Selanjutnya Tamperan membuat berita bahwa ada orang yang membunug Premana Dikusumah di pertapaan. Sementara dia tidak bisa menyelamatkannya karena terlambat.
Sehingga hanya bisa membunuh si pembunuh saja. Itu juga karena terpaksa, sebab diapun katanya hampir terbunuh. Ilmu si pembunuh cukup tinggi.Pada waktu itu orang-orang percaya saja dengan keterangan Tamperan. Padahal tanpa sepengetahuan Tamperan, ada orang yang menyaksikannya, tapi tidak berani bicara.Orang ini kebetulan anak buahnya Aki Balangantrang yang sebenarnya adalah Bimaraksa yang sedang menyusun kekuatan untuk merebut Galuh kembali, karena dia masih dendam kepada Sanjaya.Kemudian Tamperan menikahi kedua jandanya Premana. Dalam jarak waktu yang sedikit. Pangrenyep melahirkan anak dari Tamperan yang diberi nama Banga.Disusul kemudian Naganingrum juga melahirkan anak dari Premana Dikusumah yang diberi nama Manarah. Tamperan mengangkat Pangrenyep sebagai permaisuri utama.Berbahaya jika Rana Surya alias Dewata Kala sampai menang. Bisa-bisa terulang dari geger yang dulu dibuat oleh Kala Cengkar.Sampai sepeminuman teh berlalu. Sampai tempat itu porak poranda. Sampai pakaian mereka sobek di beberapa tempat. Udara dingin berubah bagai dalam kobaran api.Mereka masih terpatok di tempatnya. Pertarungan tenaga halus masih berlangsung. Namun, kekuatannya semakin lama semakin mengendur.Kameswara juga bisa memperkirakan seandainya dia yang melawan Dewata Kala, mungkin tidak akan bisa menang.Hingga akhirnya...Blarrr!!!Ledakan amat dahsyat terjadi di tengah-tengah mereka. Ledakan yang menimbulkan tenaga hentakan sangat kuat hingga membuat tubuh ayah dan anak terpental ke belakang.Kameswara segera berkelebat menolong mereka sebelum jatuh. Otomastis sosok mereka menghilang setelah dipegang Kameswara yang masih mengaktifkan Rompi Nyumput Buni.Sementara Dewata Kala masih berdiri kuat. Dia
Karena sangat penasaran dan ingin segera mewujudkan harapannya, Dewata Kala akhirnya mendatangi kediaman Si Tapak Angin.Kalau semula menantang bertarung di tempat lain biar bisa dilihat oleh pendekar lain walau sembunyi-sembunyi menyaksikannya.Akan tetapi sekarang sudag kadung ingin membunuh pendekar tua satu itu, sekalian dengan anak dan muridnya,.Maka Rana Surya yang menjelma jadi manusia setengah siluman ini menyatroni rumah si Tapak Angin.Belum sampai di sana dia berpapasan dengan salah satu murid Tapak Angin yang langsung ngacir karena ketakutan. Dewata Kala mengumbar tawanya.Sejak dari jauh mula dia sudah mengirimkan hawa sakti untuk menyerang. Baginya sekarang si Tapak Angin hanyalah sampah yang tidak berguna."Tapak Angin, kemana pun kau sembunyi tidak akan mengubah takdir kematianmu!" teriak Dewata Kala sebelum memasuki pintu pagar rumah Tapak Angin.Namun, alangkah terkejutnya ketika sampai di sana. Keadaa
Dua telapak tangan Dewata Kala langsung menutup telinganya. Padahal tidak mendengar apapun, tapi seolah ada suara yang sangat memekak telinga dan membuat panas seluruh tubuh."Ilmu apa ini!" Muka Rana Surya memerah bagai terpanggang.Hawa sakti yang dilepaskan perlahan mengendur. Dalam jiwa Dewata Kala entah kenapa ada rasa takut melihat Kameswara. Dadanya berdebar kencang."Si keparat ini seolah tidak ada habis ilmunya, aku tidak mau mati konyol sekarang. Aku harus menyempurnakan kekuatan siluman sepenuhnya!"Pada saat itu Kameswara hendak mengeluarkan ajian Serap Sukma, tapi mendadak saja Dewata Kala membanting tangan ke tanah.Blarrr!Asap hitam meledak menutupi pemandangan Kameswara, beberapa saat kemudian soson Dewata Kala lenyap dari tempat itu."Hah, dia kabur!" umpat Kameswara. "Bacaan wirid memang ampuh, tapi tetap aku mencari Dewi Payung Terbang untuk mendapatkan cara menyegelnya!"Ketika menengok ke b
Manarah tarik tenaga dalam lalu meloncat setinggi satu tombak. Selagi melayang di udara dia memutar badan sambil menghentakkan dua tangan.Wush! Braat!Sebelum ujung pedang sampai pada sasaran, segelombang angin padat berbentuk lingkaran menghempas bagai dinding penghalang melabrak dua belas penyerang sampai terpental kembali ke belakang.Di sisi lain hampir bersamaan dengan serangan selusin pedang ini, dari segala arah melesat puluhan anak panah mengarah satu titik di tengah.Serangan ini bagian Aki Balangantrang yang mengurus, dia hanya mengangkat tangan kanan lurus ke atas dengan telapak tangan terbuka.Wushh! Byarr!Puluhan anak panah terpental kembali ketika baru setengah jalan. Gelombang angin yang keluar dari telapak tangan Bimaraksa lebih dahsyat lagi.Dua belas pendekar bayaran sudah siap menyerang lagi. Jika tadi menyerang secara bersamaan, kini mereka membagi tiga lapis serangan.Empat orang pertama m
Di depan gua terdapat dua angin puyuh yang saling mengejar. Menerbangkan daun-daun baik yang masih basah atau sudah kering ke angkasa.Pusaran anginnya tampak berbeda warna. Yang satu merah dan satunya biru.Dewata Kala sudah berdiri di mulut goa. Dia tidak berani sampai keluar sana. Ini pertarungan dua makhluk alam lelembut.Sosoknya tidak kelihatan, tapi dia bisa merasakan energinya yang sangat kuat."Ini pasti Blotong, siapa yang satunya. Apa mungkin peliharaannya Kameswara?"Seandainya dia sudah sepenuhnya menjadi siluman, mungkin dia akan turun membantu Blotong. Namun, kalaupun benar rasanya dia tidak sudi membantu.Bukanlah justru Blotong adalah budaknya. Dia hanya memanfaatkan mahkluk itu untuk kepentingan diri sendiri. Blotong diperlakukan seperti orang suruhannya.Bahkan dia punya rencana kalau cita-citanya sudah tercapai maka tidak akan membutuhkan makhluk itu lagi. Begitulah kalau orang tamak dan ambisius.
Seorang gadis bertubuh mungil berkulit putih. Mukanya agak lonjong dengan dagu lancip, hidung kecil juga lancip. Sepasang mata yang lentik.Wajah, jangan ditanya lagi. Cantik bersih bagai tiada cacat. Tubuh mungilnya ini yang membuat Kameswara tak berkedip memandangnya dari kejauhan.Tubuh Puspa Arum juga mungil, tapi yang ini lebih indah karena memiliki kulit putih.Pakaian atasnya berupa kemben yang dilapis kebaya berbentuk indah warna biru muda dan serasi dengan tubuhnya.Sementara di bagian bawah mengenakan celana pangsi yang tidak terlalu lebar, menyesuaikan bentuk kaki, tapi tidak ngetat.Di bagian pinggang melilit kain sinjang yang dilipat pendek bercorak batiik.Kameswara sepertinya pernah melihat wajah gadis ini, tapi lupa di mana. Yang membuatnya melongo, gadis mungil ini tengah berjalan sambil menggendong kayu bakar di pinggangnya.Si gadis sampai berhenti beberapa langkah di depan Kameswara. Keningnya mengker
"Muridnya Kala Cengkar yang bernama Dewata Kala kini muncul dengan membuat kekacauan sama seperti yang dilakukan gurunya,"Reaksi Asmarini hanya tampak seperti orang berpikir mengumpulkan ingatan.Sementara Kameswara tahu kalau gadis ini bukan orang sembarangan. Tidak mungkin dia hanya sendirian di tempat ini."Aku kurang paham dengan dunia persilatan," ujar Asmarini kemudian. "Kenapa kau menceritakannya padaku tanpa merasa curiga?""Aku merasa percaya saja!""Terus untuk apa mencari Dewi Payung Terbang, siapa dia?""Kala Cengkar yang sudah setengah siluman tak berkutik saat disegel oleh Dewi Payung Terbang. Maka cara untuk melumpuhkan Dewata Kala juga harus disegel yang hanya bisa dilakukan oleh wanita itu,""Tidak ada cara lain?""Belum menemukannya,""Apa kau pernah berhadapan dengan Dewata Kala?""Pernah sekali, kekuatannya tak dapat diukur. Untung aku bisa selamat. Sepertinya Maharesi dari
Inilah keanehan dunia persilatan. Mau mengundang minum tuak saja pakai cara menyerang.Ini juga berarti lelaki setengah baya itu tahu kalau Kameswara bukan orang sembarangan. Setidaknya bisa membaca bahwa Kameswara memilki kesaktian."Aku tidak pernah minum tuak. Katanya minuman yang dapat menyebabkan mabuk dilarang untuk diminum!"Tuak yang tadi saja bisa jadi senjata berbahaya, apalagi kalau diminum.Orang di atas pohon tertawa. "Aku percaya ucapanmu, kalau begitu kau naik saja ke sini, aku ingin bicara denganmu!""Apa kau mengenalku?""Naik saja dulu!"Akhirnya Kameswara melesat ke atas dengan sekali genjot. Gerakannya cepat bagai elang yang hendak menangkap mangsa, tahu-tahu sudah duduk di samping orang yang membawa bumbung bambu berisi tuak itu."Tidak salah aku menilaimu!" ujar lelaki setengah baya setelah memperhatikan Kameswara beberapa saat. Pemuda ini hanya kerutkan dahi."Apa yang kau ingin b
Sisi jahatnya Kameswara ingin mencuri kehormatan Xiang 'er atau sekalian diculik ke tanah Sunda, tapi hati baiknya dia ingin gadis ini bahagia.Belum tentu dia bisa membahagiakannya untuk saat ini. Dia belum bisa seperti Sutajaya sahabatnya yang memiliki dua istri. Terus belum tentu juga Asmarini mau dimadu.Gadis mungil itu tidak akan terima dengan penjelasan bahwa Xiang 'er adalah jelmaan Ayu Citra dari masa depan. Mana mungkin percaya.Akhirnya Kameswara hanya memeluk gadis yang sedang mengenakan pakaian pengantin ini penuh kasih sayang. Ayu Citra juga memanfaatkan kesempatan yang ada.Bahkan dia rela dan pasrah bila Kameswara meminta lebih. Namun, pemuda ini membatasi diri."Aku ingin kau bahagia, aku tidak boleh egois!" ujar Kameswara sambil memegang kedua pipi lembut Ayu Citra.Bulir bening tampak mengalir melintasi kulit halus di bawahnya. Kameswara tidak tahu apa yang dirasakan gadis ini. Di kehidupan sebelumnya mereka ad
"Kemana, Eyang?""Desa Pagerwesi, ada sahabatku di sana namanya Ki Ranujaya. Aku akan memintanya untuk menurunkan salah satu ilmu andalannya Tapak Angin!""Tapak Angin, bukankah itu nama julukan seseorang?"Benar, dia muridnya Ki Ranujaya. Walaupun tidak setenar Tapan Galunggung, tapi bisa jadi ilmu simpanan buatmu!"Kira-kira setengah hari kemudian mereka sampai di tempat tujuan.Tidak seperti pendekar lain yang biasanya hidup memencilkan diri dari keramaian, rumah Ki Ranujaya berbaur di antara rumah penduduk yang lain.Rumahnya cukup besar. Dia memang hanya mempunyai seorang murid saja yaitu Si Tapak Angin yang nama aslinya adalah Sutakeling.Sutakeling sendiri sudah mempunyai empat murid yang seumuran dengan anaknya, Ruminda."Sampurasun!" ucap Aki Balangantrang."Rampes!"Salah seorang murid Si Tapak Angin kebetulan berada di depan sedang membersihkan halaman."Oh, Aki Balangantran
Kameswara ragu untuk mengetuk pintu. Dia memang belum ahli dalam meredakan amarah seorang wanita. Dulu saja waktu 'didiamkan' oleh Tantri Wulan, dia menyerah.Kalau si gadis tiba-tiba marah, itu bukan hal aneh karena kebanyakan sifat perempuan memang begitu. Tidak dikatakan, tapi laki-laki harus tahu, paham dan peka.Padahal kalau tidak diungkapkan apa kesalahannya, mana bisa tahu. Akhirnya hanya salah paham yang keterusan.Akhirnya Kameswara duduk di teras menyandar pada salah satu tiang. Sesekali kedua matanya melirik ke pintu. Siapa tahu gadis itu keluar.Sementara di dalam, Asmarini tampak kebingungan. Dia duduk di sudut ruang depan yang bersebelahan dengan dapur. Dia juga sering menatap ke pintu.Ini semua gara-gara Ki Santang yang mengetahui isi hatinya bahwa dia menyukai pemuda yang bernama Kameswara itu.Kenapa dia harus pura-pura menjadi kakeknya dan mencegat Kameswara dalam perjalanan.Akan tetapi kalau tidak b
Inilah keanehan dunia persilatan. Mau mengundang minum tuak saja pakai cara menyerang.Ini juga berarti lelaki setengah baya itu tahu kalau Kameswara bukan orang sembarangan. Setidaknya bisa membaca bahwa Kameswara memilki kesaktian."Aku tidak pernah minum tuak. Katanya minuman yang dapat menyebabkan mabuk dilarang untuk diminum!"Tuak yang tadi saja bisa jadi senjata berbahaya, apalagi kalau diminum.Orang di atas pohon tertawa. "Aku percaya ucapanmu, kalau begitu kau naik saja ke sini, aku ingin bicara denganmu!""Apa kau mengenalku?""Naik saja dulu!"Akhirnya Kameswara melesat ke atas dengan sekali genjot. Gerakannya cepat bagai elang yang hendak menangkap mangsa, tahu-tahu sudah duduk di samping orang yang membawa bumbung bambu berisi tuak itu."Tidak salah aku menilaimu!" ujar lelaki setengah baya setelah memperhatikan Kameswara beberapa saat. Pemuda ini hanya kerutkan dahi."Apa yang kau ingin b
"Muridnya Kala Cengkar yang bernama Dewata Kala kini muncul dengan membuat kekacauan sama seperti yang dilakukan gurunya,"Reaksi Asmarini hanya tampak seperti orang berpikir mengumpulkan ingatan.Sementara Kameswara tahu kalau gadis ini bukan orang sembarangan. Tidak mungkin dia hanya sendirian di tempat ini."Aku kurang paham dengan dunia persilatan," ujar Asmarini kemudian. "Kenapa kau menceritakannya padaku tanpa merasa curiga?""Aku merasa percaya saja!""Terus untuk apa mencari Dewi Payung Terbang, siapa dia?""Kala Cengkar yang sudah setengah siluman tak berkutik saat disegel oleh Dewi Payung Terbang. Maka cara untuk melumpuhkan Dewata Kala juga harus disegel yang hanya bisa dilakukan oleh wanita itu,""Tidak ada cara lain?""Belum menemukannya,""Apa kau pernah berhadapan dengan Dewata Kala?""Pernah sekali, kekuatannya tak dapat diukur. Untung aku bisa selamat. Sepertinya Maharesi dari
Seorang gadis bertubuh mungil berkulit putih. Mukanya agak lonjong dengan dagu lancip, hidung kecil juga lancip. Sepasang mata yang lentik.Wajah, jangan ditanya lagi. Cantik bersih bagai tiada cacat. Tubuh mungilnya ini yang membuat Kameswara tak berkedip memandangnya dari kejauhan.Tubuh Puspa Arum juga mungil, tapi yang ini lebih indah karena memiliki kulit putih.Pakaian atasnya berupa kemben yang dilapis kebaya berbentuk indah warna biru muda dan serasi dengan tubuhnya.Sementara di bagian bawah mengenakan celana pangsi yang tidak terlalu lebar, menyesuaikan bentuk kaki, tapi tidak ngetat.Di bagian pinggang melilit kain sinjang yang dilipat pendek bercorak batiik.Kameswara sepertinya pernah melihat wajah gadis ini, tapi lupa di mana. Yang membuatnya melongo, gadis mungil ini tengah berjalan sambil menggendong kayu bakar di pinggangnya.Si gadis sampai berhenti beberapa langkah di depan Kameswara. Keningnya mengker
Di depan gua terdapat dua angin puyuh yang saling mengejar. Menerbangkan daun-daun baik yang masih basah atau sudah kering ke angkasa.Pusaran anginnya tampak berbeda warna. Yang satu merah dan satunya biru.Dewata Kala sudah berdiri di mulut goa. Dia tidak berani sampai keluar sana. Ini pertarungan dua makhluk alam lelembut.Sosoknya tidak kelihatan, tapi dia bisa merasakan energinya yang sangat kuat."Ini pasti Blotong, siapa yang satunya. Apa mungkin peliharaannya Kameswara?"Seandainya dia sudah sepenuhnya menjadi siluman, mungkin dia akan turun membantu Blotong. Namun, kalaupun benar rasanya dia tidak sudi membantu.Bukanlah justru Blotong adalah budaknya. Dia hanya memanfaatkan mahkluk itu untuk kepentingan diri sendiri. Blotong diperlakukan seperti orang suruhannya.Bahkan dia punya rencana kalau cita-citanya sudah tercapai maka tidak akan membutuhkan makhluk itu lagi. Begitulah kalau orang tamak dan ambisius.
Manarah tarik tenaga dalam lalu meloncat setinggi satu tombak. Selagi melayang di udara dia memutar badan sambil menghentakkan dua tangan.Wush! Braat!Sebelum ujung pedang sampai pada sasaran, segelombang angin padat berbentuk lingkaran menghempas bagai dinding penghalang melabrak dua belas penyerang sampai terpental kembali ke belakang.Di sisi lain hampir bersamaan dengan serangan selusin pedang ini, dari segala arah melesat puluhan anak panah mengarah satu titik di tengah.Serangan ini bagian Aki Balangantrang yang mengurus, dia hanya mengangkat tangan kanan lurus ke atas dengan telapak tangan terbuka.Wushh! Byarr!Puluhan anak panah terpental kembali ketika baru setengah jalan. Gelombang angin yang keluar dari telapak tangan Bimaraksa lebih dahsyat lagi.Dua belas pendekar bayaran sudah siap menyerang lagi. Jika tadi menyerang secara bersamaan, kini mereka membagi tiga lapis serangan.Empat orang pertama m
Dua telapak tangan Dewata Kala langsung menutup telinganya. Padahal tidak mendengar apapun, tapi seolah ada suara yang sangat memekak telinga dan membuat panas seluruh tubuh."Ilmu apa ini!" Muka Rana Surya memerah bagai terpanggang.Hawa sakti yang dilepaskan perlahan mengendur. Dalam jiwa Dewata Kala entah kenapa ada rasa takut melihat Kameswara. Dadanya berdebar kencang."Si keparat ini seolah tidak ada habis ilmunya, aku tidak mau mati konyol sekarang. Aku harus menyempurnakan kekuatan siluman sepenuhnya!"Pada saat itu Kameswara hendak mengeluarkan ajian Serap Sukma, tapi mendadak saja Dewata Kala membanting tangan ke tanah.Blarrr!Asap hitam meledak menutupi pemandangan Kameswara, beberapa saat kemudian soson Dewata Kala lenyap dari tempat itu."Hah, dia kabur!" umpat Kameswara. "Bacaan wirid memang ampuh, tapi tetap aku mencari Dewi Payung Terbang untuk mendapatkan cara menyegelnya!"Ketika menengok ke b