Semalaman aku tidak bisa tidur karena Senja bilang akan bertemu calon mertuanya. Aku tidak bisa terima itu, dia masih istriku. Tidak akan kubiarkan siapapun memilikinya.
Dan hari ini saat aku pulang dari kantor benar-benar terkejut melihat Senja ada di rumahku. Kenapa dia bisa tahu aku tinggal di sini? Ada orang tuaku dan juga adikku. Sempat berpikir Senja sudah menceritakan semuanya. “Baby, ini abangku. Bang Al, Alaska Nawasena.” Danes memperkenalkanku pada Senja. Baby? Jangan bilang calon mertua yang Senja maksud itu orang tuaku dan pacaranya ... adikku sendiri. Aku tidak bisa bicara apa-apa. Membongkar semuanya sekarang sangat beresiko, kalau saja Mona tahu maka Senja yang akan diusik nantinya. Aku tidak mau Senja kenapa-napa. Sepertinya aku harus bicara lebih dulu pada Senja setelah itu mengakui semuanya pada orang tuaku untuk membatalkan pernikahan dengan Mona. Kutinggalkan ruangan itu tanpa bicara apapun. Perasaan ini tak karuan. Bagaimana mungkin Senja bisa berpacaran dengan adikku sendiri. Aku tidak terima ini. * Baru saja bangun kepalaku terasa berdenyut. Dua dua malam Senja membuatku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia juga tidak membalas pesanku dari kemarin membuat hati ini semakin gundah. Kulirik botol kosong di atas nakas. Mana tenggorokan terasa kering. Meski malas, aku keluar dari kamar untuk mengambil air di bawah. Belum sampai menuruni tangga malah berpapasan dengan Mona. Padahal ini masih pagi. Untuk apa juga dia pagi-pagi sudah ada di rumahku. Di bawah juga kulihat ada Senja. Ingin sekali aku langsung bicara padanya. Andai tidak ada Mona. “Sayang, kenapa keluar? Kamu ‘kan sakit.” “Lihat kamu aku makin sakit tahu nggak. Mending pulang saja sana, aku mau istirahat.” “Sayang, jangan begitu dong.” Cup. Secepat kilat dia mencium bibirku. Sialan sekali. Senja pasti melihat. Jangan sampai dia salah paham. “Apa sih, Mon?” Kudorong Mona menjauh, lalu mengusap kasar bekas ciumannya di bibirnya. “Aku ‘kan calon istri kamu.” “Pelankan suaramu.” Aku geram sekali. Kuseret saja dia dari sana, daripada membuat Senja nanti berpikir macam-macam padaku. Setelah semalaman berpikir, sepertinya memang rencana pernikahanku dan Mona tidak perlu dilanjutkan. Sebenarnya aku sudah ragu sejak lama, bukan karena kedatangan Senja saja. Aku dan Mona tidak akan bisa menjadi suami istri yang normal. Bisa-bisa aku mati muda kalau hidup satu atap dengannya. “Duduk di situ. Jangan kemana-mana.” Kutatap Mona dengan tajam yang sekarang duduk di ruang santai lantai dua. Sedangkan aku masuk ke dalam kamar, langsung mengirimkan pesan pada Senja. [Kamu hutang penjelasan soal hubunganmu dan Danes. Jangan langsung pulang, tunggu aku di luar nanti.] Sudah beberapa jam, bahkan aku tinggal tidur tapi Mona masih tidak beranjak. Dia seperti sengaja menungguku sampai bangun. Untung saja dia di ruang santai tidak di kamarku, biasanya dia main nyelonong saja. Kalau begini caranya aku tidak bisa bertemu Senja. Bisa jadi Senja sudah pulang. Mona memang kerja sesuka hatinya. Pendidkan saja S2 tapi kalau soal bekerja dia malas sekali. [Senja, kamu dimana?] [Aku bilang ‘kan tunggu. Kamu harus menjelaskan semuanya.] Centang satu. Dia malah tidak aktif. Gara-gara Mona jadi aku tidak bisa menemui istriku. * Senja masih belum aktif . Aku juga menduga-duga apa yang akan dilakukan Senja setelah tahu kalau Danes itu adikku. Sepertinya dia belum mengatakan apapun karena Mama juga terlihat biasa saja. Sebelum Senja yang bicara, aku akan lebih dulu mengakui semuanya di depan Mama dan Papa. Aku bernapas lega saat tiba-tiba dia aktif. Entah sudah bereapa ratus kali aku bolak-balik melihat apakah Senja sudah aktif atau tidak, dari semalam aku begitu sudah seperti orang bego saja. Tapi sungguh aku tidak akan bisa tenang sebelum semuanya jelas. [Kenapa baru aktif? Pesanku dari kemarin juga nggak dibaca sama sekali.] [Hari ini aku ada acara keluarga, jadi besok kita bertemu. Dimana rumahmu?] [Kita bertemu di luar saja.] Akhirnya Senja mau bertemu denganku. Hari ini ulang tahun Mama, aku tidak mungkin keluar. * Baru saja akan keluar rumah aku malah berpapasan dengan Senja yang sepertinya baru saja datang. Senja terpaku aku pun kaget. “Kenapa kesini? Aku bilang aku akan ke tempatmu ‘kan?” “Kenapa memangnya? Takut sekali kalau aku kesini, aku juga kesini bukan buat nemuin kamu kok. Aku mau bertemu Tante Kasih.” Dia berucap ketus, bahkan seolah enggan bertatapan denganku. Aku jadi semakin takut dia tidak mau kembali padaku dan memilih bersama Danes. Aku bisa gila kalau benar itu terjadi. “Ja, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Kita bicara di tempat lain ya.” “Nggak! Kalau mau bicara di sini saja. Kenapa harus di tempat lain?” Keningnya berkerut dalam. “Aku ... minta maaf.” Senja diam. “Aku ... memang salah.” Aku menunduk. Rasa sesak memenuhi dada, bayangan kebersamaan dengan Senja memenuhi benak. Aku tidak bohong. Penyesalan terdalamku adalah meninggalkan Senja hanya demi Mona yang selalu membuat kepalaku seperti ingin pecah. Senja tidak bisa dibandingkan dengan Mona yang dimataku tidak ada apa-apanya. “Sebenarnya apa maumu, Mas?” “Aku ... nggak mau kita pisah.” Aku mendongak, memberanikan diri menatap mata Senja yang memancarkan luka. Senja tertawa sumbang. “Nggak mau pisah? Bukannya kamu yang dulu ninggalin aku tanpa perasaan?” Rahangnya mengeras. “Soal itu-” “Senja.”Suara Mama terdengar dari dalam membuatku dan Senja sama-sama mematung.Senja buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya. Dia sepertinya masih ingin menyembunyikan fakta tentang kami di depan mama.“Kenapa datang nggak bilang-bilang, Nak?” Mama tersenyum hangat pada Senja.Dari dulu Mama memang selalu menyuruhku dan juga Danes untuk buru-buru menikah.“Ada acara ya, Tante? Kalau begitu saya pulang saja, kesini hanya memberikan kado dan kue untuk, Tante.”“Ya ampun, kenapa kamu repot-repot. Senang banget Tante dapat hadiah dari calon menantu. Jadi nggak sabar kamu dan Danes menikah, sayang.”Dadaku bergemuruh, aku tidak terima itu. “Senja tidak akan menikah dengan Danes!” kataku dengan tegas tanpa ragu.Senja terbelalak sedangkan Mama tampak tidak mengerti dengan apa yang kukatakan.“Apa maksud kamu?” Mama bertanya dengan kening mengernyit.“Senja ini istriku, Ma. Aku menikahinya lima tahun lalu.”Aku tidak mau menyembunyikan lagi, tidak peduli apa yang terjadi padaku nanti. Tapi akan kup
POV Senja“Pak Sena.” Kupanggil lelaki bertubuh tinggi yang berdiri membelakangi.Dia berbalik dan saat itu juga tubuh ini langsung membeku. Dunia seperti runtuh di atas kepala.Dada ini bergemuruh mendengarnya memanggil. Suara lembutnya yang pernah kurindukan begitu menyayat hati.Kejadian 5 tahun lalu berputar dalam kepala saat dia meninggalkanku setelah sebulan menikah, tanpa alasan.‘Tidak Senja, jangan mundur. Kalau kamu lari, sama saja kamu kalah dari dia. Buktikan tanpanya kamu masih baik-baik saja.’Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak menangis di hadapannya meski rasanya desakan air mata ini sulit ditahan.Kaget dan malu bercampur satu, masalahnya profesiku ini yang membuat malu. Menjadi seorang LC, memang halal karena aku tidak menjual diri tapi selalu dipandang sebelah mata oleh orang lain.Aku pun terpaksa karena putraku Baskara Biru Jagat, mengalami penyakit jantung bawaan dan itu dari ayahnya.“Maaf membuat Anda menunggu lama, Pak.” Dengan susah payah kulempar senyu
Aku tidak menyangka kalau dunia sesempit ini. Danes ternyata adiknya Mas Aska. Aku sama sekali tidak berpikir sejauh itu karena memang tidak ada kemiripan diantara Danes dan Mas Aska wajar kalau aku tidak bisa sampai menduga.Hubunganku dan Danes semakin tidak mungkin. Bagaimanapun Mas Aska masih suamiku.Tapi sebentar lagi jadi mantan karena katanya dia akan segera menikah. Aku tidak menyangka kalau dia menikahiku tapi di sini punya pacar, bahkan sebelum bersamaku dia sudah memiliki hubungan dengan pacarnya.Entah lelaki macam apa dia, mempermainkanku tanpa perasaan. Apa dia tidak peduli aku hancur setelah dia tinggalkan? Ah mungkin dia memang tak memiliki hati.[Senja, kamu dimana?][Aku bilang ‘kan tunggu. Kamu harus menjelaskan semuanya.][Kenapa baru aktif? Pesanku dari kemarin juga tidak dibaca sama sekali.]“Pengecut, beraninya hanya di belakang.”Aku hanya membaca pesan itu tanpa ada niat untuk membalasnya.Kalau bisa aku ingin mengembalikan uang darinya agar tidak ada urusan
Selain kesembuhan Biru, keinginan terbesarku adalah pulang bersama Mas Aska. Ingin bahagia bersama keluarga kecilku. Tak perlu harta berlimpah asalkan suamiku kembali.Tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Mas Aska tidak sendiri, ada wanita yang akan dinikahinya. Lelaki itu bahkan menjadi pengecut karena tidak mengakui fakta di depan keluarganya.Tapi kalau demi Biru, aku akan mengusahakan. Di sini aku istri Mas Aska, sedangkan wanita itu baru calon jadi aku yang masih berhak, selangkah lebih di depan wanita bernama Mona itu.“Nja. Sudah dulu ya, Ibu sudah ditunggu ini. Mau jenguk orang sakit.” Suara ibu menyela meski wajahnya tak terlihat.“Iya, Bu.”Sambungan telepon terputus. Layar berubah menampilkan wallpaper wajah menggemaskan Biru saat baru lahir. Wajah Biru mirip sekali dengan Mas Aska, manjanya dan wataknya pun sama. Aku hanya dapat hikmahnya saja.Aku semakin lesu saat melihat panggilan masuk dari Danes. Meski malas tapi aku terima juga panggilan itu.“A
Aku beralih menatap Tante Kasih. “Tante, aku pamit. Maaf karena membuat keributan, tolong sampaikan pada Danes untuk tidak menghubungiku lagi.”“Jangan pulang sendiri, Nak. Biar nanti supir yang antar.” “Tidak usah, Tante. Terima kasih.” Aku beranjak dari tempat itu namun Mas Aska buru-buru mencekal tanganku.“Senja.”Tanpa kata. Kuhempaskan tangannya dan berlari keluar dari rumah itu. Tak peduli rasa tak nyaman karena heels yang kukenakan. Saat ini aku hanya ingin pergi jauh dan menangis sekencang-kencangnya.Untuk kesekian kalinya dia menorehkan luka. Kenapa Tuhan harus mempertemukanku dengannya? Kalau tahu begini aku lebih baik tidak tahu alasannya pergi lima tahun lalu.“Senja!” Mas Aska berteriak kencang.Bruk.“Argh!” Tubuhku terhempas ke aspal siku terasa perih dan lututku berdenyut nyeri.Salahku karena berlari keluar gerbang rumah tanpa memperhatikan jalan. Motor yang menabrakku malah pergi begitu saja.“Lututmu berdarah.” Mas Aska sudah berjongkok di depanku dengan wajah ya
POV Author“Ma, aku harus bagaimana?” Alaska bergumam lirih, ia benar-benar menyesal.Ia pikir Senja akan hidup senang dengan semua uang pemberiannya tapi ternyata istrinya itu malah menjadi seorang LC dengan mencari untuk sesuap nasi. Dan uang itu entah pergi kemana."Bicara baik-baik pada Senja, tapi jangan memaksanya kembali, dia sudah sangat terluka.”“Aku ... nggak mau kehilangannya, Ma.” Alaska menatap dengan mata memerah.“Itu konsekuensi dari apa yang sudah kamu perbuat, Al. Danes tidak tahu soal ini?”Alaska menggeleng lemah. “Sepertinya ... nggak.” Ia juga ragu, tapi dari gerak-geriknya menyimpulkan kalau Danes memang tidak tahu apa-apa.“Mama nggak mau sampai kamu dan Danes bertengkar ya, Al. Bicarakan dengan kepala dingin.” Kasih melengang meninggalkan putranya yang berdiri terpaku.*“Kita ... nggak bisa lanjut.”Mata Mona membulat sempurna. “Sayang, jangan bercanda, ini nggak lucu.”Alaska menghela napas panjang. “Kamu tahu sendiri aku nggak normal ‘kan? Jadi cari lelaki
Pertanyaan itu memenuhi benak Alaska. Ia sangat penasaran kehidupan sang istri setelah ia tinggalkan lima tahun lalu.“Mas, Ibu nggak tahu ‘kan?” tanya Senja setelah menandatangani surat persetujuan untuk operasi.“Nggak. Kamu tenang saja.”Suara dering ponsel milik Alaska membuat lelaki itu buru-buru bersembunyi, ia tidak mau sampai ketahuan. Mau ditaruh di mana mukanya nanti kalau kepergok mengikuti Senja.“Apa?” Suara lelaki itu meninggi membentak sekretarisnya.“Maaf, Pak. Setengah jam lagi meeting akan dimulai.”“Ya.”Alaska mematikan sambungan teleponnya lalu pergi dari sana. Ia tidak bisa mengabaikan jadwal meetingnya atau menunda. Berniat mencari tahu lagi nanti mengenai mantan istrinya itu.“Bilangnya saja menungguku, tersiksa tapi menikah juga dengan orang lain.” Alaska menggerutu karena merasa apa yang diucapkan Senja tempo hari tidak sesuai dengan kenyataannya.*[Maaf, Pak. Untuk beberapa hari ini saya tidak bisa menemani Anda makan. Saya janji akan mengganti di hari lain
“Ibu.”“Benar kamu Aska?”Alaska mengangguk. Ia benar-benar malu karena bertemu dengan ibu mertuanya setelah sekian lama, apalagi masalahnya dan Senja belum menemui titik terang.Pintu ruangan terbuka membuat Alaska dan Sari menengok.“Loh, Bu. Kenapa ada di sini?” Burhan kaget karena tidak menyangka ibunya Senja ada di sini.“Ibu nggak tenang dan memutuskan kesini, tapi kontrakan Senja sepi, kata tetangganya Biru sakit. Memang sakit apa? Kenapa nggak ada yang kasih tahu ibu?”“Bicara di ruanganku saja ya, Bu. Biru lagi istirahat soalnya, aku jelasin semuanya.” Burhan mengajak Sari ke ruangannya.Sedangkan Alaska masih berdiri mematung di sana. Ia ingin sekali masuk tapi takut membuat Senja marah. Meski mencoba untuk terlihat baik-baik saja, Alaska tahu istrinya menahan diri untuk tidak meledak seperti sebelumnya.“Pak Alaska, Anda bisa pulang kalau tidak ada kepentingan di sini.” Burhan sudah ada di sana karena kebetulan ruangannya tak jauh, ia tidak tenang kalau belum mengusir Alas
“Ibu.”“Benar kamu Aska?”Alaska mengangguk. Ia benar-benar malu karena bertemu dengan ibu mertuanya setelah sekian lama, apalagi masalahnya dan Senja belum menemui titik terang.Pintu ruangan terbuka membuat Alaska dan Sari menengok.“Loh, Bu. Kenapa ada di sini?” Burhan kaget karena tidak menyangka ibunya Senja ada di sini.“Ibu nggak tenang dan memutuskan kesini, tapi kontrakan Senja sepi, kata tetangganya Biru sakit. Memang sakit apa? Kenapa nggak ada yang kasih tahu ibu?”“Bicara di ruanganku saja ya, Bu. Biru lagi istirahat soalnya, aku jelasin semuanya.” Burhan mengajak Sari ke ruangannya.Sedangkan Alaska masih berdiri mematung di sana. Ia ingin sekali masuk tapi takut membuat Senja marah. Meski mencoba untuk terlihat baik-baik saja, Alaska tahu istrinya menahan diri untuk tidak meledak seperti sebelumnya.“Pak Alaska, Anda bisa pulang kalau tidak ada kepentingan di sini.” Burhan sudah ada di sana karena kebetulan ruangannya tak jauh, ia tidak tenang kalau belum mengusir Alas
Pertanyaan itu memenuhi benak Alaska. Ia sangat penasaran kehidupan sang istri setelah ia tinggalkan lima tahun lalu.“Mas, Ibu nggak tahu ‘kan?” tanya Senja setelah menandatangani surat persetujuan untuk operasi.“Nggak. Kamu tenang saja.”Suara dering ponsel milik Alaska membuat lelaki itu buru-buru bersembunyi, ia tidak mau sampai ketahuan. Mau ditaruh di mana mukanya nanti kalau kepergok mengikuti Senja.“Apa?” Suara lelaki itu meninggi membentak sekretarisnya.“Maaf, Pak. Setengah jam lagi meeting akan dimulai.”“Ya.”Alaska mematikan sambungan teleponnya lalu pergi dari sana. Ia tidak bisa mengabaikan jadwal meetingnya atau menunda. Berniat mencari tahu lagi nanti mengenai mantan istrinya itu.“Bilangnya saja menungguku, tersiksa tapi menikah juga dengan orang lain.” Alaska menggerutu karena merasa apa yang diucapkan Senja tempo hari tidak sesuai dengan kenyataannya.*[Maaf, Pak. Untuk beberapa hari ini saya tidak bisa menemani Anda makan. Saya janji akan mengganti di hari lain
POV Author“Ma, aku harus bagaimana?” Alaska bergumam lirih, ia benar-benar menyesal.Ia pikir Senja akan hidup senang dengan semua uang pemberiannya tapi ternyata istrinya itu malah menjadi seorang LC dengan mencari untuk sesuap nasi. Dan uang itu entah pergi kemana."Bicara baik-baik pada Senja, tapi jangan memaksanya kembali, dia sudah sangat terluka.”“Aku ... nggak mau kehilangannya, Ma.” Alaska menatap dengan mata memerah.“Itu konsekuensi dari apa yang sudah kamu perbuat, Al. Danes tidak tahu soal ini?”Alaska menggeleng lemah. “Sepertinya ... nggak.” Ia juga ragu, tapi dari gerak-geriknya menyimpulkan kalau Danes memang tidak tahu apa-apa.“Mama nggak mau sampai kamu dan Danes bertengkar ya, Al. Bicarakan dengan kepala dingin.” Kasih melengang meninggalkan putranya yang berdiri terpaku.*“Kita ... nggak bisa lanjut.”Mata Mona membulat sempurna. “Sayang, jangan bercanda, ini nggak lucu.”Alaska menghela napas panjang. “Kamu tahu sendiri aku nggak normal ‘kan? Jadi cari lelaki
Aku beralih menatap Tante Kasih. “Tante, aku pamit. Maaf karena membuat keributan, tolong sampaikan pada Danes untuk tidak menghubungiku lagi.”“Jangan pulang sendiri, Nak. Biar nanti supir yang antar.” “Tidak usah, Tante. Terima kasih.” Aku beranjak dari tempat itu namun Mas Aska buru-buru mencekal tanganku.“Senja.”Tanpa kata. Kuhempaskan tangannya dan berlari keluar dari rumah itu. Tak peduli rasa tak nyaman karena heels yang kukenakan. Saat ini aku hanya ingin pergi jauh dan menangis sekencang-kencangnya.Untuk kesekian kalinya dia menorehkan luka. Kenapa Tuhan harus mempertemukanku dengannya? Kalau tahu begini aku lebih baik tidak tahu alasannya pergi lima tahun lalu.“Senja!” Mas Aska berteriak kencang.Bruk.“Argh!” Tubuhku terhempas ke aspal siku terasa perih dan lututku berdenyut nyeri.Salahku karena berlari keluar gerbang rumah tanpa memperhatikan jalan. Motor yang menabrakku malah pergi begitu saja.“Lututmu berdarah.” Mas Aska sudah berjongkok di depanku dengan wajah ya
Selain kesembuhan Biru, keinginan terbesarku adalah pulang bersama Mas Aska. Ingin bahagia bersama keluarga kecilku. Tak perlu harta berlimpah asalkan suamiku kembali.Tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Mas Aska tidak sendiri, ada wanita yang akan dinikahinya. Lelaki itu bahkan menjadi pengecut karena tidak mengakui fakta di depan keluarganya.Tapi kalau demi Biru, aku akan mengusahakan. Di sini aku istri Mas Aska, sedangkan wanita itu baru calon jadi aku yang masih berhak, selangkah lebih di depan wanita bernama Mona itu.“Nja. Sudah dulu ya, Ibu sudah ditunggu ini. Mau jenguk orang sakit.” Suara ibu menyela meski wajahnya tak terlihat.“Iya, Bu.”Sambungan telepon terputus. Layar berubah menampilkan wallpaper wajah menggemaskan Biru saat baru lahir. Wajah Biru mirip sekali dengan Mas Aska, manjanya dan wataknya pun sama. Aku hanya dapat hikmahnya saja.Aku semakin lesu saat melihat panggilan masuk dari Danes. Meski malas tapi aku terima juga panggilan itu.“A
Aku tidak menyangka kalau dunia sesempit ini. Danes ternyata adiknya Mas Aska. Aku sama sekali tidak berpikir sejauh itu karena memang tidak ada kemiripan diantara Danes dan Mas Aska wajar kalau aku tidak bisa sampai menduga.Hubunganku dan Danes semakin tidak mungkin. Bagaimanapun Mas Aska masih suamiku.Tapi sebentar lagi jadi mantan karena katanya dia akan segera menikah. Aku tidak menyangka kalau dia menikahiku tapi di sini punya pacar, bahkan sebelum bersamaku dia sudah memiliki hubungan dengan pacarnya.Entah lelaki macam apa dia, mempermainkanku tanpa perasaan. Apa dia tidak peduli aku hancur setelah dia tinggalkan? Ah mungkin dia memang tak memiliki hati.[Senja, kamu dimana?][Aku bilang ‘kan tunggu. Kamu harus menjelaskan semuanya.][Kenapa baru aktif? Pesanku dari kemarin juga tidak dibaca sama sekali.]“Pengecut, beraninya hanya di belakang.”Aku hanya membaca pesan itu tanpa ada niat untuk membalasnya.Kalau bisa aku ingin mengembalikan uang darinya agar tidak ada urusan
POV Senja“Pak Sena.” Kupanggil lelaki bertubuh tinggi yang berdiri membelakangi.Dia berbalik dan saat itu juga tubuh ini langsung membeku. Dunia seperti runtuh di atas kepala.Dada ini bergemuruh mendengarnya memanggil. Suara lembutnya yang pernah kurindukan begitu menyayat hati.Kejadian 5 tahun lalu berputar dalam kepala saat dia meninggalkanku setelah sebulan menikah, tanpa alasan.‘Tidak Senja, jangan mundur. Kalau kamu lari, sama saja kamu kalah dari dia. Buktikan tanpanya kamu masih baik-baik saja.’Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak menangis di hadapannya meski rasanya desakan air mata ini sulit ditahan.Kaget dan malu bercampur satu, masalahnya profesiku ini yang membuat malu. Menjadi seorang LC, memang halal karena aku tidak menjual diri tapi selalu dipandang sebelah mata oleh orang lain.Aku pun terpaksa karena putraku Baskara Biru Jagat, mengalami penyakit jantung bawaan dan itu dari ayahnya.“Maaf membuat Anda menunggu lama, Pak.” Dengan susah payah kulempar senyu
Suara Mama terdengar dari dalam membuatku dan Senja sama-sama mematung.Senja buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya. Dia sepertinya masih ingin menyembunyikan fakta tentang kami di depan mama.“Kenapa datang nggak bilang-bilang, Nak?” Mama tersenyum hangat pada Senja.Dari dulu Mama memang selalu menyuruhku dan juga Danes untuk buru-buru menikah.“Ada acara ya, Tante? Kalau begitu saya pulang saja, kesini hanya memberikan kado dan kue untuk, Tante.”“Ya ampun, kenapa kamu repot-repot. Senang banget Tante dapat hadiah dari calon menantu. Jadi nggak sabar kamu dan Danes menikah, sayang.”Dadaku bergemuruh, aku tidak terima itu. “Senja tidak akan menikah dengan Danes!” kataku dengan tegas tanpa ragu.Senja terbelalak sedangkan Mama tampak tidak mengerti dengan apa yang kukatakan.“Apa maksud kamu?” Mama bertanya dengan kening mengernyit.“Senja ini istriku, Ma. Aku menikahinya lima tahun lalu.”Aku tidak mau menyembunyikan lagi, tidak peduli apa yang terjadi padaku nanti. Tapi akan kup
Semalaman aku tidak bisa tidur karena Senja bilang akan bertemu calon mertuanya. Aku tidak bisa terima itu, dia masih istriku. Tidak akan kubiarkan siapapun memilikinya.Dan hari ini saat aku pulang dari kantor benar-benar terkejut melihat Senja ada di rumahku.Kenapa dia bisa tahu aku tinggal di sini? Ada orang tuaku dan juga adikku. Sempat berpikir Senja sudah menceritakan semuanya.“Baby, ini abangku. Bang Al, Alaska Nawasena.” Danes memperkenalkanku pada Senja.Baby? Jangan bilang calon mertua yang Senja maksud itu orang tuaku dan pacaranya ... adikku sendiri.Aku tidak bisa bicara apa-apa. Membongkar semuanya sekarang sangat beresiko, kalau saja Mona tahu maka Senja yang akan diusik nantinya. Aku tidak mau Senja kenapa-napa.Sepertinya aku harus bicara lebih dulu pada Senja setelah itu mengakui semuanya pada orang tuaku untuk membatalkan pernikahan dengan Mona.Kutinggalkan ruangan itu tanpa bicara apapun. Perasaan ini tak karuan.Bagaimana mungkin Senja bisa berpacaran dengan ad