku kenyamanan dan kehangatan saat suamiku tidak ada. Tapi, semua ber
"Antarkan aku ke klub!" Ucap Luna kepada Alex yang segera menyiapkan mobil untuknya.Malam sudah menunjukkan pukul sebelas, tapi Luna justru memilih meninggalkan rumah mewahnya.Dengan pakaian serba mini seperti ini, siapa yang akan meyangka jika Luna adalah seorang Nyonya di Keluarga Hugo. Ya, Luna memang istri dari Giolardo Hugo atau lebih dikenal dengan Presdir Gio.Suaminya itu adalah orang paling kaya di kota ini, banyak sekali cabang bisnisnya yang menyebar di berbagai bidang. Sayangnya, Luna hanyalah istri kedua di keluarga Hugo sehingga dia hanya mendapatkan kunjungan sesukanya saja dari sang suami yang memilih tetap bersama dengan istri pertamanya yang bernama Vanya."Nyonya, Anda seharusnya mengenakan mantel. Di luar salju cukup tebal," Alex mengingatkan."Jangan sok ngatur! Aku mau a, b,c,d, itu urusanku! Kau hanya harus mengemudi dengan baik!" Jawab Luna sambil melenggang pergi meninggalkan mobil.Alex pun mengikutinya. Dia memang bukan pengawal untuk Luna, tapi seringkali
Luna tengah asyik dengan game konsolnya, wanita ini menghabiskan kejenuhan harinya dengan bermain game di PS5 yang ada di unitnya. Meninggali sebuah griya tawang megah sendirian hanya dengan seorang pelayan dan sopir membuat Luna sering kali merasa jenuh dan bosan.TappTappSuara derap langkah terdengar mendekat, Luna nyaris tidak menyadarinya."Kau hanya sibuk dengan game?" Ucap Gio yang sudah berdiri di sebelahnya sambil melonggarkan dasi membuat Luna melongo."Kamu? Tumben sekali kamu datang,"ucap Luna sambil memperbaiki posisi duduknya."Aku tidak akan lama, kau tak merindukanku?" Ucap Gio sambil merapatkan tubuhnya di sebelah Luna."Kau juga tidak pernah peduli dengan kerinduanku,kenapa aku harus peduli denganmu?" Gerutu Luna."Jadi kau marah? Kau justru semakin manis jika marah," rayu Gio."Menyebalkan!"Namun gerutuan Luna pun tak lagi terdengar setelahnya, yang ada kini hanya tinggal suara desah manja dan juga erang kenikmatan dari keduanya. Pergumulan panaspun tak terhindark
Dengan kecepatan yang sedang, Alex melajukan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan yang selalu menjadi langganan Luna. Tapi kali ini, majikannya itu justru memintanya memutar balik dari pusat perbelanjaan tersebut menuju ke arah luar kota.“Aku ingin berkunjung ke tempat ini sekarang juga!” ucap Luna sambil menyodorkan sebuah foto dan alamat di dalam ponselnya itu untuk dibaca oleh Alex.Tak butuh banyak perbincangan, Alex pun segera menekan alamat yang tertulis dan memindainya melalui monitor GPS yang terpasang di dalam mobilnya.Mobil yang didesain dengan fitur-fitur canggih ini, dilengkapi juga dengan mesin pencari dari Google untuk menentukan lokasi tujuan tanpa harus lagi sibuk dengan ponsel pengemudinya.Untuk sejenak, Alex sempat berpikir di dalam hatinya.“Kenapa Nyonya ini mengajak ku ke sebuah resort private yang berada di luar kota? Bagaimana jika Tuan Gio mendadak datang ke rumah?” ucap Alex di dalam hatinya.“Ah, masa bodohlah itu,” ujarnya membatin sambil terus melaj
Pada suatu pagi yang cerah, pelaminan telah disiapkan dengan indah. Luna, wanita cantik dengan senyum yang memikat, mengenakan gaun putih mewahnya dengan hati yang berdebar-debar. Di sampingnya, Alex, pria tampan dengan tatapan penuh cinta, memakai setelan jas hitam yang elegan. Mereka berdua melangkah dengan percaya diri menuju pelaminan yang dihiasi bunga-bunga segar dan sorotan cahaya yang lembut. Luna: (sambil tersenyum bahagia) Akhirnya, kita sampai di titik ini, Alex. Siapa sangka kita akan berakhir di sini, di pelaminan. Alex: (sambil memandang Luna dengan penuh kasih) Ya, Luna. Aku tidak pernah berpikir bahwa kita akan berakhir seperti ini. Tetapi, aku yakin bahwa kita telah melewati banyak rintangan dan menghadapi segala macam cobaan bersama-sama. Luna: (menggenggam erat tangan Alex) Memang, Alex. Perjalanan kita tidak mudah. Awalnya, aku hanya melihatmu sebagai lelaki cadangan, seseorang yang dapat memberiku kenyamanan dan kehangatan saat suamiku tidak ada. Tapi, semua ber
Setelah Luna selesai mengantarkan masakannya ke ruang makan dan menemani Alex makan siang, dia melihat Bibi Victoria tiba-tiba muncul di perusahaan tempatnya bekerja. Luna langsung menghampiri Bibi Victoria dengan senyum lebar di wajahnya."Bibi Victoria! Wah, senang sekali bisa bertemu dengan bibi di sini. Ada apa bibi datang ke perusahaan?""Halo, Luna! Aku sedang berada di kota ini untuk urusan bisnis dan kebetulan harus mengunjungi beberapa perusahaan. Jadi, aku pikir kenapa tidak mampir ke tempat kerjamu sekalian?""Oh, begitu ya. Senang sekali bisa bertemu dengan bibi di sini. Bagaimana kabar bibi? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.""Kabar baik, sayang. Kamu terlihat semakin cantik dan ceria seperti biasa. Oh ya, aku mendengar kamu baru saja mengantarkan masakan untuk para karyawan. Itu ide yang bagus! Jadi, apa rencanamu selanjutnya setelah ini?""Terima kasih, bibi. Setelah ini, aku tidak memiliki rencana khusus. Saya pikir saya hanya akan kembali ke kantorku dan melanjutk
Setelah lamarannya diterima dengan sukacita, semangat Alex untuk meraih masa depan yang cerah semakin membara. Ia merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam menjalani setiap harinya. Keesokan paginya, Alex bangun lebih awal dari biasanya dengan semangat yang menyala-nyala.Begitu matahari terbit, Alex sudah siap untuk memulai hari kerjanya di Dellmen Group. Dengan pakaian yang rapi dan energi yang memancar, ia melangkah keluar dari rumahnya dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Ia memiliki visi besar dan cita-cita yang ingin diwujudkan.Ketika Alex tiba di kantor, suasana keramaian dan semangat kerja tampak mengisi udara. Ia menyapa rekan-rekan kerjanya dengan ramah dan penuh antusiasme. Bekerja di Dellmen Group adalah bagian dari impian Alex, dan ia bersyukur memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam perusahaan tersebut.Alex menyusuri lorong-lorong kantor, berpapasan dengan rekan kerjanya, dan tiba di meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan pekerjaan. Tanpa ragu, ia langsun
Sore itu, sinar matahari perlahan turun menjelang senja, mewarnai langit dengan nuansa oranye yang indah. Di tepi kolam renang yang tenang, Alex dan Luna sedang berenang bersama. Air kolam mengalir dengan riak kecil, menciptakan suasana yang menenangkan. Meskipun berenang bersama, ada sebuah kesepakatan diam-diam di antara mereka: mereka tidak akan membicarakan masalah yang melibatkan Giollardi. Alih-alih, mereka berusaha menjaga keasyikan dan menikmati waktu bersama.Luna melayang di atas permukaan air dengan keanggunan seorang perenang profesional. Air berkejaran di sekelilingnya ketika ia membelahnya dengan gerakan yang lembut. Alex, di sisi lain, mengejar Luna dengan penuh semangat. Ia melompat dari tepi kolam dan mencoba mengejar Luna yang sudah beberapa langkah di depannya."Tunggu aku, Luna!" teriak Alex, sambil berenang dengan cepat mencoba mengejar Luna. "Kau benar-benar cepat!"Luna tersenyum melihat upaya Alex untuk mengejarinya. "Ayo, Alex! Jangan menyerah! Kau bisa mengej
Dengan dukungan Victoria dan lingkungan yang tenang di mansion Alex, Luna merasa lebih aman dan nyaman. Dia bisa fokus pada pemulihannya serta melanjutkan pendidikannya meskipun sedang cuti kuliah.Alex, yang sibuk dengan perkembangan perusahaannya, memutuskan untuk menyewa dua tutor pribadi untuk membantu Luna dalam proses pembelajarannya. Tutor-tutor ini ahli di bidang mereka masing-masing dan siap membantu Luna memperoleh pemahaman yang mendalam dalam mata pelajaran yang ia pelajari.Luna bertemu dengan tutor pertamanya, Sarah, yang merupakan tutor matematika. Sarah adalah seorang pengajar yang sabar dan penuh dedikasi. Ia membantu Luna memahami konsep-konsep matematika yang sebelumnya sulit baginya. Luna merasa senang memiliki seseorang yang bersedia memberikan waktu dan perhatian ekstra untuk membantunya.Tutor kedua, David, adalah seorang tutor bahasa Inggris. David memiliki pengalaman dalam mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Dia membantu Luna meningkatkan keterampila
Demi kesehatan mental Luna yang semakin memburuk, Alex membuat keputusan penting untuk mengajukan cuti kuliah bagi Luna. Dia menyadari bahwa perlu ada waktu dan ruang yang cukup bagi Luna untuk pulih dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkannya.Alex segera menghubungi sekretarisnya, Kim, untuk mengurus proses pengajuan cuti kuliah Luna. Kim dengan sigap mengurus semua administrasi yang dibutuhkan, berkomunikasi dengan pihak kampus, dan memastikan bahwa Luna mendapatkan cuti yang diperlukan.Sementara itu, Alex merencanakan langkah selanjutnya untuk membantu Luna dalam proses pemulihannya. Dia memutuskan untuk membawa Luna ke mansionnya di luar kota, tempat yang tenang dan terisolasi dari sorotan media dan kehidupan sehari-hari yang penuh tekanan.Ketika Luna tiba di mansion, dia disambut oleh pemandangan yang menakjubkan. Mansion itu dikelilingi oleh kebun yang indah, dengan pemandangan pegunungan yang menghijau di kejauhan. Alex telah mempersiapkan segala sesuatu dengan penuh perhati
Alex kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi Luna."Kau ini sudah seperti pejabat saja ya! Susah sekali untuk aku hubungi!" cecar Luna dari seberang telepon.Alex menjauhkan ponselnya karena telinganya terasa sangat sakit akibat suara lantang Luna tersebut."Apa yang kau tertawakan?" tanya Alex kepada sang asisten yang tengah tersenyum memandangnya.Kim pun segera menundukkan wajahnya, tak berani lagi memandangi Alex."Baik Nyonya, aku akan segera menjemput Anda," ucap Alex.Diseberang sana, Luna segera memutuskan sambungan teleponnya."Hufht!" Alex menghembuskan napasnya dengan kasar setelah menyadari jika Luna sangat marah karena dia terlambat menjemputnya."Kim, selesaikan semua urusan perusahaan dan jangan lupa untuk menjadwalkan meeting kita dengan Giolardi!" Alex mengatakannya sambil menyambar kunci yang tergeletak di hadapannya. Pria itu kemudian bergegas pergi.Kim kemudian tersenyum sambil memandangi Alex yang sudah pergi menjauh. "Rumah ini akan segera hangat jika T
Pagi yang cerah menyambut Alex, ia duduk santai di teras megah mansion-nya. Cahaya matahari yang hangat menyinari wajahnya saat ia memandangi kebun yang indah dan megah di sekelilingnya. Namun, di balik kedamaian dan keindahan itu, ada satu pikiran yang terus menghantuinya - bagaimana cara untuk menguasai aset Giolardi.Alex merenung sangat dalam. "Aku harus menemukan cara untuk mendapatkan kendali penuh atas aset Giolardi. Itu adalah kesempatan besar yang tidak boleh kulewatkan."Sementara Alex memikirkan rencana balas dendamnya, suara langkah kaki datang mendekat dari belakang.Victoria memasuki teras. "Pagi, Alex. Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat begitu serius."Alex tersenyum tipis. "Pagi, Victoria. Aku sedang memikirkan strategi baru untuk menguasai aset Giolardi. Aku yakin ada celah di mana aku bisa masuk dan mengambil alih semuanya."Victoria begitu terkejut. "Mengambil alih? Tapi itu adalah perusahaan besar dengan banyak cabang di seluruh dunia. Bagaimana mungkin ka
Luna baru saja turun dari taksi ketika langkahnya terhenti oleh seseorang yang memanggil namanya dengan sangat lantang dari arah trotoar jalan sebelah kiri. "Akhirnya aku bisa puas mengetahui dan melihatmu berada di sini.Bagaimana rasanya tanpa sopir pribadi tanpa kehidupan yang mewah dan juga tanpa suplai dari suamiku yang kau rebut dengan cara yang rendah!" Susan mengatakannya dengan berapi-api. Luna yang baru menyadari jika si pemanggil itu ternyata adalah istri sah Gio pun hanya bisa tersenyum kecut mendengarkan semua ocehan wanita itu yang bisa dengan sangat jelas didengar oleh mahasiswa lain rekan-rekan di kampusnya yang berlalu lalang saat ini. "Aku rasa kita tidak punya urusan apapun Susan. Berhenti mengganggu dan mengusik hidupku karena sekarang Itu bukan lagi urusanku," ujar Luna sambil mencebik dan kembali melangkah meninggalkan Susan. Luna mengira jika Susan akan berhenti di sana, tapi ternyata perkiraannya itu meleset. Susan justru mempercepat langkahnya lalu menarik l