Situasi di Istana Tua itu benar-benar semakin mencekam ketika rombongan tersebut mulai memasukinya. Seolah sarang mahluk buas.
Lanting Beruga mengamati setiap dinding Istana ini, dibuat dengan benar-benar unik, terasa kuno dan dingin.
Jika dia memiliki mata yang bagus seperti Sekar Ayu, dia akan tahu jika Istana ini selalu memancarkan energi kuat yang mengintimidasi orang lain.
Hari yang sama, tanpa istirahat, Guru Kilat Putih mengumpulkan 12 muridnya di puncak tertinggi Istana ini.
Ada semacam halaman kecil di puncak Istana itu, terdiri dari susunan batu berwarna putih, mirip seperti batu kapur.
"Aku akan memulai perkenalannya ..." ucap Guru Kilat Putih.
Pria itu kemudian menjelaskan siapa dirinya, dan kenapa menjadi guru bagi 12 bintang suci di Sursena.
Sursena adalah satu negara dari 5 negara di sebuah pulau yang disebut sebagai benua Sunda.
5 Negara ini melakukan kerja sama setelah perang Sursena pertama, membua
Dari pada kebanyakan orang, Lanting Beruga lebih sedikit tidur di malam hari, hanya beberapa waktu saja. Melihat kemampuan Guru Kilat Putih, membuat dia yakin, jika jalannya menjadi Dewa pedang masih sangat jauh lagi panjang.Setiap hari mereka bertiga akan mengumpulkan kayu bakar dari dalam hutan. Karena pegunungan ini begitu gersang, satu-satunya cara mendapatkan kayu bakar hanyalah turun dari gunung ini.Kakas Mangkuraga mulai kesal, bukan hanya dia menjadi tim Lanting Beruga, tapi juga mendapatkan tugas paling berat dari pada tim-tim yang lainnya.Misalnya, tim yang ada didapur, mereka akan kenyang setiap waktu, atau tim memelihara tanaman obat yang sangat santai."Kalian hanya bertugas mengumpulkan kayunya, biar aku yang membawanya ..." ucap Lanting Beruga."Tentu saja kau yang harus membawanya, apa aku yang orang bangsawan ini yang harus memikul kayu bakar itu, atau gadis cantik?" Kakas Mangkuraga mengedipkan matanya ke arah Sekar Ayu, tapi t
Lanting Beruga tidak terlalu peduli dengan dua kabar baik mengenai Angga Nurmeda dan juga dua gadis yang lainnya.Tapi kabar buruk yang dibawa oleh Kakas Mangkuraga membuat kepalanya yang bodoh terasa sedikit sakit."Raja Lakuning Banyu sakit keras?" gumam Lanting Beruga. "Tahta mungkin akan jatuh kepada Putra Mahkota, tapi penobatan seorang raja tidak bisa dilakukan tanpa keris panca naga."Keris Panca Naga adalah simbol dari kekuatan, persatuan, dan keamanan Istana Sursena. Barang siapa yang memiliki keris tersebut, dialah yang layak menjadi Raja.Tapi bagaimana hasilnya, jika penobatan tersebut dilakukan tanpa keris panca naga? Akan ada kekisruhan di Istana Sursena.Yang mengkhawatirkan adalah, Pangeran Rosalwu bisa saja memanfaatkan hal ini untuk menentang Raja yang baru dilantik, dengan dalih keris panca naga tersebut.Mengingat jumlah prajurit yang memihak Rosalawu sangat banyak, bukan tidak mungkin terjadi kudeta.Namun ini ten
Dua bulan telah berlalu, semua anggota Bintang Suci tampaknya mulai terbiasa dengan aturan yang diberikan oleh Guru Kilat Putih. Dan semuanya tampak akrab.Ketika makan malam berlangsung, semua murid saling bertukar cerita dan pengalaman. Memang ada sentilan-sentilan yang dikeluarkan dari beberapa murid pria tapi tidak dapat merusak suasana makan malam itu."Aku dengar Subansari dan Intan Kumala telah mencapai tahap puncak pendekar emas?" Putri Rismananti bertanya kepada dua gadis itu. "Hebat sekali, mungkin hanya dalam satu bulan lagi, kalian berdua akan mencapai level yang sama dengan kami berempat."Subansari tersenyum kecil, begitu juga Intan Kumala. Karena saling bersaing, dua gadis itu tidak sadar telah berlatih lebih keras dari biasanya."Sekar ayu, sepertinya kau juga mengalami peningkatan, bukan?" tanya Rismananti."Aku ..." Sekar Ayu tersenyum tipis, "aku tidak bisa sebaik kalian, tapi aku ingin berusaha melakukan yang terbaik.""S
Guru Kilat Putih mulai menggambarkan situasi yang terjadi pada banyak negara, kerakusan dan iri dengki adalah sumber petaka. Akan melemahkan negara itu dari dalam, dan pada akhirnya menciptakan kesempatan bagi golongan lain.Golongan lain ini bisa saja Kelompok Bulan Merah, atau kelompok yang lain, bahkan tidak mungkin negara tetangga."Bintang Suci dibuat untuk menjaga perdamaian itu, 12 orang yang akan menjadi pelindung, dan penjaga Sursena.""Guru, kenapa kau mengatakan hal ini kepadaku?" tanya Lanting Beruga."Karena di dalam tubuhnya, bersarang kekuatan yang mengerikan, aku bisa melihatnya dan merasakan kekuatan tersebut. Satu-satunya yang kukhawatirkan adalah dirimu, jika kau salah berpihak, dengan kekuatanmu kau malah akan menghancurkan Sursena, tidak! bahkan mengundang kekacauan di dataran Sundalan keseluruhannya."4 pusaka lain belum muncul ke dunia persilatan, tapi meski hanya satu saja, Guru Kilat Putih sangat yakin dunia ini akan menjad
Esok malam Lanting Beruga membuka kembali kitab kuno yang mempelajari Kerangka Dewa, dan benar di dalam catatan tersebut, tertulis air mata suci."Sekarang aku memiliki dua sumber daya pelatihan, jika aku bisa menyerap ke duanya, kekuatan pisikku akan setara dengan puncak level tanding, mungkin pilih tanding."Tanpa membuang waktu Lanting Beruga menyiapkan segala hal yang diperlukan.Dia memilih untuk menyerap air mata suci terlebih dahulu, tapi dia membutuhkan sebuah wadah besar, seperti tong yang terbuat dari batu.Tidak ada tong batu di istana tua ini, jadi malam-malam Lanting Beruga keluar dari istana dan membuat tong dari batu.Cukup lama, Lanting Beruga bukan ahli dalam membuat pahatan batu, jadi tong yang dia ciptakan hanya ala kadarnya saja."Apa yang dilakukan saudara Lanting?" Sekar Ayu terjaga malam hari mendengar suara ketukan di halaman belakang Istana, dan melihat Lanting Beruga baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah dua hari dua malam lamanya, rasa sakit yang dialami Lanting Beruga mulai mereda, ini mungkin karena Lanting Beruga berhasil menahannya atau mungkin karena dia berhasil mematikan perasaanya.Bukankah perasaan hanya ada di dalam hidup manusia, seperti sebuah ilusi yang mempermainkan pikiran? Rasa hanya sebuah media yang membantu manusia untuk menggambarkan sebuah keadaan.Seseorang tidak tahu telah terluka jika dia tidak merasakan pedihnya terkena tebasan pedang.Bahkan seseorang tidak mungkin berhenti bekerja, jika dia tidak merasakan letihnya berkerja tersebut.Jika kau bisa mematikan rasamu, kau telah memutus sifat dalam hidupmu. Hal ini yang dilakukan oleh Lanting Beruga selama menyerap air mata suci.Dia berhasil mematikan rasa yang ada di dalam dirinya, membuatnya tidak merasa sakit sama sekali. Namun hal ini juga berbahaya bagi Lanting Beruga, sebab jika terlalu sering mematikan perasaan, dia akan kehilangan kemanusiannya.Di lu
Otot Naga Api level 2, hal yang jarang dimiliki oleh pendekar saat ini kecuali bagi mereka yang telah mecapai level tanpa tanding. Bahkan level pilih tanding hanya mampu mencapai singa emas level 4 saja.Kekuatan pisik Lanting Beruga setara dengan pendekar puncak tanding, artinya setara dengan pendekar yang memiliki lebih dari 5000 titik cakra.Satrio Langit adalah satu-satunya yang memiliki tenaga dalam lebih dari 5000 titik cakra saat ini, murid jenius terbaik yang pernah ada di seluruh negara Sursena. Sementara Altar Buana baru mencapai 4000 titik cakra, dan Rismananti baru mencapai 3500, sementara Angga Nurmeda masih di angka 3200 titik cakra.Butuh 1400 titik cakra bagi Satrio Langit untuk mencapai level pilih tanding, tapi sumber daya level tinggi sekalipun tidak berguna lagi kepada pemuda tersebut.Semakin tinggi tenaga dalam seseorang, semakin sulit dia untuk meningkatkannya lagi.Level satu hingga level emas dapat dikejar, karena tingkat p
Mendengar hal itu, semua murid menjadi sangat terkejut. Siapa yang memberi perintah penangkapan anggota bintang suci, dan kenapa mereka ditangkap?Situasi seperti ini jelas tidak baik, semua orang menjadi cemas."Pergilah kalian semua!" ucap Lanting Beruga. "Aku akan menahan mereka!""Tunggu! apa yang kau rencanakan!" tanya Subansari. "Kita akan pergi dari sini bersama-sama, dan kembali ke Majangkara jika situasinya tidak memungkinkan."Lanting Beruga tersenyum kecil, menatap wajah Subansari dengan sendu, gadis itu tampaknya tidak tahu situasi mereka saat ini.Subansari tidak sadar, jika mereka bukan anak-anak kecil lagi. Kembali ke Majangkara hanya akan membawa petaka saja, berimbas pada Sekte Awan Berarak.Meski Lanting Beruga tidak tahu siapa yang memerintahkan pasukan di bawah gununug ini, tapi firasatnya berkata buruk."Kalau begitu aku dan Lanting Beruga yang akan menahan mereka, gunakan perpustakaan bawah tanah untu
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m