"Apakah sudah ada kabar dari Putri Sin Tang?" tanya salah satu pendekar level bumi rendah yang memiliki rambut putih perak dengan pedang berwarna emas yang tanpa memiliki sarungnya.
Pria itu sudah tua, tapi wajahnya terlihat seperti anak muda yang baru berusia belasan tahun. Dengan ukuran tubuhnya yang pendek, orang lain akan mengira dia benar-benar anak kecil.
Namun, kemampuan pendekar itu tidak dapat dianggap remeh. Teknik Seribu Tebasan Udara yang dikuasainya, memungkinkan dia mampu membunuh pasukan dalam jumlah yang begitu banyak.
"Kita belum mendapatkan informasi apapun dari Putri Sin Tang," timpal pria berparas wanita yang sekarang sedang duduk sambil mengasah bilah pedangnya. "Lagipula, belum ada informasi mengenai jadwal penyerangan Kekaisaran Tang, untuk saat ini kita lebih baik bersantai terlebih dahulu."
"Kau selalu seperti ini" timpal Pendekar Berambut perak lagi. "Apa kau tidak memikirkan jika situasi kita saat ini tidak baik-baik saja,
Di sisi lain lagi, Lanting Beruga dan pasukan para pendekar aliran putih tampaknya mulai menguasai medan pertempuran ini. Jumlah lawan mungkin masih sangat banyak, tapi mereka mulai kehilangan mental, hingga dengan mudah dapat dilumpuhkan oleh pendekar aliran putih. Dengan Lanting Beruga sebagai pemimpin dari pasukan tersebut, hampir tidak ada kematian yang begitu banyak dari pihak aliran putih itu. Setiap pendekar aliran putih yang hampir saja mati, Lanting Beruga sudah datang tepat waktu, dan menghabisi prajurit tersebut. "Mata Asura!" ucap Lanting Beruga, suaranya terdengar datar dan pelan, tapi efek dari mata itu membuat lima pendekar yang berada di level puncak tanpa tanding mendadak terhenti. 6 pendekar yang lain melihat temannya dalam bahaya, langsung melepaskan pukulan energi ke arah Lanting Beruga. Kilauan cahaya terang menerjang udara kering yang membawa aroma anyir, tapi serangan mereka tidak berhasil membuat Lanting Beruga terpukul
Lima buah rumah baru saja menjadi puing-puing reruntuhan akibat pertarungan antara Tetua Kong melawan salah satu dari prajurit elit.Meskipun dirinya sudah cukup tua, dan mungkin paling tua jika dibandingkan dengan semua orang yang bertarung di desa ini, nyatanya Tetua Kong masih dapat mengimbangi serangan-serangan yang dilakukan oleh lawannya.Sebuah jurus level tinggi baru saja digunakan oleh prajurit elit, menciptakan dua larik cahaya menyilaukan yang bergerak di permukaan tanah."Dinding Pertahanan!" teriak Tetua Kong, dia memasang kuda-kuda, sebelum kemudian energi perak yang bersinar redup membentuk kubah dan mengelilingi tubuh tuanya.Booom.Benturan dari dua jurus terjadi begitu dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang membuat kepingan bangunan di sekitar tubu Tetua Kong berhamburan.Beberapa serpihan puing-puing itu tanpa sengaja menghantam para prajurit yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian.Beberapa dari mereka
"Jangan alihkan perhatianmu dariku?" ucap Prajurit Elit, yang kini tiba-tiba telah berada di depan Tetua Kong. Dia menyerang pria tua itu sekuat tenaga, tapi Tetua Kong sudah mengantisipasi hal itu.Dia tidak benar-benar lengah, dia masih mengawasi pergerakan lawannya meskipun sesekali pandangannya teralihkan.Sebuah serangan gagal mengenai Tetua Kong, lebih dari itu, pria tua itu malah berhasil melukai lawannya dengan pedang biasa.Luka yang diciptakan oleh Tetua Kong mungkin tidak terlalu dalam ataupun parah, tapi luka itu hampir saja membuat lawannya mati karena hampir mengenai batang lehernya.Hanya satu jengkal saja luka itu dari batang leher prajurit tersebut."Sepertinya siapa yang telah lengah di sini?" ucap Tetua Kong.Sementara itu, Tetua Jingmi baru saja terlempar puluhan depa jauhnya setelah menahan serangan lawan. Prajurit yang dilawan Jingmi rupanya cukup tangguh, lebih tanggu dibandingkan yang dilawan oleh Tetua Kong.A
Arah serangan naga bayangan sebenarnya menuju prajurit elit yang baru saja menghajar Tetua Jingmi hingga hampir saja mati. Namun sebelum serangan itu mendarat pada sasaran, naga bayangan merah malah menghabisi beberapa puluh prajurit yang ada di dekat jalur lintasannya. Sontak saja semua prajurit menjadi ketakutan, dan berusaha secepat mungkin untuk menjauhi jurus aneh tersebut. Di mata Tetua Jingmi, naga itu terlihat nyata dan hidup, seolah siluman yang berteman dengan manusia, tapi pada dasarnya itu adalah kumpulan energi yang membentuk menjadi seekor naga. Prajurit tidak membutuhkan waktu banyak untuk memutuskan apa yang harus dia lakukan saat ini? tentu saja melarikan diri. Dengan seluruh aura alam yang terkandung di dalam tubuhnya, dia mengerahkan energi itu pada ilmu meringankan tubuh, lalu pergi secepat yang dia bisa. Namun, belum sempat terlalu jauh, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang mengerikan seolah datang dari segala sisi.
Di sisi lain, Jun Hui semakin menggila dengan menyerang banyak pendekar aliansi putih di wilayah Utara.Serigala besar berkepala tiga bukan hanya begitu buas, tapi tampaknya kebal dengan segala jenis senjata tajam.Dua orang baru saja melempar tombak ke arah Serigala tersebut, tapi nyatanya tidak mampu menembus kulit siluman serigala itu.Tindakan pendekar itu malah memancing amarah dari Serigala, hingga serangannya semakin buas dan brutal.Dalam keadaan dipenuhi oleh kabut hitam gelap ini, para pendekar aliran putih tidak dapat melihat keberadaan Juh Hui. Ketika mereka melihatnya, semuanya sudah terlambat.Pendekar berambut perak dengan tubuh kecilnya, mulai menyapu kabut yang menyelimuti tempat ini.Dengan ayunan pedang, dia mengirim gelombang udara, tapi dalam beberapa detik kemudian, kabut hitam kembali menyelimuti pandangan setiap pendekar.Namun itu sudah cukup bagi pendekar berambut perak itu untuk menemukan lokasi keberadaan m
Serangan Tetua Berambut Perak akhirnya mengenai sasaran, Jun Hui tidak sempat mengarahkan cermin penyerap energi pada satu serangan kuat tersebut.Alhasil, dia mengalami luka di bagain pundaknya, meskipun tidak terlalu parah, tapi cukup untuk membuat darah pria itu keluar dari tubuh.Jun Hui merasa kesal, dia menatap wajah Tetua Berambut Perak dengan penuh kebencian, ditambah lagi Tetua Berwajah Wanita itu selalu menghujani serigala berkepala tiga dengan bunga-bunga lotus sialan itu."Bodoh, jangan hanya diam saja!" teriak Jun Hui. "Aku tidak memberimu makan untuk menerima serangan musuh seperti itu?"Mendengar ucapan Jun Hui, serigala besar berkepala tiga itu mendadak tersentak, seolah baru saja tersadarkan. Sebuah serangan bunga lotus besar yang bergerak ke arah wajahnya, malah berhasil dihancurkan oleh taring-taring tajam serigala tersebut.Pecahan bunga lotus tentu saja melukai isi dalam mulut salah satu kepala serigala, tapi hal itu tidak lant
Di situasi lain, Lanting Beruga masih diliputi rasa kesal karena ulahnya sendiri yang menghancurkan gudang makanan.Ah, sial sekali kini dia mulai seperti pendekar yang kesetanan karena masalah makanan itu.Beberapa orang yang mencoba menghentikan tindakannya, malah kini ketakutan bukan kepalang. Mereka tidak berani mendekati Lanting Beruga lebih dari 10 depa dekatnya, atau mereka akan melihat betapa mengerikan pemuda itu saat ini.Sementara itu, Tetua Jingmi tidak tahu harus melakukan apa saat ini, dia sendiri malah ketakutan melihat Lanting Beruga.Sesekali pemuda itu berteriak keras, sesekali dia malah bergumam kecil, merancau seperti orang menggigau saat tidur."Dia sudah menggila!" teriak pendekar aliran putih yang berada tidak jauh dari dirinya. "Jangan dekati pemuda itu, jika punya kesempatan segera menjauh, jika kalian tidak ingin kena imbas kemarahannya!"Ya, sekarang bukan hanya Prajurit Kekaisaran Tang yang merasa terintimidasi de
Tian Cia berhenti di tepi air, tapi wajahnya masih terlihat gelisah, takut jika pasukan aliran putih masih mengejar dirinya di belakang. Karena itu, dia hanya meminum seteguk air, lalu melaju lagi menyeberangi sungai ini.Setelah menjelang malam hari, dia baru berhenti melarikan diri, dan kini pria berwajah buruk itu tersandar di bawah pohon rimbun sambil mengatur nafasnya yang tersengkal-sengkal di tenggorokan.Benar-benar gila pikir pria itu, yang terjadi barusan benar-benar membuat jiwanya merasa terguncang. Bagaimana seorang pemuda tanpa tenaga dalam atau pula aura alam mampu menghajarnya hanya dengan sekali gerakan saja, dan hal itu membuat Tian Cia hampir saja mati."Kenapa ada pemuda seperti dirinya muncul di kekaisaran Tan?" gumam Tian Cia, belum pula berhasil menenangkan pikirannya, tiba-tiba dia mendengar ada suara gerakan di balik semak.Sontak saja Tian Cia berdiri dan memasang kuda-kuda untuk melarikan diri lagi. "Apa mereka telah menemukan d