Tiba-tiba angin berhembus kencang. Purbasora tahu ini angin pertanda kehadiran seseorang, tapi dia tidak melihat siapapun. Hanya merasakan energi kehadirannya saja.
"Ayahanda!" Purbasora menjura."Dia adalah ancaman yang paling berbahaya daripada keluarga Sena. Jika kau ingin menyingkirkan semuanya, maka dia yang pertama harus dihabisi. Keluarga Sena akan bergantung padanya!"Suara itu terdengar tanpa memperlihatkan wujudnya. Menandakan betapa tinggi ilmunya. Pantas kalau disebut tokoh paling sakti di tanah Pasundan."Dia memiliki ajian Bantai Jagat dan Serap Sukma, kemungkinan dia juga memiliki ilmu Membalik Langit. Dari mana mendapatkannya?""Hal itu aku juga tidak bisa mengerti. Asal usulnya tidak jelas. Dia seperti datang dari dunia lain!"Adalah aneh kalau sekelas maharesi yang paling sakti tidak bisa menemukan asal usul Kameswara. Sedangkan Ki Jagatapa bisa tahu.Itu karena Ki Jagatapa memiliki keahlian khusus yang"Perampok sebanyak ini?" gumam Kameswara."Tidak disangka baru pertama menginjakkan kaki di negeri orang sudah disambut perampok!" ujar Puspa Arum pelan."Ini masih dekat perbatasan. Tempatnya tidak ramai, wajar banyak rampok,"Kameswara menyapukan pandangan lalu dia menemukan seseorang yang berdiri di atas pohon. Tampaknya dia yang berteriak tadi dan juga pemimpinnya."Turun kalian semua dan tinggalkan barang-barangnya, maka kami akan membiarkan kalian hidup!""Kau yang turun dan kalian semua bubar!" balas teriak Kameswara. "Kalian tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa?"Orang di atas pohon tertawa lantang. Rupanya suaranya mengandung tenaga dalam, tapi bukan apa-apa bagi Kameswara."Aku tidak peduli siapapun orangnya, di sini kami yang berkuasa!""Hahaha...!" Giliran Kameswara yang tertawa membalas dengan pengerahan tenaga dalam juga.Orang-orang yang mengepung tampak menutup telinga, sedangkan si
Tempat ini menjadi gaduh oleh suara beradunya senjata dan pekikan-pekikan yang menggunakannya. Jumlah yang lebih sedikit bisa mengimbangi yang lebih banyak.Namun, tetap saja dari pihak pengawal Prabu Sena ada yang mendapatkan luka. Walau begitu mereka tidak gentar, maju terus. Selagi masih bisa melawan.Lagipula lawan mulai berkurang, sehingga semangat semakin bertambah.Sementara di atas pohon. Kini Kameswara sudah bisa berlari dari dahan ke dahan. Bergelantungan dengan seimbang dan hal lainnya.Ini membuat si pemimpin perampok heran dengan tingkah Kameswara."Wong edan!""Namaku Kameswara bukan Wong, tahu!"Pada saat itu Kameswara berada di atas lawannya. Dia merasa sudah bisa menguasai medan pertempuran di atas pohon. Maka dia ingin segera mengakhiri pertarungan.Crass!Kameswara menebas dahan pohon sebesar tangan. Tebasannya miring sehingga menghasilkan potongan yang runcing.Dahan yang te
Setelah pintu dikunci dan tidak ada lagi yang menjaga, semuanya duduk melingkar di lantai tanah.Para pengawal Prabu Sena yang merupakan murid padepokan Mega Sutra menganggap Kameswara yang paling sakti di antara mereka.Jadi mereka juga menganggap Kameswara sebagai pemimpin. Kameswara sendiri merasa tidak enak. Dia tidak ada pengalaman jadi pemimpin."Sepertinya kau mempunyai rencana, kami semua bergantung padamu," kata Prabu Sena.Entah bagaimana perasaan pemuda dari masa depan itu. Menjadi pemimpin rumah tangga saja dia belum benar-benar bisa. Sekarang orang-orang yang bersamanya bergantung padanya."Kita bisa keluar dari tempat ini tanpa ada pertumpahan darah," kata Kameswara. "Tapi hamba ingin mencari keterangan terlebih dahulu. Siapa mereka sebenarnya?"Yang lain tampak saling pandang. Bagaimanapun juga orang-orang yang mengurung mereka harus diketahui siapa adanya.Karena mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi
Namun, setelah ditunggu beberapa lama, tidak ada sesuatu yang mengganggu perjalanan mereka. Mungkin seseorang dari jauh itu hanya lewat saja.Kameswara pun merasa lega. Perjalanan malam sangat lancar. Sampai besoknya pun tidak ada lagi halangan.Karena lajunya yang lebih cepat akhirnya mereka sampai di kota raja pada waktu sebelum tengah hari. Sebentar lagi akan sampai ke istana.Prabu Sena dan yang lain disambut dengan ramah. Sanjaya sendiri yang menyambut mereka lalu membawanya ke dalam.Namun, setelah menceritakan apa yang terjadi di Galuh. Sanjaya tampak marah besar. Sinar dendam tersorot dari sepasang matanya."Aku akan membalasnya!" seru Sanjaya penuh amarah."Tidak perlu tergesa-gesa," ujar sang ayah."Aku tidak terima dengan semua ini, ayah!" Sanjaya kepalkan tangannya. "Bukan karena perebutan tahta, tapi perlakuannya terhadap ayah sudah keterlaluan!"Sanjaya ingat karena asal usul ayahnya yang sangat ke
Dengan hati-hati Kameswara membaringkan Puspa Arum di atas dipan. Dia membelai wajah si gadis. Bibir si gadis tampak mungil dan tipis, tapi bisa memberikan kelembutan yang luar biasa.Kemudian di melesat ke atap. Sebelum menyentuh atap dia usap bahu kirinya sehingga sosoknya tembus ke atas. Lalu ketika turun lagi dia usap bahu kanan.Clek!Dia mendarat dengan mulus di puncak atap. Pandangannya diarahkan ke sumber hawa sakti yang datang. Rupanya dari arah belakang istana.Jelas orang yang datang adalah penyusup.Ada banyak bangunan di sebelah sana. Mata sakti Kameswara bisa melihat bayangan di kegelapan malam yang sedang meloncat dari atap ke atap lain. Segera saja pemuda ini melesat ke sana.Gerakannya sangat sempurna. Ringan tanpa meninggalkan suara. Dia juga bisa menyembunyikan hawa sakti atau energi sehingga tidak dapat dilacak oleh orang lain.Di salah satu atap Kameswara hinggap lalu berdiri menunggu si penyusup yan
Saat kembali ke kamarnya Kameswara mendapati Puspa Arum masih terlelap. Posisinya tidak berubah sama sekali."Sepertinya dia kelelahan!"Karena tidak ingin jadi bahan pembicaraan, apalagi sekarang mereka sebagai tamu. Maka Kameswara menggendong si gadis mungil membawanya ke kamar si gadis.Tentunya menggunakan Rompi Nyumput Buni agar tidak kelihatan orang lain.Sebelum kembali ke kamarnya, Kameswara sempat memandangi wajah mungil si gadis lagi beberapa lama. Entah mengapa dia betah menatapnya. Rasa sayangnya semakin tumbuh besar.Keesokan harinya Puspa Arum terbangun dengan terkejut karena mendapati dirinya sudah berada di kamarnya."Apa Kameswara yang memindahkanku?"Si gadis memeriksa keadaan dirinya. Tidak ada sesuatu yang terjadi padanya. Puspa Arum tersenyum."Banyak kesempatan, tapi dia tidak memanfaatkannya. Malah memindahkan aku ke kamarku. Aku semakin mencintaimu pemuda aneh!"Terdengar pintu k
Sebelum pergi mengikuti si prajurit Kameswara memandangi temannya satu persatu. Paling lama menatap Puspa Arum. Dugaannya dia akan dilibatkan dalam suatu masalah. Kemudian dia berlalu.Tidak lama selepas kepergian Kameswara, datang lagi seorang prajurit."Tuan Arya Soka, Gusti Rakyan Panangkaran ingin bertemu,"Arya Soka terperanjat. Panangkaran adalah putra Sanjaya. Ada apa pemuda ini ingin menemuinya. Tanpa banyak bertanya lagi Arya Soka segera pergi mengikuti prajurit ini.Di ruang paseban sudah ada Ratu Parwati. Prabu Sena dan Sanjaya tampak bersimpuh di hadapan wanita sepuh ini. Kameswara melangkah hati-hati seakan-akan tidak ingin ada yang salah langkah.Setelah di depan sang ratu dia menjura dalam. "Hamba menghadap, Gusti Ratu!""Duduklah!"Kameswara duduk bersimpuh di belakang ayah dan anak itu. Wajahnya tidak berani mengangkat. Meski dia seorang pendekar dengan kanuragan tinggi, di hadapan penguasa tida bisa ber
Jalan yang ditempuh Prabu Sena dan Kameswara adalah jalan yang menuju tempat mereka disekap sebelumnya. Langkahnya pelan saja seperti tidak terburu-buru.Kameswara yang berada paling belakang masih memikirkan Puspa Arum. Dia memang sudah menghisap sari bunganya, tapi apa artinya kalau tidak bisa hidup bersama.Kesenangan sesaat dengan mudah bisa didapatkan, tapi kebahagiaan untuk jangka panjang tidak bisa dilewati dengan orang yang tidak dicintai."Bagaimana kalau suamimu kelak tahu kau sudah kehilangan kesucian?" tanya Kameswara sewaktu masih berduaan bersama Puspa Arum di kamarnya."Aku akan terus terang, tapi tidak akan menyebut namamu!""Bagaimana kalau dia marah?""Aku pasrah dan siap dihukum. Lebih bagus kalau aku diusir. Agar bisa kembali kepadamu!"Dulu ada Citrawati dan Sriwuni yang bersikap nekad demi ingin hidup bersamanya. Namun, pada akhirnya mereka menyerah pada keadaan.Akankah Puspa Arum juga dem
Para wanita bajak laut membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok membuat sebuah formasi jurus. Mereka bergerak lebih dulu menyerang pasukan Sunda."Bagaimana, Gusti?" tanya Arya Soka kepada Sanjaya."Lumpuhkan saja, jangan sampai ada yang terbunuh!"Pertempuran pun terjadi. Terbagi menjadi beberapa kelompok. Walaupun jumlah pasukan tiga kali lebih banyak dari bajak laut Raja Sagara, tapi mereka cukup kesulitan.Selain karena kepandaian para wanita ini yang ternyata di atas rata-rata, juga perintah Sanjaya yang tidak boleh membunuh membuat mereka sedikit segan saat menyerang.Karena dalam perang, selain membunuh ya dibunuh. Kecuali lawan menyerah. Namun, yang ini beda, bertempur melawan pasukan yang semuanya perempuan.Sanjaya tidak melihat Kameswara di dekat sini, dia mengira pemuda ini pasti masih ada masalah lain. Lalu dia berkelebat mendekati Tuan Raja."Kau yang memimpin pasukan ini?" tanya Tuan Raja.
Langit-langit ruangan tiba-tiba terbuka. Tidak menyangka kalau di atas ada sebuah pintu dan juga ruangan lagi. Dari ruangan atas itu jatuh tiga benda sangat keras. Jatuhnya tepat di sekeliling Kameswara.Benda ini awalnya bulat sebesar orang meringkuk, ternyata memang benar itu adalah orang yang meringkuk karena sekejap kemudian mereka bardiri."Manusia batu?" gumam Kameswara melihat tiga benda yang jatuh tadi ternyata berwujud manusia, tapi terbuat dari batu."Lenyapkan penyusup ini!" perintah Tuan Raja kepada manusia batu.Tiga manusia batu serempak langsung menyerang Kameswara. Sebagai percobaan pemuda ini memapak salah satu pukulan manusia batu.Dukkk!"Aww!"Untung tulang Kameswara sudah sangat kuat, itu juga dilapisi tenaga dalam. Ada sedikit kebas saat beradu tadi. Selanjutnya Kameswara lebih banyak berkelit.Pertarungan tidak hanya di tempat itu, tapi perlahan bergerak ke tengah ruangan. Para wanita baja
Kameswara memperhatikan ruangan besar ini. Tidak ada lubang udara sama sekali, tapi semuanya tidak merasakan pengap. Jalan keluar masuk satu-satunya adalah yang sedang dia tempati sekarang.Pemuda ini menenangkan pikirannya. Mengendalikan degupan jantung yang tidak karuan. Bagaimana tidak, semua wanita ini bagai patung lilin. Polos tanpa busana."Pemujaan kepada Hyang Batara Gara, keyakinan macam apa ini? Wah, dasar si otak kotor!"Kameswara bergerak masuk ke ruangan utama di dalam bukit batu ini. Dia menuju satu sisi yang tadi terdapat batu kotak. Lalu dia menembus ruangan yang ada di bawahnya.Gelap juga, tapi tidak bagi Kameswara. Di ruangan ini terlihat adegan kotor yang dilakukan lelaki tinggi besar kepada wanita muda di atas batu kotak."Selain dijadikan anak buahnya sebagai bajak laut, rupanya dijadikan budak nafsunya juga. Ini orang lebih gila dariku!"Kameswara berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Masa menonton
Langit di sebelah selatan tampak hitam. Kilatan-kilatan petir menyeruak di balik awan tebal yang juga hitam.Di bawahnya, pusaran angin dahsyat membumbung tinggi. Membuat air laut pasang cukup tinggi.Akhirnya menciptakan gulungan ombak raksasa yang sampai ke tempatnya Kameswara mengayuh dengan tanaga dalam. Posisi berdirinya cukup kokoh, meski perahunya terombang-ambing."Rupanya ada badai, ini yang aku belum bisa. Membaca alam. Sepertinya aku akan terjebak dalam pusaran badai itu,"Sesakti apapun manusia, tidak akan bisa melawan ganasnya alam. Kameswara tidak mau 'agul' walaupun memiliki kesaktian luar biasa. Dia tidak akan melawan alam.Kameswara buka 'mode on' Rompi Nyumput Buni. Perahunya diikut sertakan. Kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuh agar meluncur lebih cepat.Pusaran badai ini datang terlalu cepat. Lingkaran pusaran ini sangat besar. Kira-kira seluas bukit. Tubuh Kameswara tidak tersentuh ganasnya badai, tapi
Benar juga secara kebetulan gadis kecil itu menoleh ke luar pagar. Seketika raut wajah gadis itu berubah. Sikapnya juga seperti ketakutan.Beberapa kali dia memandang laki-laki tua yang sedang melatih. Akhirnya dia memiliki keberanian untuk meminta ijin keluar.Untungnya laki-laki tua itu terlihat ramah dan membolehkannya keluar.Si gadis kecil berlari ke tempat Kameswara berdiri. Begitu saling berhadapan, keduanya langsung mematung.Kameswara terperangah melihat wajah si gadis kecil yang mirip dengan Ayu Citra. Persisnya Ayu Citra sewaktu kecil. Meski badannya kecil, tapi cara menatap dan sikapnya seperti orang dewasa.Sementara si gadis kecil juga tampak tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ada rasa senang juga dalam hatinya. Dia seperti menemukan sesuatu yang sudah lama dia nantikan."Kau, Kameswara?"Si pemuda terkejut gadis kecil ini bisa berbahasa seperti dirinya walau beda logatnya. Lebih terkejut lagi ketika
Pertempuran berhenti. Semua anggota bajak laut Naga Samudera apalagi ketua Madara terkejut, pimpinan mereka yang kesaktiannya dahsyat kini tertawan oleh pemuda misterius yang ternyata bagian dari pasukan Sunda.Tidak ada jalan selain kecuali menyerah. Nasib mereka kini tergantung keputusan raja Sunda nanti.Anggota bajak laut Naga Samudera yang tersisa diangkut ke dalam satu kapal khusus untuk para tawanan.Sementara orang-orang yang kurung bajak laut ditempatkan di kapal paling besar di mana Sanjaya berada.Termasuk Iswari yang dari awal menyaksikan pertempuran dari jauh. Dia ikut menyelinap masuk lalu bergabung dengan tawanan lain yang dibebaskan.Ekspedisi ke pulau Sangiang bisa dikatakan berhasil. Pasukan Sunda kembali membawa tawanan pada saat angin darat bergerak ke laut.Yang membuat heran buat para bajak laut adalah melihat sikap Gusti Ratu yang wajahnya begitu cerah. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan.Tidak
Sampai di rumah bunga Kameswara membaringkan Gusti Ratu di atas dipan. Walaupun lemah, tapi wanita cantik ini masih bisa melepaskan pakaian kebesaran yang melekat di tubuhnya.Beberapa saat kemudian pemandangan indah terpampang di depan mata Kameswara. Gusti Ratu menatap sayu pemuda ini.Tatapan memanggil agar Kameswara segera memberikan apa yang dimintanya tadi.Tentu saja Kameswara tidak ingin melewatkannya begitu saja. Dia masih tidak mampu mengendalikan kelemahannya. Sambil memulai pemanasan, Gusti Ratu menuturkan kisahnya."Kau benar aku mempunyai masa lalu yang kelam. Dulu aku anak bungsu seorang saudagar di pulau Swarnabhumi. Hanya saja nasibku buruk, aku memilki penyakit yang dianggap kutukan,""Apa yang kau derita?" tanya Kameswara."Seluruh tubuhku penuh bisul dan bau tak sedap. Pada suatu perjalanan menyeberangi lautan menuju Sunda. Tidak disangka keluargaku membuang aku ke lautan dengan alasan menghilangkan kutukan. A
Pimpinan tertinggi yang disebut Gusti Ratu langsung menoleh pada sumber suara. Kameswara berdiri di tempat Madara berdiri tadi dengan tatapan tajam dan sedikit senyum.Bisa masuk ke markas tanpa ketahuan memastikan bahwa dia bukan orang sembarangan.Maka wanita ini langsung menyerang Kameswara dengan hawa saktinya. Serangan energi batin.Akan tetapi bukan Kameswara kalau tidak bisa mengimbanginya. Pertarungan batin seperti ini lebih dahsyat daripada pertarungan adu jurus biasa. Kameswara kagum karena yang menjadi lawannya seorang perempuan.Dulu pertama kali bertarung semacam ini ketika melawan seorang kakek bertubuh gemuk. Dari sinilah dia menciptakan tenaga batin.Yang kedua melawan dua orang sekaligus, salah satunya Gentasora. Pertarungan ini berakhir membuat dirinya terpesat ke masa sekarang ini.Akankah pertarungan ini juga akan membuatnya terpesat lagi? Namun, kata Ki Jagatapa harus dengan secara tidak sengaja."Se
Madara tidak menjawab. Dia langsung masuk hendak menghadap pimpinan tertinggi. Saat ini baru kelompok yang dipimpin Madara hendak beroperasi di lautan. Empat belas ketua lain masih di markas.Namun, setelah diberi tahu bahwa sang pimpinan tertinggi sedang menutup diri sejak kemarin. Akhirnya Madara lebih menceritakan kepada ketua lainnya.Karena dia tahu kalau pimpinan tertinggi sudah menutup diri maka akan lama menunggu sampai keluar dari ruangan pribadinya."Aku belum percaya kalau tidak melihatnya sendiri!""Ini aneh, yang aku tahu kau kembali sendirian saja!"Madara mendengkus kesal. Dengan apa yang mereka lihat tentu saja kurang percaya dengan yang dia ceritakan."Aku yakin pemuda itu sudah menyusup ke sini!" ujar Madara karena sewaktu perahu Kameswara hancur ditabrak, pemuda itu tiba-tiba sudah berada di atas tiang layar."Aku sarankan kita semua harus hati-hati ilmunya tidak bisa dianggap remeh!" kata Madara lagi.