Prabu Sanjaya langsung turun dari kuda. Sementara Kameswara mengambil tempat untuk menyaksikan sambil menuntun kedua kuda.
"Mana yang akan maju duluan?" tanya Prabu Sanjaya. Sikapnya seperti sedang terburu-buru saja. Mungkin seandainya langsung maju bertiga juga akan dia ladeni.Harapan sang raja menjadi kenyataan ketika tiga orang ini langsung mengurungnya dan sudah mengeluarkan hawa sakti yang menekan."Begitu rupanya!" ujar Prabu Sanjaya. Sesuai dugaannya tiga lawannya ini setara dengan Purbasora, tapi dia tidak akan gentar. Tidak peduli kalah atau menang.Prabu Sanjaya yang juga bernama Prabu Harisdarma mengerahkan seluruh kekuatannya. Sikapnya agak tidak tenang. Ini membuat Kameswara jadi khawatir.Tiga lawan sang raja bisa saja menggunakan pertarungan batin atau adu hawa sakti. Namun, mereka sepertinya tahu kalau raja Sunda yang baru ini belum sampai ke tahap demikian.Maka pertarungan terjadi seperti biasa. Adu jurus, aduBerita tentang tewasnya Purbasora di tangan Prabu Sanjaya sudah terdengar sampai ke Indraprahasta.Kekhawatiran Prabu Wiratara semakin jelas. Bukan mustahil lagi raja Sunda yang baru itu akan menyerbu negerinya.Oleh karena itu ia segera mempersiapkan segenap kekuatannya untuk menghalau atau bahkan memukul mundur pasukan Sunda.Seluruh prajurit beserta senapati terlatih dan tangguh dikumpulkan dipersiapkan sematang mungkin.Ratusan prajurit berjaga di luar benteng istana. Mereka lebih siap menunggu serangan dari pada harus menyongsong musuh ke perbatasan.Karena akan menghemat tenaga, sedangkan musuh setidaknya akan berkurang tenaga saat dalam perjalanan."Pasukan musuh sudah dekat!" teriak seorang prajurit pengintai yang datang sambil berlari."Siapkan tenaga dan pikiran kalian, kita akan menghalau musuh yang belum tahu kekuatannya!" ujar senapati utama Indraprahasta yang bernama Bandawa."Hidup Indraprahasta!"
Tombak dan pedang beradu disusul kemudian dua telapak tangan beradu. Dua tubuh sama-sama terdorong kuat. Prabu sanjaya girang, ternyata tenaga lawan cukup seimbang dengan kekuatannya.Begitu juga Prabu Wiratara menjadi lebih percaya diri bisa mengalahkan lawannya. Maka pertarungan dua raja ini pun dilanjut tanpa ada yang mengganggu.Walaupun tenaga dan kekuatan seimbang, tapi Prabu sanjaya lebih meguasai medan. Padahal ini di kandang lawan dan baru pertama kali menyambangi Indraprahasta.Dalam hal ini Prabu Sanjaya didukung mental kuat untuk menguasai, sedangkan motivasi Wiratara hanya mempertahankan kerajaan dari gempuran musuh.Selain itu dengan kejeliannya, sang raja Sunda bisa menemukan celah kelemahan lawan sehingga serangannya selalu mengarah ke bagian-bagian yang merupakan kelemahan Wiratara.Sehingga beberapa jurus kemudian raja Indraprahasta mulai terdesak, tak bisa menghindari serangan-serangan yang menyasar ke bagian yang memat
"Rupanya kalian!"Kameswara menampakan diri di atas pohon tak jauh dari keempat orang tersebut. Tiga orang sudah dikenalnya karena beberapa waktu lalu dia sempat bertarung dengan mereka.Mereka adalah yang bisa memanggil ribuan nyamuk, Tiga Jurig Penghisap Darah. Sedangkan satu orang lagi tampak lebih tua dari ketiganya, dipastikan dia adalah guru mereka."Kali ini kau tidak akan lolos, Kameswara!"Kameswara mencibir. "Bukankah majikan kalian sudah tewas, lantas siapa yang akan membayar kalian?""Ini urusan dendam kami, tidak ada yang membayar. Kau harus menerima pembalasan karena telah menghina kami!""Oh, jadi sampai membawa guru kalian. Tidak masalah, maju semuanya!" Kameswara melayang turun dengan ringan."Dasar sombong!"Sementara yang menjadi guru mereka tampak memperhatikan Kameswara dengan rinci, sedang membaca dan menaksir kekuatan si pemuda dari masa depan ini."Guru, sebaiknya kita hadapi ber
Kameswara melihat Tantri Wulan terikat pada sebuah pohon. Gadis itu tampak lemas, kepalanya agak menunduk, tatapannya kosong. Kondisinya sangat memperhatikan.Jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya. Dikira Tantri Wulan sedang menunggunya untuk dinikahkan, ternyata seperti ini keadaannya.Walau panik Kameswara tetap berhati-hati. Orang yang menunjukkan jalan tadi sudah menghilang entah kemana. Bisa jadi di sekitar sini sudah dipasang jebakan.Maka pemuda dari masa depan ini memeriksa keadaan sekitarnya, pandangannya ditajamkan lalu Rompi Nyumput Buni diaktifkan.Kemudian Kameswara melangkah perlahan mendekati Tantri Wulan. Ketika melewati semak agak tinggi seharusnya tubuhnya tidak menyentuh tumbuhan liar itu, tapi ternyata dia tidak bisa menembusnya."Apa yang terjadi?" Kameswara mengulang mengusap bahu kirinya, lalu melangkah lagi. Tetap tak bisa tembus.Tak berpikir banyak dulu, dia tak pedulikan Rompi Nyumput Buni yang tiba
Kini sepasang pemuda ini hidup terkurung di dalam ruang bawah tanah yang aneh. Ruangan yang membuat semua ilmu yang dimiliki Kameswara tidak berguna.Tidak ada yang dapat dimakan di sana. Hanya ada mata air kecil di sudut ruangan. Akhirnya Kameswara mengumpulkan lumut atau jamur yang tumbuh di sana untuk diolah menjadi makanan.Sayangnya hanya menyediakan dalam porsi sedikit untuk sekali olah. Mereka harus menunggu tumbuh lagi agar bisa dipanen.Sementara kondisi Tantri Wulan semakin melemah. Kameswara hanya bisa menahan racun setiap totokan yang diberikan melemah. Kadang-kadang dibantu dengan hawa sakti.Namun, racun sudah menyatu dengan darah dan daging. Hawa saktinya tidak mampu menyedot racun keluar. Jika dipaksakan maka akan merusak organ dalam tubuh Tantri Wulan."Kameswara, kita sudah berapa lama di sini?""Entahlah, di sini tidak tahu kapan siang dan malam,"Si gadis berbaring di pangkuan Kameswara. Pada saat ini
Teriakan tadi suaranya mirip perempuan. Karena makhluk alam lelembut ini menyerupai seorang wanita cantik dengan dandanan bak seorang putri keraton.Wanita guriang yang tidak lain adalah Padmasari tampak geram kepada lawannya yang masih makhluk sejenis berwujud lelaki raksasa setinggi dua tombak berkepala botak.Seluruh kulit raksasa ini berwarna kuning gelap. Dia hanya mengenakan celana komprang. Perutnya buncit, dagu tebal menggelayut dan bibirnya dower.Secara keseluruhan sosoknya tidak enak dipandang, malah terkesan menakutkan.Dari air mukanya Padmasari begitu bernafsu ingin membelah badan raksana kuning itu. Sepertinya dia sangat dendam akibat telah diperlakukan tidak baik.Sementara si raksasa kuning seperti seseorang yang hendak menangkap hewan peliharaannya yang kabur. Apa yang melatari mereka hingga bertarung hebat sedemikian rupa.Kedua tangan Padmasari bergerak seperti sedang menari. Bibirnya tampak komat kamit. Tatap
Memang yang Kameswara rasakan juga begitu lama terkurung dalam ruang bawah tanah. Ditambah di dalam sana hanya tidak tahu kapan siang dan malam.Akan tetapi rasanya tidak percaya kalau sampai selama itu. Yang dia rasakan sepertinya tidak sampai satu tahun saja."Ruangan itu berada di alam kami, jadi kalau sekarang Tuan mencarinya maka tidak akan menemukannya,""Jadi Wulan...?""Jasadnya tetap terkubur di alam nyata. Satu hal lagi, ada perbedaan waktu antara alam fana dengan alam halus!""Misalnya?" tanya Kameswara."Satu hari di sana bisa satu tahun di sini!""Begitu rupanya, jadi aku masih tetap muda!""Sekarang aku minta ijin kepada Tuan, untuk menghadap raja kami, melaporkan perbuatan Blotong!""Lalu kemana aku harus mencari Rana Surya, aku harus membalas dendam. Dia biang kerok atas kematian Tantri Wulan!""Rana Surya telah menjelma menjadi pendekar sesat paling sakti. Bisa dikatakan dia ma
"Kenapa kau seperti dikejar jurig?" tanya Bimaraksa kepada yang baru datang."Maaf Aki Balangantrang, saya mendapatkan kabar bahwa Dewata Kala hendak mendukung Rahyang Manarah!"Semua yang ada di sana terkejut, termasuk Kameswara. Yang di masksud Dewata Kala pasti Rana Surya, tapi Kameswara belum bertemu dengan Dewi Payung Terbang.Menurut Padmasari saat ini Dewata Kala belum bisa dikalahkan kecuali disegel. Lalu Kameswara juga baru tahu kalau Bimaraksa berganti nama menjadi Aki Balangantrang."Kita harus berhati-hati dengan orang yang satu itu, dia pasti mempunyai rencana lain dibalik sikap dukungannya," kata Aki Balangantrang."Bukankah dulunya dia juga prajurit Galuh yang diangkat oleh Rahyang Sora?""Sekarang sudah berbeda, dia murid Kala Cengkar, manusia setengah siluman yang sesat. Sebisa mungkin kita jangan melibatkan orang-orang persilatan!"Tidak mau mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut, Kameswara memilih
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay