"Kamu, maksudnya?" Kameswara kerutkan kening sampai alisnya hampir bertautan."Aku memutuskan bergabung dengan golongan putih!"Kameswara mendadak tertawa terpingkal-pingkal."Kenapa, ada yang aneh?" tanya si gadis bertubuh tinggi."Anak durhaka, Kau!" cibir Kameswara lalu melanjutkan tawanya."Masa aku tidak boleh jadi orang baik?""Jadi selama ini kau anggap dirimu bukan orang baik?" balik tanya Kameswara."Orang-orang tahunya aku putri Grendaseba pemimpin perguruan Jurang Mangu yang beraliran hitam, jadi mereka juga menganggap aku berwatak jahat!""Baiklah," Kameswara menghela napas sejenak. "Tadi kau bilang memutuskan jadi golongan putih, terus apa rencanamu?""Itulah, makanya aku tanya kamu. Katakan aku harus bagaimana sebagai tindakan awal seorang pendekar dari golongan putih?""Kau tidak takut berhadapan dengan ayahmu?" Kameswara malah bertanya balik."Aku tidak melawan ayahku dan tidak akan menghalangi seandainya kau melawannya!""Baiklah, aku menaruh kepercayaan besar padamu.
Tidak disangka-sangka, gerakan pendekar golongan putih ternyata lebih cepat dari perkiraan. Para pemimpin perguruan sudah berkumpul di istana Sumedang Larang.Sementara murid-murid berada di luar lingkungan istana. Mereka menyebar di setiap sudut kota raja, siap menunggu perintah pimpinan masing-masing.Di ruang paseban telah berkumpul para pendekar sepuh dari beberapa perguruan.Di antaranya, Ki Astagina, Ki Lunggana, Ki Ranu Baya, Ki Maung Hideung, Ki Reksaguna, Nyai Padmasari dan bahkan Nyai Pancaksuji juga datang.Selain dari mereka, hadir juga pimpinan-pimpinan perguruan aliran putih yang lain.Dari pendekar muda ada Wirasoma, Citrawati, Sutajaya sendirian tidak membawa serta istrinya.Kemudian ada Wandansari yang sebelumnya cukup mengejutkan karena dia putri tokoh golongan hitam.Apalagi Sutajaya, dia tidak menyangka sama sekali gadis itu akan bergabung dengan golongan putih.Wandansari yang ingin sekali b
Lalu di mana Kameswara, Ki Astagina dan Wandansari? Nanti dulu ceritanya.Wandansari, gadis jangkung ini menyusup ke markas Pasukan Kala Geni. Kedudukannya sebagai putri Grendaseba tidak akan membuat curiga pihak musuh.Namun, di pihak golongan putih sendiri masih ada yang meragukan keputusan Wandansari yang berubah halauan. Mereka menuduh gadis itu sedang menyusup.Terlepas tuduhan itu benar atau tidak, sikap yang diambil Wandansari tidak akan mempengaruhi kekuatan golongan putih.Seandainya gadis itu membocorkan gerakan aliran putih kepada musuh, yaitu Pasukan Kala Geni, juga tidak akan membuat posisi golongan putih jadi lemah.Tidak banyak yang tahu kalau Wandansari adalah putri Grendaseba, sehingga anggota Pasukan Kala Geni yang berada di depan wilayah desa langsung mengganggu gadis ini."Hei, ada gadis nekad!""Wah, cantik juga dia!""Kita lihat, pedangnya benar-benar tajam atau hanya hiasan saja, hahaha...
Orang yang berteriak tadi cukup dikenal oleh Wandansari, tentu saja dia salah satu murid ayahnya."Maaf, Tuan Putri, ada apa ini?""Aku ingin menemui ayahku, tapi mereka menghalangi!" jawab Wandansari dengan raut wajah marah.Seketika mereka yang hendak menyerang si gadis bertanya-tanya. Siapa sebenarnya gadis ini? Dari awal datang juga dia bilang hendak bertemu ayahnya.Awalnya mereka mengira ayah si gadis adalah warga desa ini yang kemungkinan besar sudah pergi mengungsi."Siapa gadis ini?" tanya salah satu kepada murid Grendaseba."Putrinya Guru Grendaseba!""Hah!"Mereka terkejut. Dia yang memikirkan wajah si gadis mirip seseorang kini angguk-angguk sadar. Segera saja semuanya mengambil jarak."Maaf, aku tidak tahu sama sekali!""Ya, aku juga!""Aku juga!"Tanpa rasa bersalah mereka membubarkan diri. Sementara Wandansari bersumpah serapah dalam hati."Kalau kalian
Kita tinggalkan dulu peristiwa di dalam kamar yang menimpa Wandansari.Matahari baru saja tenggelam di langit barat. Suasana perlahan tertutup gelap. Sesuai rencana yang disepakati. Setelah hari gelap pasukan golongan putih mulai menyerang.Secara bersamaan dari empat arah mulai keluar dari persembunyian, tapi tetap tidak mengeluarkan suara. Mereka hanya bergerombol biasa memasuki desa.Pasukan Kala Geni yang masih menyebar di setiap pelosok desa langsung terkejut melihat pemandangan yang tidak disangka-sangka."Gawat, ada musuh menyerang!"Pasukan Kala Geni yang baru saja masuk ke rumah penduduk hendak istirahat karena besok mau berangkat menyerang, harus bergegas keluar lagi."Sialan, dari mana mereka datang?""Benar, kenapa mereka tiba-tiba saja menyerang!""Pasti mata-mata mereka sudah menyusup ke sini sebelumnya!""Kurang ajar, kita harus berperang sebelum menyerang besok!"Para pendekar y
Pasukan Kala Geni mulai ketar ketir. Meski cuma dua orang yang terlihat menonjol dari golongan putih, mereka tetap merasa terancam.Belum lagi gempuran prajurit Sumedang Larang, di tempat ini jumlah mereka kalah banyak. Beruntung datang bantuan walau sedikit-sedikit.Di tempat Citrawati, dia juga menghadapi lawan yang tangguh. Sudah pasti yang lebih tangguh dari yang lainnya merupakan pemimpin kelompok.Murid Nyai Padmasari ini sudah mengeluarkan senjata sepasang Pedang Bayangan yang tergenggam di kedua tangannya.Senjata yang proses keluarnya mirip dengan Kujang Bayangan. Sama-sama bayangan, bentuknya juga bayangan, tapi nyata.Nyata dalam hal menyentuh dan melukai lawan. Senjata yang praktis karena tidak membutuhkan tempat seperti warangka yang harus dilintangkan di punggung atau menggantung di pinggang.Lawan Citrawati juga menggunakan pedang senjata khas pasukan Kala Geni, tapi pedang yang digunakan lelaki yang dua kali lebih
Akan tetapi Wirasoma juga yang pertama membuat hatinya terbuka tentang perasaan cinta.Pemuda itu cinta pertamanya. Orang bilang, perempuan akan bahagia apabila bisa hidup bersama dengan lelaki cinta pertamanya.Maka seharusnya dia juga bahagia. Setelah membuka hati kembali untuk Wirasoma, akhirnya dia merasakan kasih sayang suaminya itu sungguh tulus.Wush! Wutt! Srett!Sosok Citrawati melesat berputar sambil memainkan sepasang pedang, mendesak tiga orang di depannya. Tidak peduli lima lawan lainnya yang mengejar dari belakang.Tiga orang di depan kerepotan. Citrawati bagai burung rajawali yang menukik cepat hendak mencengkeram mangsanya.Sring! Crass! Crass! Crass!Tiga pedang yang digenggam lawannya terbabat putus setengah oleh sabetan salah satu pedang Citrawati.Parahnya lagi, ujung pedang si gadis tembus menggores luka di kulit ketiga orang tersebut.Tiga lawan di depan segera mengambil jarak untu
Sutajaya saling dorong dengan sepasang cakra lawan. Dengan posisi jungkir balik dan mengerahkan tenaga dalam Harimau Dewa ke sepasang cakarnya.Dua energi saling dorong. Sutajaya yang mendorong ke bawah agak kesulitan karena posisinya sedang melayang. Tidak ada sesuatu untuk jejakkan kedua kakinya.Sementara si pemilik cakra sudah berada di bawah senjata tersebut, mendorongkan tangannya ke atas agar sepasang cakranya menembus ke atas."Celaka, kalau begini terus tenagaku semakin berkurang!" batin Sutajaya sambil memikirkan cara mengatasi serangan ini.Energi yang keluar dari cakra mendorong kuat. Selain itu hawanya yang panas seakan menyayat kulit. Untungnya hawa sakti pelindung Sutajaya cukup kuat.Hanya saja Pendekar Cakar Sakti kekurangan daya dorong karena keadaannya.Di bawah si pemilik cakra tambahkan kekuatan. Lewat udara dia alirkan tenaga dalam dan kendalikan sepasang cakra. Senjata itu semakin cepat putarannya.
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay