Pasukan Kala Geni kemudian meninggalkan tempat itu diiringi tawa Kala Cengkar yang congkak dan angkuh
Beberapa saat kemudian api mulai mengecil karena semua bangunan padepokan telah rata dengan tanah.Pada saat itulah kereta kuda Kameswara lewat. Bukan tidak sengaja, tapi karena dari jauh Kameswara melihat asap hitam membumbung ke angkasa.Dia ingin tahu apa yang terbakar itu karena asapnya begitu tebal. Ternyata sebuah perguruan. Dilihat dari bangunan dan beberapa bendera yang tercecer.Setelah dekat ternyata lebih mengerikan begitu melihat mayat-mayat bergelimpangan dengan luka-luka yang sangat parah.Ada juga yang gosong karena tertimpa reruntuhan bangunan dan ikut terbakar. Emosi Kameswara langsung meluap melihat kekejian di depan matanya."Biadab!"Kameswara turun langsung mendekati ke tempat kejadian. Siapa tahu ada yang masih hidup. Lalu dia menemukan seorang kakek yang jari-jarinya masih bergerak-gerak sedikit."Aku tidak kenal siapa itu Kala Cengkar, dan aku tidak akan tunduk kepada siapapun!" teriak Ki Randugarang dengan tatapan dan nada merendahkan.Si pemimpin kelompok yang merupakan mantan anggota Laskar Siluman Merah balas tertawa lebih lantang."Kau akan tahu jika menolak perintah Gusti Pikulun!""Kalian hanya orang baru yang sedang mencari nama, untuk apa aku harus mematuhi ketua kalian yang namanya saja baru kukenal. Kalian cari mati datang kemari!" Randugarang terus memanas-manasi."Baiklah!" Si pemimpin di depan merentangkan kedua tangan sebagai isyarat.Maka sembilan orang di belakangnya langsung bergerak dengan senjata pedang.Tentu saja murid-murid Ki Randugarang tidak tinggal diam. Sebelum serangan datang mereka sudah menyongsong lawan juga dengan senjata pedang terhunus.Pertempuran pun terjadi. Walaupun jumlah murid perguruan Garangan Hitam lebih banyak, tapi ternyata sembilan orang lawannya berada di tingkat y
Kameswara menggunakan jurus 'Angin Jurig' untuk menambah kecepatan agar tidak ketinggalan jejak. Dalam waktu singkat sosok si nenek sudah kelihatan.Dibantu dengan tongkatnya dan ilmu meringankan tubuh, si nenek mendaki bukit kecil yang keadaannya remang-remang. Apalagi hari sudah sore, suasana semakin gelap.Dari gerakannya dia tidak sedang buru-buru. Sepertinya dia sudah sering ke sini. Pasti ada orang yang hendak dia temui.Ternyata nenek agak bungkuk itu berhenti sebelum mencapai puncak. Di sana ada sebuah gubuk kecil tanpa dinding.Di gubuk itu tampak seorang kakek kurus duduk bersila sambil memejamkan mata.Si kakek yang sedang semedi ini berwajah keriput hanya kulit pembalut tulang. Jadi mukanya mirip tengkorak, tapi mempunyai jenggot lebat.Pakaian bagian atasnya berupa selempang kusut warna abu-abu. Seperti seorang resi. Benar juga si nenek menemui seseorang dan pastinya sudah saling kenal.Si nenek duduk bersim
Yang terlihat hanya debu yang berterbangan. Tidak ada potongan tubuh atau organ dalam tubuh yang tercecer.Tidak juga tercium bau hangus. Antara heran dan bingung, bola matanya yang cekung jelalatan ke sana kemari."Apakah ilmuku sudah sedahsyat ini, sampai-sampai lawanku hancur jadi kerikil!" gumam si kakek."Kau mencariku!"Si kakek muka tengkorak terkejut langsung menoleh ke kanan. Kameswara berdiri santai menyandar ke sebuah pohon dengan seringai mengejek."Bagaimana mungkin!"Tubuh Kameswara masih utuh. Tidak ada luka sedikitpun. Bahkan bajunya masih bersih tidak ada debu yang menempel."Tidak ada yang tidak mungkin!"Tadi, Kameswara tahu kalau lawan akan membokongnya. Dengan gerak cepat dia tarik kujang digunakan sebagai tameng menahan pukulan lawan.Lalu pada saat terjadi ledakan, dia memanfaatkan daya dorong ledakan untuk meloncat ke atas setinggi mungkin. Dibantu jurus 'Angin Jurig'.S
Satu persatu mereka yang berjaga berjatuhan karena tak kuat menahan kantuk. Setelah semuanya tumbang, Kameswara palsu bergerak ke ruang kurungan. Di dalam kurungan, Kameswara asli merasakan energi orang sakti. Otaknya langsung berjalan. Dia sudah menduga-duga siapa yang akan datang. Seringainya menyeruak di bibir. Brakk! Pintu didobrak dengan kasar. Seseorang bertopeng kain masuk menghampiri Kameswara asli. Melihat postur tubuhnya, dugaan Kameswara tidak salah dia pasti Kameswara palsu. Kameswara asli pura-pura terkejut dan bingung. Tanpa banyak bicara lagi Kameswara palsu melepaskan tali yang mengikat Kameswara asli. "Kau bebas sekarang!" katanya. Namun, tanpa disangka-sangka begitu Kameswara asli terbebas. Tiba-tiba... Tukk! Tukk! Beberapa totokan mendarat di tubuh Kameswara palsu sehingga tubuhnya limbung, lemah bagai tiada tenaga.
Setelah melaju beberapa lama, perjalanan Kameswara tampaknya akan menghadapi hambatan. Mungkin karena dua orang yang ikut menumpang itu.Dari kejauhan sudah terlihat ada sekelompok orang tengah berdiri di tengah-tengah jalan. Sikap mereka jelas berniat menghadang.Semuanya mengenakan seragam hitam. Kameswara ingat penuturan Ki Reksaguna bahwa Pasukan Kala Geni semuanya berpakaian hitam.Sementara dua orang di dalam saung tampak gelisah. Walaupun tidak hapal wajahnya, tapi dari pakaiannya jelas orang-orang yang menghadang itu pasti sedang mencarinya."Bagaimana kalau kita kabur saja?" bisik Salah satunya.Sedangkan yang satunya tak bisa berkata apa-apa, hanya mulutnya saja yang terbuka."Ki Sanak tenang saja di dalam!" kata Kameswara.Dua orang penumpang ini saling pandang. Tentu saja karena si pemilik kereta bisa tahu keresahan mereka. Dua orang ini mulai menduga-duga.Kereta berhenti begitu sampai di depan orang-orang berseragam hitam itu. Wajah mereka semuanya menunjukkan keangkuhan
Kameswara tersenyum canggung. Ingin rasanya dia pergi saja meninggalkan mereka, tidak masalah keretanya dibawa mereka. Namun, demi keamanan dia harus mengantar sampai tujuan.Tatapan Rintami mengundang hasrat, tapi dia tahan sekuat mungkin. Dengan bola mata Kameswara yang selalu melirik ke arah depan, seolah memberi tahu bahwa di sini ada orang lain.Akhirnya Rintami pun menjaga sikap, walau sewaktu-waktu dia pegang tangan atau menyandar di bahu Kameswara.Sudah kelemahannya tidak kuat melihat wanita, ditambah setiap wanita yang dia jumpai mudah jatuh cinta padanya. Mudah menyerahkan segalanya."Paman, berapa lama waktu yang ditempuh ke kota raja?" tanya Kameswara."Besok pagi sampai, itu juga kalau nanti malam tidak istirahat!"Kameswara menahan napas. Tidak mungkin ibu dan anak ini bisa melakukan perjalanan malam hari."Kalau begitu nanti malam istirahat saja!" kata Kameswara.Malam harinya kebetulan mereka sampai di sebuah desa. Mereka meminta ijin Ki Kuwu untuk numpang menginap di
Sring!Si Gadis jangkung menarik pedangnya langsung ditodongkan ke wajah Kameswara."Berani main-main, nyawa taruhannya!""Wah, watak anak dan ayah ternyata tidak jauh beda!" ujar Kameswara tetap tenang walau diancam."Kau tahu ayahku?""Tentu saja!""Kalau begitu harusnya kau tahu diri!"Kameswara tertawa lantang. "Aku tidak takut ayahmu, apalagi kamu!" katanya tidak lagi menggunakan kata 'saya' sebagai bentuk sopan santun."Kurang ajar!"Si gadis sabetkan pedangnya. Sangat cepat karena menggunakan jurus andalan yang mendekati sempurna. Pendekar tingkat rendah tidak akan bisa menghindari serangan ini.Tapi Kameswara bukan pendekar biasa.Pedang itu hanya membelah udara. Sosok Kameswara sudah tidak ada di tempat. Jurus 'Angin Jurig'-nya semakin sempurna. Pemuda ini sudah berdiri di belakang si gadis jangkung."Jadi bagaimana soal Sutajaya?" tanya Kameswara mengejutkan si gadis.Gadis jangkung ini menurut perkiraan Kameswara adalah putrinya Grendaseba yang sempat jatuh cinta kepada Sut
Ternyata Wandansari juga ada di sana. Berdiri mematung menatap pemandangan mengerikan. Kameswara segera mendekat ke sana.Sebuah perguruan tampak porak poranda. Bangunannya hangus terbakar dan rata dengan tanah.Mayat-mayat yang sudah membusuk bergeletakan di mana-mana. Ribuan serangga tampak mengerubungi menimbulkan suara bergemuruh.Pemandangan ini mengingatkan Kameswara pada kejadian di perguruan Girimukti. Beruntung dia masih bisa menyelamatkan guru besar perguruan itu."Perbuatan siapa ini?" gumam Wandansari masih terdengar di telinga Kameswara."Kemungkinan ulahnya Pasukan Kala Geni!" jawab Kameswara terus bergerak ke tengah.Dia mencari-cari siapa tahu ada yang masih hidup, tapi kondisi mayat-mayat ini sudah lebih dari dua hari. Yang sempat bertahan juga mungkin sudah tak kuat lagi."Siapa mereka?""Ayahmu salah satu petingginya!"Wandansari langsung diam. Kenapa dia selalu terbawa-bawa?Tiba-tiba Kameswara melihat di antara puing reruntuhan salah satu pondok ada yang bergerak-
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay