Share

Bab 177

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 08:07:13

"Aku tidak kenal siapa itu Kala Cengkar, dan aku tidak akan tunduk kepada siapapun!" teriak Ki Randugarang dengan tatapan dan nada merendahkan.

Si pemimpin kelompok yang merupakan mantan anggota Laskar Siluman Merah balas tertawa lebih lantang.

"Kau akan tahu jika menolak perintah Gusti Pikulun!"

"Kalian hanya orang baru yang sedang mencari nama, untuk apa aku harus mematuhi ketua kalian yang namanya saja baru kukenal. Kalian cari mati datang kemari!" Randugarang terus memanas-manasi.

"Baiklah!" Si pemimpin di depan merentangkan kedua tangan sebagai isyarat.

Maka sembilan orang di belakangnya langsung bergerak dengan senjata pedang.

Tentu saja murid-murid Ki Randugarang tidak tinggal diam. Sebelum serangan datang mereka sudah menyongsong lawan juga dengan senjata pedang terhunus.

Pertempuran pun terjadi. Walaupun jumlah murid perguruan Garangan Hitam lebih banyak, tapi ternyata sembilan orang lawannya berada di tingkat y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 178

    Kameswara menggunakan jurus 'Angin Jurig' untuk menambah kecepatan agar tidak ketinggalan jejak. Dalam waktu singkat sosok si nenek sudah kelihatan.Dibantu dengan tongkatnya dan ilmu meringankan tubuh, si nenek mendaki bukit kecil yang keadaannya remang-remang. Apalagi hari sudah sore, suasana semakin gelap.Dari gerakannya dia tidak sedang buru-buru. Sepertinya dia sudah sering ke sini. Pasti ada orang yang hendak dia temui.Ternyata nenek agak bungkuk itu berhenti sebelum mencapai puncak. Di sana ada sebuah gubuk kecil tanpa dinding.Di gubuk itu tampak seorang kakek kurus duduk bersila sambil memejamkan mata.Si kakek yang sedang semedi ini berwajah keriput hanya kulit pembalut tulang. Jadi mukanya mirip tengkorak, tapi mempunyai jenggot lebat.Pakaian bagian atasnya berupa selempang kusut warna abu-abu. Seperti seorang resi. Benar juga si nenek menemui seseorang dan pastinya sudah saling kenal.Si nenek duduk bersim

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 179

    Yang terlihat hanya debu yang berterbangan. Tidak ada potongan tubuh atau organ dalam tubuh yang tercecer.Tidak juga tercium bau hangus. Antara heran dan bingung, bola matanya yang cekung jelalatan ke sana kemari."Apakah ilmuku sudah sedahsyat ini, sampai-sampai lawanku hancur jadi kerikil!" gumam si kakek."Kau mencariku!"Si kakek muka tengkorak terkejut langsung menoleh ke kanan. Kameswara berdiri santai menyandar ke sebuah pohon dengan seringai mengejek."Bagaimana mungkin!"Tubuh Kameswara masih utuh. Tidak ada luka sedikitpun. Bahkan bajunya masih bersih tidak ada debu yang menempel."Tidak ada yang tidak mungkin!"Tadi, Kameswara tahu kalau lawan akan membokongnya. Dengan gerak cepat dia tarik kujang digunakan sebagai tameng menahan pukulan lawan.Lalu pada saat terjadi ledakan, dia memanfaatkan daya dorong ledakan untuk meloncat ke atas setinggi mungkin. Dibantu jurus 'Angin Jurig'.S

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 180

    Satu persatu mereka yang berjaga berjatuhan karena tak kuat menahan kantuk. Setelah semuanya tumbang, Kameswara palsu bergerak ke ruang kurungan. Di dalam kurungan, Kameswara asli merasakan energi orang sakti. Otaknya langsung berjalan. Dia sudah menduga-duga siapa yang akan datang. Seringainya menyeruak di bibir. Brakk! Pintu didobrak dengan kasar. Seseorang bertopeng kain masuk menghampiri Kameswara asli. Melihat postur tubuhnya, dugaan Kameswara tidak salah dia pasti Kameswara palsu. Kameswara asli pura-pura terkejut dan bingung. Tanpa banyak bicara lagi Kameswara palsu melepaskan tali yang mengikat Kameswara asli. "Kau bebas sekarang!" katanya. Namun, tanpa disangka-sangka begitu Kameswara asli terbebas. Tiba-tiba... Tukk! Tukk! Beberapa totokan mendarat di tubuh Kameswara palsu sehingga tubuhnya limbung, lemah bagai tiada tenaga.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 181

    Setelah melaju beberapa lama, perjalanan Kameswara tampaknya akan menghadapi hambatan. Mungkin karena dua orang yang ikut menumpang itu.Dari kejauhan sudah terlihat ada sekelompok orang tengah berdiri di tengah-tengah jalan. Sikap mereka jelas berniat menghadang.Semuanya mengenakan seragam hitam. Kameswara ingat penuturan Ki Reksaguna bahwa Pasukan Kala Geni semuanya berpakaian hitam.Sementara dua orang di dalam saung tampak gelisah. Walaupun tidak hapal wajahnya, tapi dari pakaiannya jelas orang-orang yang menghadang itu pasti sedang mencarinya."Bagaimana kalau kita kabur saja?" bisik Salah satunya.Sedangkan yang satunya tak bisa berkata apa-apa, hanya mulutnya saja yang terbuka."Ki Sanak tenang saja di dalam!" kata Kameswara.Dua orang penumpang ini saling pandang. Tentu saja karena si pemilik kereta bisa tahu keresahan mereka. Dua orang ini mulai menduga-duga.Kereta berhenti begitu sampai di depan orang-orang berseragam hitam itu. Wajah mereka semuanya menunjukkan keangkuhan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 182

    Kameswara tersenyum canggung. Ingin rasanya dia pergi saja meninggalkan mereka, tidak masalah keretanya dibawa mereka. Namun, demi keamanan dia harus mengantar sampai tujuan.Tatapan Rintami mengundang hasrat, tapi dia tahan sekuat mungkin. Dengan bola mata Kameswara yang selalu melirik ke arah depan, seolah memberi tahu bahwa di sini ada orang lain.Akhirnya Rintami pun menjaga sikap, walau sewaktu-waktu dia pegang tangan atau menyandar di bahu Kameswara.Sudah kelemahannya tidak kuat melihat wanita, ditambah setiap wanita yang dia jumpai mudah jatuh cinta padanya. Mudah menyerahkan segalanya."Paman, berapa lama waktu yang ditempuh ke kota raja?" tanya Kameswara."Besok pagi sampai, itu juga kalau nanti malam tidak istirahat!"Kameswara menahan napas. Tidak mungkin ibu dan anak ini bisa melakukan perjalanan malam hari."Kalau begitu nanti malam istirahat saja!" kata Kameswara.Malam harinya kebetulan mereka sampai di sebuah desa. Mereka meminta ijin Ki Kuwu untuk numpang menginap di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 183

    Sring!Si Gadis jangkung menarik pedangnya langsung ditodongkan ke wajah Kameswara."Berani main-main, nyawa taruhannya!""Wah, watak anak dan ayah ternyata tidak jauh beda!" ujar Kameswara tetap tenang walau diancam."Kau tahu ayahku?""Tentu saja!""Kalau begitu harusnya kau tahu diri!"Kameswara tertawa lantang. "Aku tidak takut ayahmu, apalagi kamu!" katanya tidak lagi menggunakan kata 'saya' sebagai bentuk sopan santun."Kurang ajar!"Si gadis sabetkan pedangnya. Sangat cepat karena menggunakan jurus andalan yang mendekati sempurna. Pendekar tingkat rendah tidak akan bisa menghindari serangan ini.Tapi Kameswara bukan pendekar biasa.Pedang itu hanya membelah udara. Sosok Kameswara sudah tidak ada di tempat. Jurus 'Angin Jurig'-nya semakin sempurna. Pemuda ini sudah berdiri di belakang si gadis jangkung."Jadi bagaimana soal Sutajaya?" tanya Kameswara mengejutkan si gadis.Gadis jangkung ini menurut perkiraan Kameswara adalah putrinya Grendaseba yang sempat jatuh cinta kepada Sut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 184

    Ternyata Wandansari juga ada di sana. Berdiri mematung menatap pemandangan mengerikan. Kameswara segera mendekat ke sana.Sebuah perguruan tampak porak poranda. Bangunannya hangus terbakar dan rata dengan tanah.Mayat-mayat yang sudah membusuk bergeletakan di mana-mana. Ribuan serangga tampak mengerubungi menimbulkan suara bergemuruh.Pemandangan ini mengingatkan Kameswara pada kejadian di perguruan Girimukti. Beruntung dia masih bisa menyelamatkan guru besar perguruan itu."Perbuatan siapa ini?" gumam Wandansari masih terdengar di telinga Kameswara."Kemungkinan ulahnya Pasukan Kala Geni!" jawab Kameswara terus bergerak ke tengah.Dia mencari-cari siapa tahu ada yang masih hidup, tapi kondisi mayat-mayat ini sudah lebih dari dua hari. Yang sempat bertahan juga mungkin sudah tak kuat lagi."Siapa mereka?""Ayahmu salah satu petingginya!"Wandansari langsung diam. Kenapa dia selalu terbawa-bawa?Tiba-tiba Kameswara melihat di antara puing reruntuhan salah satu pondok ada yang bergerak-

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 185

    "Kamu, maksudnya?" Kameswara kerutkan kening sampai alisnya hampir bertautan."Aku memutuskan bergabung dengan golongan putih!"Kameswara mendadak tertawa terpingkal-pingkal."Kenapa, ada yang aneh?" tanya si gadis bertubuh tinggi."Anak durhaka, Kau!" cibir Kameswara lalu melanjutkan tawanya."Masa aku tidak boleh jadi orang baik?""Jadi selama ini kau anggap dirimu bukan orang baik?" balik tanya Kameswara."Orang-orang tahunya aku putri Grendaseba pemimpin perguruan Jurang Mangu yang beraliran hitam, jadi mereka juga menganggap aku berwatak jahat!""Baiklah," Kameswara menghela napas sejenak. "Tadi kau bilang memutuskan jadi golongan putih, terus apa rencanamu?""Itulah, makanya aku tanya kamu. Katakan aku harus bagaimana sebagai tindakan awal seorang pendekar dari golongan putih?""Kau tidak takut berhadapan dengan ayahmu?" Kameswara malah bertanya balik."Aku tidak melawan ayahku dan tidak akan menghalangi seandainya kau melawannya!""Baiklah, aku menaruh kepercayaan besar padamu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 240

    Akan tetapi Puspa Arum terus berlari mendekati. Setelah dekat gadis bertubuh mungil ini terpekik."Raka Arya!"Kameswara segera menghambur. Kondisi Arya Soka cukup mengenaskan. Bagian wajah sampai dadanya tampak hangus. Yang paling parah pada bagian dada. Ada bekas telapak tangan di sana."Ajian Tapak Memedi!" seru Nyai Mintarsih mengenali pukulan yang bersarang di tubuh anak laki-lakinya.Segera saja Kameswara membawa tubuh Arya Soka ke tempat yang aman. Kemudian disalurkan hawa saktinya melalui telapak tangan yang ditempelkan di dada.Kameswara terkejut. "Pukulan ini mengandung racun!" serunya."Ajian Tapak Memedi memang mengandung racun ganas!" sahut Nyai Mintarsih.Beberapa jalan darah segera ditotok guna menghentikan penyebaran racun. Racunnya sudah agak menyebar, tapi belum sampai mendekati jantung.Dengan hawa sakti Kameswara mengendalikan racun. Mengumpulkannya di satu tempat yang tidak membahayakan, kar

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 239

    Karena bujukan Nyai Basingah yang masih rindu kepada Nyai Mintarsih akhirnya rombongan Kameswara menginap di rumah ini.Ada dua kamar di rumah itu. Nyai Basingah mengajak sahabatnya untuk satu kamar bersamanya. Puspa Arum dan dua gadis lain di kamar satunya.Sedangkan Kameswara di ruang depan.Malam begitu cepat datang dan tamu Nyai Basingah juga begitu cepat mengantuk. Entah karena perjalanan yang lelah atau hal lainnya.Kecuali Kameswara.Di saat yang lain sudah berbaring di tempatnya masing-masing, Kameswara diam-diam naik ke atas atap. Dia berdiri di sana sambil memperhatikan ke sekeliling rumah.Bukan apa-apa. Sejak kesaktiannya pulih, kepekaannya juga tajam. Dia merasakan ada beberapa orang yang mengikutinya secara sembunyi-sembunyi.Kalau para penguntit itu tahu identitas mereka yang sebenarnya, berarti ada yang orang membocorkannya. Juga berarti ada orang padepokan yang telah berkhianat.Sementara para p

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 238

    Sebelum Kalong Merah melancarkan serangan kedua, Kameswara sudah mengeluarkan satu Kujang Bayangan di tangan kanan saja.Wutt! Srang!Begitu cahaya melesat dari tangan Kalong Merah, kujang dikibaskan menangkis cahaya tersebut. Tentu saja kujang itu sudah dilapisi ajian Bantai Jagat.Kilatan cahaya terpental balik menuju si pemiliknya sendiri. Kalong Merah terkesiap, dia tidak siap untuk menghindar.Ajian Dewa Kalong Mengamuk mengenai diri sendiri. Si jubah merah ini seperti tersedak makanan. Mulut terbuka bagaikan hendak menelan sesuatu, tapi susah.Sementara di bagian dalam tubuhnya bergejolak terasa terbakar dari mulai kepala sampai kedua kaki. Panas dan sakitnya tak tergambarkan, bahkan untuk sekadar berteriak pun tidak bisa.Bratt!Tubuh Kalong Merah meledak langsung jadi debu. Semua yang melihat tampak bergidik ngeri. Apalagi suami istri pemilik kedai sampai gemetar.Semuanya termasuk Kameswara juga baru me

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 237

    Si suami segera masuk ke kedai dia langsung ke halaman depan menyambut tiga orang lelaki bertampang sangar. Salah satunya mengenakan jubah merah yang memiliki kerah tinggi.Wajahnya lonjong, dagu lancip, bibir tebal. Di atasnya ada kumis tipis yang tidak kentara kalau dari jauh. Bentuk alisnya mencuat seperti sepasang tanduk dan kedua matanya sipit.Mungkin ini yang disebut Kalong Merah tadi. Senyum angkuh mengandung kekejian di bibirnya tampak sedikit miring.Dua orang di belakangnya adalah pembantunya. Mereka sama-sama berpakaian serba hitam. Senjata golok tergantung di pinggang masing-masing."Maaf, Tuan. Hari ini baru ada pengunjung mereka saja. Jadi saya belum mempunyai setoran, tapi kalau mau makan saya beri cuma-cuma,""Omong kosong apa ini, hah. Sudah tengah hari masa tidak ada pengunjung dari pagi. Jangan coba macam-macam kau!"Si Kalong Merah mendorong pemilik kedai ke samping hingga hampir terjatuh. Lalu dia melangkah

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 236

    "Kita lihat saja perkembangannya ke depan," ujar Darpa.Terlihat Singgih ingin mengatakan sesuatu. Tapi tertahan oleh suara angin berkelebat di atas wuwungan.Dua prajurit ini saling pandang seraya sigap segera mengambil senjata masing-masing. Sebilah pedang dan perisai. Lalu segera berlari keluar."Sebelah sana!" seru Darpa berlari di depan menuju tanah yang sedikit lapang di belakang Barak.Singgih menyusul di belakang. Dari gerakannya tampak Darpa lebih cekatan dari temannya. Sampai di suatu tempat, Darpa menghentikan pengejaran lalu mengajak Singgih sembunyi di balik pohon yang batangnya besar."Kenapa?" bisik SinggihDarpa menggerakan kepalanya sebagai isyarat menunjukkan sesuatu ke arah depan.Kira-kira sepuluh tombak ke depan, dalam gelapnya suasana tampak dua sosok yang tengah bertarung adu jurus. Kedua sosok itu kurang jelas karena tersamarkan oleh gelapnya malam."Kau tahu siapa mereka?" tanya Singgih

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 235

    "Arum, apakah Rahyang Sora dengan Purbasora itu sama?" tanya Kameswara setelah mereka berjalan jauh.Puspa Arum tampak melirik sejenak dengan kening mengkerut."Benar, kenapa dia sepertinya mengumpulkan orang-orang persilatan?" jawab Puspa Arum dengan pertanyaan balik."Entahlah!" Padahal Kameswara sudah menduga-duga apa yang menjadi tujuan sang menantu raja itu.Kemudian Puspa Arum mengaitkan dengan kabar yang selama ini beredar tentang persaingan antara Purbasora yang menantu raja dengan Wiratara yang merupakan putra raja."Apakah sampai sekotor itu?" batin si gadis mungil. Memikirkan intrik dalam kerajaan terlihat begitu rumit. Selalu ada perebutan tahta. Satu sama lainnya merasa paling berhak.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat peristirahatan Nyai Mintarsih bersama dua murid wanita lainnya.Akan tetapi baru saja sampai, mereka mendengar suara kehadiran orang lain. Orang banyak."Kalian semua pegang ta

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 234

    "Mohon ampun, Tuan. Ternyata padepokan itu menyimpan pendekar maha sakti," lapor salah satu dari tiga jubah hitam yang berhasil kabur dari Kameswara."Omong kosong!"Yang lain ikut menjelaskan bahwa Kameswara yang disebut pendekar maha sakti tiba-tiba muncul di udara dan melepaskan angin badai yang menghempas semua anggota laskar.Diceritakan juga pertarungan melawan Kameswara yang menggunakan senjata aneh yang sangat mematikan hingga tersisa tiga orang saja.Itu juga kalau tidak segera kabur mungkin mereka sudah menjadi mayat bersama yang lainnya."Bagaimana bentuk senjata itu?"Salah seorang menjelaskan bentuk senjata yang digunakan Kameswara."Kujang!" desis sang pemimpin.Di masa ini kujang hanya di miliki orang-orang tertentu saja. Masyarakat biasa belum banyak yang tahu. Hanya kalangan bangsawan saja yang memiliki sebagai simbol seorang bangsawan.Akan tetapi yang dijelaskan anak buahnya, kujang i

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 233

    Semua penghuni padepokan Mega Sutra merasakan hawa sakti yang kuat ini. Begitu juga Laskar Dewawarman, tapi pasukan jubah hitam ini tidak mengendurkan serangan.Crash! Srass!Korban berjatuhan lagi. Yang masih bertahan berlumuran darah menahan panas dan perih yang diderita. Termasuk Ki Jagatapa dan sang istri juga sudah banyak terluka.Brukk! Brugh!Wajah sepasang guru tampak memucat ketika melihat jumlah muridnya semakin berkurang.Apakah ini akhir riwayat padepokan Mega Sutra yang sudah berdiri puluhan tahun? Apakah akan mengalami nasib yang sama dengan dua padepokan besar sebelumnya?Hilang dari dunia persilatan tinggal nama. Dua padepokan besar saja bisa musnah, apalagi ini cuma padepokan kecil yang tidak terkenal.Pada saat itu hawa sakti asing semakin kuat. Sebentar kemudian segelombang angin dahsyat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam.Anehnya gelombang angin ini tidak menghantam murid-murid

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 232

    Ki Jagatapa, Arya Soka dan Rana Surya langsung merangsek ke paling depan semuanya menghunus senjata.Si jubah hitam yang paling depan tampak tersenyum merendahkan. Tangannya melambai memberi isyarat kepada yang lainnya.Tanpa sepatah kata, Laskar Dewawarman yang hanya menurunkan sepuluh orang saja meloncat dari kuda masing-masing dan menyerang murid-murid padepokan Mega Sutra.Tidak seperti saat menyerang padepokan Sagara Kaler yang tidak turun dari kuda. Entah kenapa, mungkin mereka mempunyai perhitungan sendiri sampai harus turun dari kuda.Setiap satu orang berjubah hitam menghadai tiga sampai empat murid. Ada yang hanya murid laki-laki atau perempuan, tapi ada juga yang gabungan keduanya.Ki Jagatapa dan Nyai Mintarsih masing-masing menghadapi satu orang.Trang! Trang! Trang!Pertempuran sengit di pagi hari menghiasi padepokan kecil yang setiap harinya dilalui dengan damai ini. Perkiraan Ki Jagatapa tidak meleset. Be

DMCA.com Protection Status