Share

Bab 306

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 08:01:56

Di tempat lain.

Bersenjatakan tombak Arya Soka terus merangsek maju menerobos, membabat prajurit lawan yang ada di depannya.

Sampai ia bertemu dan menghadapi salah seorang senapati Galuh yang kepandaiannya cukup mumpuni.

Sama-sama bersenjata tombak terjadilah pertarungan satu lawan satu. Arya Soka tidak mau menganggap enteng lawannya. Yang pastinya orang terpilih karena kepandaian yang di atas rata-rata.

Dengan segenap kepandaian yang ia dapatkan baik dari Ki Jagatapa, ayah sekaligus gurunya, ditambah taktik dari Kitab Ratuning Bala Sarewu ia keluarkan.

Ini saatnya mencoba semua ilmu yang ia dapatkan sebagai wujud pengabdiannya kepada Prabu Sanjaya. Apa yang dia lakukan sekarang hanga merasa berada di pihak yang benar.

Trakk! Wuukk!

Dua tombak beradu keras sampai menggetarkan tangan yang memegangnya. Dari sini bisa mengukur seberapa kuatnya lawan.

Arya Soka cukup lega merasakan tenaga lawan dirasa berada sedikit
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 307

    Ketika Purbasora mulai terdesak, Dyah Kencana Sari tidak bisa menahan diri lagi. Apalagi saat mata tombak Sanjaya meluncur hendak menembus jantung sang raja Galuh.Tiba-tiba gadis ini meloncat turun menyongsong deruan mata tombak yang tajam. Sosok Dyah Kencana Sari menjadi tameng Purbasora.Akibatnya perut indah dan mulus si gadis tertusuk hingga tembus ke punggung. Darah menyembur di bagian depan dan belakang.Kameswara sama sekali tidak menyangka atas tindakan Dyah Kencana Sari, dia sangat menyesal tidak bisa mencegahnya. Pemuda ini juga segera melayang turun.Pada saat itu wajah Sanjaya tetap dingin. Tidak ada rasa empati sama sekali. Walau sesaat terkejut, tapi dia langsung cabut lagi tombaknya dengan sadis.Raja Sunda yang baru ini menganggap gadis itu hanya penghalang saja. Dia segera kembali memburu Purbasora.Tidak peduli orang tua itu sedang meratapi kematian si gadis yang entah ada hubungan apa antara mereka.S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 308

    Wiratara merenung sejenak, berusaha menerjemahkan perasaan gelisah yang beberapa hari belakangan melanda pikirannya."Saya merasa sesuatu akan menimpa Indraprahasta,"Kembali sang ayah menghela nafas, "Aku melihat mendung di wajahmu, Anakku,"Wajah tua sang ayah menyiratkan kesedihan dan ketakutan yang mendalam. Bahkan seperti menyesalkan sesuatu, tapi dia tidak ingin mengungkapkannya kepada sang anak.Wajah Wiratara terangkat sedikit, kini dia menatap ayahnya. Sendu. Dia ingin menumpahkan segala perasaannya kepada orang tua yang telah membesarkannya itu."Saya merasa takut sekarang, Ayahanda,""Aku hanya berpesan, jangan menyesali keadaan, terima ketentuan dan takdir Sang Hyang Wenang...""Apa yang akan terjadi, Ayahanda?" Wiratara jadi panik mendengarkannya.Sang ayah terdiam, tatapannya menerawang kosong. Tak terasa menetes air matanya. Dia masih menahan diri agar tidak mengatakan firasatnya kepada Wiratara.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 309

    Prabu Sanjaya langsung turun dari kuda. Sementara Kameswara mengambil tempat untuk menyaksikan sambil menuntun kedua kuda."Mana yang akan maju duluan?" tanya Prabu Sanjaya. Sikapnya seperti sedang terburu-buru saja. Mungkin seandainya langsung maju bertiga juga akan dia ladeni.Harapan sang raja menjadi kenyataan ketika tiga orang ini langsung mengurungnya dan sudah mengeluarkan hawa sakti yang menekan."Begitu rupanya!" ujar Prabu Sanjaya. Sesuai dugaannya tiga lawannya ini setara dengan Purbasora, tapi dia tidak akan gentar. Tidak peduli kalah atau menang.Prabu Sanjaya yang juga bernama Prabu Harisdarma mengerahkan seluruh kekuatannya. Sikapnya agak tidak tenang. Ini membuat Kameswara jadi khawatir.Tiga lawan sang raja bisa saja menggunakan pertarungan batin atau adu hawa sakti. Namun, mereka sepertinya tahu kalau raja Sunda yang baru ini belum sampai ke tahap demikian.Maka pertarungan terjadi seperti biasa. Adu jurus, adu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 310

    Berita tentang tewasnya Purbasora di tangan Prabu Sanjaya sudah terdengar sampai ke Indraprahasta.Kekhawatiran Prabu Wiratara semakin jelas. Bukan mustahil lagi raja Sunda yang baru itu akan menyerbu negerinya.Oleh karena itu ia segera mempersiapkan segenap kekuatannya untuk menghalau atau bahkan memukul mundur pasukan Sunda.Seluruh prajurit beserta senapati terlatih dan tangguh dikumpulkan dipersiapkan sematang mungkin.Ratusan prajurit berjaga di luar benteng istana. Mereka lebih siap menunggu serangan dari pada harus menyongsong musuh ke perbatasan.Karena akan menghemat tenaga, sedangkan musuh setidaknya akan berkurang tenaga saat dalam perjalanan."Pasukan musuh sudah dekat!" teriak seorang prajurit pengintai yang datang sambil berlari."Siapkan tenaga dan pikiran kalian, kita akan menghalau musuh yang belum tahu kekuatannya!" ujar senapati utama Indraprahasta yang bernama Bandawa."Hidup Indraprahasta!"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 311

    Tombak dan pedang beradu disusul kemudian dua telapak tangan beradu. Dua tubuh sama-sama terdorong kuat. Prabu sanjaya girang, ternyata tenaga lawan cukup seimbang dengan kekuatannya.Begitu juga Prabu Wiratara menjadi lebih percaya diri bisa mengalahkan lawannya. Maka pertarungan dua raja ini pun dilanjut tanpa ada yang mengganggu.Walaupun tenaga dan kekuatan seimbang, tapi Prabu sanjaya lebih meguasai medan. Padahal ini di kandang lawan dan baru pertama kali menyambangi Indraprahasta.Dalam hal ini Prabu Sanjaya didukung mental kuat untuk menguasai, sedangkan motivasi Wiratara hanya mempertahankan kerajaan dari gempuran musuh.Selain itu dengan kejeliannya, sang raja Sunda bisa menemukan celah kelemahan lawan sehingga serangannya selalu mengarah ke bagian-bagian yang merupakan kelemahan Wiratara.Sehingga beberapa jurus kemudian raja Indraprahasta mulai terdesak, tak bisa menghindari serangan-serangan yang menyasar ke bagian yang memat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 312

    "Rupanya kalian!"Kameswara menampakan diri di atas pohon tak jauh dari keempat orang tersebut. Tiga orang sudah dikenalnya karena beberapa waktu lalu dia sempat bertarung dengan mereka.Mereka adalah yang bisa memanggil ribuan nyamuk, Tiga Jurig Penghisap Darah. Sedangkan satu orang lagi tampak lebih tua dari ketiganya, dipastikan dia adalah guru mereka."Kali ini kau tidak akan lolos, Kameswara!"Kameswara mencibir. "Bukankah majikan kalian sudah tewas, lantas siapa yang akan membayar kalian?""Ini urusan dendam kami, tidak ada yang membayar. Kau harus menerima pembalasan karena telah menghina kami!""Oh, jadi sampai membawa guru kalian. Tidak masalah, maju semuanya!" Kameswara melayang turun dengan ringan."Dasar sombong!"Sementara yang menjadi guru mereka tampak memperhatikan Kameswara dengan rinci, sedang membaca dan menaksir kekuatan si pemuda dari masa depan ini."Guru, sebaiknya kita hadapi ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 313

    Kameswara melihat Tantri Wulan terikat pada sebuah pohon. Gadis itu tampak lemas, kepalanya agak menunduk, tatapannya kosong. Kondisinya sangat memperhatikan.Jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya. Dikira Tantri Wulan sedang menunggunya untuk dinikahkan, ternyata seperti ini keadaannya.Walau panik Kameswara tetap berhati-hati. Orang yang menunjukkan jalan tadi sudah menghilang entah kemana. Bisa jadi di sekitar sini sudah dipasang jebakan.Maka pemuda dari masa depan ini memeriksa keadaan sekitarnya, pandangannya ditajamkan lalu Rompi Nyumput Buni diaktifkan.Kemudian Kameswara melangkah perlahan mendekati Tantri Wulan. Ketika melewati semak agak tinggi seharusnya tubuhnya tidak menyentuh tumbuhan liar itu, tapi ternyata dia tidak bisa menembusnya."Apa yang terjadi?" Kameswara mengulang mengusap bahu kirinya, lalu melangkah lagi. Tetap tak bisa tembus.Tak berpikir banyak dulu, dia tak pedulikan Rompi Nyumput Buni yang tiba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 314

    Kini sepasang pemuda ini hidup terkurung di dalam ruang bawah tanah yang aneh. Ruangan yang membuat semua ilmu yang dimiliki Kameswara tidak berguna.Tidak ada yang dapat dimakan di sana. Hanya ada mata air kecil di sudut ruangan. Akhirnya Kameswara mengumpulkan lumut atau jamur yang tumbuh di sana untuk diolah menjadi makanan.Sayangnya hanya menyediakan dalam porsi sedikit untuk sekali olah. Mereka harus menunggu tumbuh lagi agar bisa dipanen.Sementara kondisi Tantri Wulan semakin melemah. Kameswara hanya bisa menahan racun setiap totokan yang diberikan melemah. Kadang-kadang dibantu dengan hawa sakti.Namun, racun sudah menyatu dengan darah dan daging. Hawa saktinya tidak mampu menyedot racun keluar. Jika dipaksakan maka akan merusak organ dalam tubuh Tantri Wulan."Kameswara, kita sudah berapa lama di sini?""Entahlah, di sini tidak tahu kapan siang dan malam,"Si gadis berbaring di pangkuan Kameswara. Pada saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 315

    Teriakan tadi suaranya mirip perempuan. Karena makhluk alam lelembut ini menyerupai seorang wanita cantik dengan dandanan bak seorang putri keraton.Wanita guriang yang tidak lain adalah Padmasari tampak geram kepada lawannya yang masih makhluk sejenis berwujud lelaki raksasa setinggi dua tombak berkepala botak.Seluruh kulit raksasa ini berwarna kuning gelap. Dia hanya mengenakan celana komprang. Perutnya buncit, dagu tebal menggelayut dan bibirnya dower.Secara keseluruhan sosoknya tidak enak dipandang, malah terkesan menakutkan.Dari air mukanya Padmasari begitu bernafsu ingin membelah badan raksana kuning itu. Sepertinya dia sangat dendam akibat telah diperlakukan tidak baik.Sementara si raksasa kuning seperti seseorang yang hendak menangkap hewan peliharaannya yang kabur. Apa yang melatari mereka hingga bertarung hebat sedemikian rupa.Kedua tangan Padmasari bergerak seperti sedang menari. Bibirnya tampak komat kamit. Tatap

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 314

    Kini sepasang pemuda ini hidup terkurung di dalam ruang bawah tanah yang aneh. Ruangan yang membuat semua ilmu yang dimiliki Kameswara tidak berguna.Tidak ada yang dapat dimakan di sana. Hanya ada mata air kecil di sudut ruangan. Akhirnya Kameswara mengumpulkan lumut atau jamur yang tumbuh di sana untuk diolah menjadi makanan.Sayangnya hanya menyediakan dalam porsi sedikit untuk sekali olah. Mereka harus menunggu tumbuh lagi agar bisa dipanen.Sementara kondisi Tantri Wulan semakin melemah. Kameswara hanya bisa menahan racun setiap totokan yang diberikan melemah. Kadang-kadang dibantu dengan hawa sakti.Namun, racun sudah menyatu dengan darah dan daging. Hawa saktinya tidak mampu menyedot racun keluar. Jika dipaksakan maka akan merusak organ dalam tubuh Tantri Wulan."Kameswara, kita sudah berapa lama di sini?""Entahlah, di sini tidak tahu kapan siang dan malam,"Si gadis berbaring di pangkuan Kameswara. Pada saat ini

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 313

    Kameswara melihat Tantri Wulan terikat pada sebuah pohon. Gadis itu tampak lemas, kepalanya agak menunduk, tatapannya kosong. Kondisinya sangat memperhatikan.Jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya. Dikira Tantri Wulan sedang menunggunya untuk dinikahkan, ternyata seperti ini keadaannya.Walau panik Kameswara tetap berhati-hati. Orang yang menunjukkan jalan tadi sudah menghilang entah kemana. Bisa jadi di sekitar sini sudah dipasang jebakan.Maka pemuda dari masa depan ini memeriksa keadaan sekitarnya, pandangannya ditajamkan lalu Rompi Nyumput Buni diaktifkan.Kemudian Kameswara melangkah perlahan mendekati Tantri Wulan. Ketika melewati semak agak tinggi seharusnya tubuhnya tidak menyentuh tumbuhan liar itu, tapi ternyata dia tidak bisa menembusnya."Apa yang terjadi?" Kameswara mengulang mengusap bahu kirinya, lalu melangkah lagi. Tetap tak bisa tembus.Tak berpikir banyak dulu, dia tak pedulikan Rompi Nyumput Buni yang tiba

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 312

    "Rupanya kalian!"Kameswara menampakan diri di atas pohon tak jauh dari keempat orang tersebut. Tiga orang sudah dikenalnya karena beberapa waktu lalu dia sempat bertarung dengan mereka.Mereka adalah yang bisa memanggil ribuan nyamuk, Tiga Jurig Penghisap Darah. Sedangkan satu orang lagi tampak lebih tua dari ketiganya, dipastikan dia adalah guru mereka."Kali ini kau tidak akan lolos, Kameswara!"Kameswara mencibir. "Bukankah majikan kalian sudah tewas, lantas siapa yang akan membayar kalian?""Ini urusan dendam kami, tidak ada yang membayar. Kau harus menerima pembalasan karena telah menghina kami!""Oh, jadi sampai membawa guru kalian. Tidak masalah, maju semuanya!" Kameswara melayang turun dengan ringan."Dasar sombong!"Sementara yang menjadi guru mereka tampak memperhatikan Kameswara dengan rinci, sedang membaca dan menaksir kekuatan si pemuda dari masa depan ini."Guru, sebaiknya kita hadapi ber

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 311

    Tombak dan pedang beradu disusul kemudian dua telapak tangan beradu. Dua tubuh sama-sama terdorong kuat. Prabu sanjaya girang, ternyata tenaga lawan cukup seimbang dengan kekuatannya.Begitu juga Prabu Wiratara menjadi lebih percaya diri bisa mengalahkan lawannya. Maka pertarungan dua raja ini pun dilanjut tanpa ada yang mengganggu.Walaupun tenaga dan kekuatan seimbang, tapi Prabu sanjaya lebih meguasai medan. Padahal ini di kandang lawan dan baru pertama kali menyambangi Indraprahasta.Dalam hal ini Prabu Sanjaya didukung mental kuat untuk menguasai, sedangkan motivasi Wiratara hanya mempertahankan kerajaan dari gempuran musuh.Selain itu dengan kejeliannya, sang raja Sunda bisa menemukan celah kelemahan lawan sehingga serangannya selalu mengarah ke bagian-bagian yang merupakan kelemahan Wiratara.Sehingga beberapa jurus kemudian raja Indraprahasta mulai terdesak, tak bisa menghindari serangan-serangan yang menyasar ke bagian yang memat

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 310

    Berita tentang tewasnya Purbasora di tangan Prabu Sanjaya sudah terdengar sampai ke Indraprahasta.Kekhawatiran Prabu Wiratara semakin jelas. Bukan mustahil lagi raja Sunda yang baru itu akan menyerbu negerinya.Oleh karena itu ia segera mempersiapkan segenap kekuatannya untuk menghalau atau bahkan memukul mundur pasukan Sunda.Seluruh prajurit beserta senapati terlatih dan tangguh dikumpulkan dipersiapkan sematang mungkin.Ratusan prajurit berjaga di luar benteng istana. Mereka lebih siap menunggu serangan dari pada harus menyongsong musuh ke perbatasan.Karena akan menghemat tenaga, sedangkan musuh setidaknya akan berkurang tenaga saat dalam perjalanan."Pasukan musuh sudah dekat!" teriak seorang prajurit pengintai yang datang sambil berlari."Siapkan tenaga dan pikiran kalian, kita akan menghalau musuh yang belum tahu kekuatannya!" ujar senapati utama Indraprahasta yang bernama Bandawa."Hidup Indraprahasta!"

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 309

    Prabu Sanjaya langsung turun dari kuda. Sementara Kameswara mengambil tempat untuk menyaksikan sambil menuntun kedua kuda."Mana yang akan maju duluan?" tanya Prabu Sanjaya. Sikapnya seperti sedang terburu-buru saja. Mungkin seandainya langsung maju bertiga juga akan dia ladeni.Harapan sang raja menjadi kenyataan ketika tiga orang ini langsung mengurungnya dan sudah mengeluarkan hawa sakti yang menekan."Begitu rupanya!" ujar Prabu Sanjaya. Sesuai dugaannya tiga lawannya ini setara dengan Purbasora, tapi dia tidak akan gentar. Tidak peduli kalah atau menang.Prabu Sanjaya yang juga bernama Prabu Harisdarma mengerahkan seluruh kekuatannya. Sikapnya agak tidak tenang. Ini membuat Kameswara jadi khawatir.Tiga lawan sang raja bisa saja menggunakan pertarungan batin atau adu hawa sakti. Namun, mereka sepertinya tahu kalau raja Sunda yang baru ini belum sampai ke tahap demikian.Maka pertarungan terjadi seperti biasa. Adu jurus, adu

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 308

    Wiratara merenung sejenak, berusaha menerjemahkan perasaan gelisah yang beberapa hari belakangan melanda pikirannya."Saya merasa sesuatu akan menimpa Indraprahasta,"Kembali sang ayah menghela nafas, "Aku melihat mendung di wajahmu, Anakku,"Wajah tua sang ayah menyiratkan kesedihan dan ketakutan yang mendalam. Bahkan seperti menyesalkan sesuatu, tapi dia tidak ingin mengungkapkannya kepada sang anak.Wajah Wiratara terangkat sedikit, kini dia menatap ayahnya. Sendu. Dia ingin menumpahkan segala perasaannya kepada orang tua yang telah membesarkannya itu."Saya merasa takut sekarang, Ayahanda,""Aku hanya berpesan, jangan menyesali keadaan, terima ketentuan dan takdir Sang Hyang Wenang...""Apa yang akan terjadi, Ayahanda?" Wiratara jadi panik mendengarkannya.Sang ayah terdiam, tatapannya menerawang kosong. Tak terasa menetes air matanya. Dia masih menahan diri agar tidak mengatakan firasatnya kepada Wiratara.

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 307

    Ketika Purbasora mulai terdesak, Dyah Kencana Sari tidak bisa menahan diri lagi. Apalagi saat mata tombak Sanjaya meluncur hendak menembus jantung sang raja Galuh.Tiba-tiba gadis ini meloncat turun menyongsong deruan mata tombak yang tajam. Sosok Dyah Kencana Sari menjadi tameng Purbasora.Akibatnya perut indah dan mulus si gadis tertusuk hingga tembus ke punggung. Darah menyembur di bagian depan dan belakang.Kameswara sama sekali tidak menyangka atas tindakan Dyah Kencana Sari, dia sangat menyesal tidak bisa mencegahnya. Pemuda ini juga segera melayang turun.Pada saat itu wajah Sanjaya tetap dingin. Tidak ada rasa empati sama sekali. Walau sesaat terkejut, tapi dia langsung cabut lagi tombaknya dengan sadis.Raja Sunda yang baru ini menganggap gadis itu hanya penghalang saja. Dia segera kembali memburu Purbasora.Tidak peduli orang tua itu sedang meratapi kematian si gadis yang entah ada hubungan apa antara mereka.S

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status