Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Salah Ruangan

Share

Salah Ruangan

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-13 17:46:08

Lanting Beruga masih tertidur pulas di atas pembaringan di dalam Devisi Bayangan. Arnamama membawa pemuda itu langsung ke tempat ini, sambil sesekali memaki pemuda itu panjang pendek.

Hal yang membuat pria itu hampir gila adalah, ketika istrinya tercinta melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihat oleh Intinagi. Sialnya, Lanting Beruga begitu polos sampai tidak menyadari jika barang kesayangannya berhasil menarik perhatian Intinagi, dan juga seluruh wanita suku pedalaman.

Semua wanita itu menyatakan siap untuk dikawini oleh leluhur mereka, jika memang itu perlu dilakukan. Bayangkan betapa gilanya Arnamawa karena hal itu.

Tanpa menyapa tetua yang lain, Arnamawa langsung kembali ke Devisi Informasi untuk melaporkan hal ini kepada Ketua Devisi mereka.

"Jadi tidak ada prasasti itu?" tanya Ketua Devisi Informasi.

"Kami sudah memeriksanya dengan baik, tida ada satu bagian di pulau itu yang luput dari pandangan kami ..." ucap Arnawama.

"Tapi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
rahmat sadami
mantapppp ...
goodnovel comment avatar
Wiratma Dika
sy sdh baca bnyak bab kok balik ke bab 1 lg. ada apa?
goodnovel comment avatar
nugraha rangga
wkwkwkw.. konyoll
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Badai Petir

    Lanting Beruga menggaruk kepalanya, sebelum kemudian dia berdiri dan hendak pergi dari aula ini, tapi Arnamawa menghentikan pemuda itu."Dialah tangan Kanan Ketua Devisi Bayangan, kenapa kau mengusirnya?"Mendengar hal itu, tetua tadi mendadak kaku, dia menoleh ke arah Lanting Beruga cukup lama kemudian menoleh kara arah Ketua Devisi Bayangan di kursi depan.Sorot mata Ketua Devisi Bayangan sedikit berubah, hal ini membuat tetua itu menjadi sedikit takut. Di sini, orang-orang seperti Ketua Devisi Bayangan akan sangat merepotkan jika mereka sampai disinggung."Kalau begitu aku minta maaf ..."Lanting Beruga tertawa kecil, tidak menghiraukan tetua itu ataupun semua tetua yang ada di ruangan ini. Dia pergi masih dengan tawanya yang khas.Seseorang hanya akan melihat permukaan kulit, ini benar-benar menjengkelkan.Karena tidak tahu harus ke mana, Lanting Beruga berjalan ke pinggiran taman Istana yang luas.Ada banyak pohon besar di

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • LANTING BRUGA   Kesempatan Kecil

    Lanting Beruga melihat ke atas, seorang pria berperawakan tinggi besar berdiri di atas menara itu. Matanya tajam melihat ke arah Lanting Beruga seolah mata elang yang mengincar mangsanya.Lanting Beruga menyapu pandangan sesaat, menyadari jika iklim di tempat ini benar-benar ektrim.Tanpa banyak pikir Lanting Beruga naik ke atas menara."Badai petir akan datang sesaat lagi, pendekar level tinggipun tidak mungkin dapat bertahan ..." ucap orang itu.Dia mengajak Lanting Beruga memasuki pintu menara, sebuah pintu yang dibuat oleh batu hitam yang sama dengan bahan pembuatan penjara ini.Menuruni tangga cukup banyak, akhirnya Lanting Beruga tiba pula di sisi dalam Istana. Sebuah tempat dimana semua orang sudah berusia begitu tua."Tunggu apa yang terjadi?" gumam Lanting Beruga. "Tidak adakah manusia muda di tempat ini?"Pria bermata tajam tadi menghela nafas panjang, "kau akan tahu apa yang terjadi setelah tinggal di sini selama 30 tahun l

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • LANTING BRUGA   Keberadan Guru

    Di luar Istana ini, badai petir mulai menyambar setiap sisi penjara kematian. Sesekali percikan api yang muncul membuat beberapa batu rapuh hancur berkeping-keping.Tidak ada sisi istana ini yang luput dari badai petir, jika sekarang ada sisi bangunan yang tidak terkena sambarannya, maka besok pagi sisi itu akan terkena sambaran petir.Lautan yang masuk ke dalam jurang dalam, jurang yang mengelilingi istana ini mulai menunjukan ombaknya yang begitu dahsyat.Tidak ada yanga tahu bagaimana fenomena di tempat ini bis terjadi begitu mengerikan, sebab tidak ada satu orangpun yang berhasil mempelajarinya.Sesekali pria bermata tajam akan keluar ke atas menara, mencoba melihat kemungkinan terjadinya hal baik, tapi selama belasan tahun lamanya dia telah berada di sini, dia menyimpulkan hanya ada kematian di luar penjara ini."Aku yakin ada pintu keluar ..." ucap Lanting Beruga. "Tapi mungkin berada di sisi terjauh lautan ini ...""Meskipun mungkin m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • LANTING BRUGA   Penjara Siluman

    Setelah mengetahui semuanya dari mulut Gurunya sendiri, Lanting Beruga akhirnya memutuskan untuk bertekad keluar dari tempat ini.Dia sudah tahu siapa musuhnya di dalam Serikat Satria, yaitu Ketua Devisi Informasi yang terkenal sangat lembut dan santun.Sial, rupanya sifat itu hanya untuk menutupi kelicikannya saja. Lanting Beruga benar-benar membenci orang seperti itu."Aku akan memeriksa semua tempat di penjara ini, Guru!"Guru Kilat Putih awalnya ragu, tapi dia tidak bisa mencegah keinginan Lanting Beruga. Lagipula saat ini hanya dirinya satu-satunya harapan Guru Kilat Putih."Mata yang kau miliki milik Sekar Ayu?" ucap Guru Kilat Putih. "Apa yang terjadi dengan dirinya?"Dengan wajah lesu, Lanting Beruga menceritakan kejadian yang telah menimpa Sekar Ayu, dan bagaimana dirinya bisa mendapatkan mata kirinya."Mata Asura ..." ucap Guru Kilat Putih. "Jika Sekar Ayu masih hidup, dia akan diincar oleh semua pendekar karena memili

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • LANTING BRUGA   Teknik Pukulan Bayangan

    Sekumpulan siluman datang menyerang, bergerak liar di sekitar Lanting Beruga. Melihat manusia adalah hal yang langka, membuat perut mereka menjadi lapar.Pria di sebelah Lanting Beruga mengeraskan rahang, mengepalkan tinju, bersiap menghadang lawan yang sesaat lagi akan datang.Meliuk ular besar berniat menerkam Lanting Beruga, tapi siluman lain melakukan hal yang sama, jadi mereka saling sikut kiri kanan untuk mendapatkan makanan.Tapi mereka tidak tahu, ada benang begitu tipis telah mengelilingi tempat ini."AHKKK!" ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, tapi berhenti tepat di hadapan Lanting Beruga ketika dia menyadari telah terjadi sesuatu dengan tubuhnya.Tak sengaja ular itu terkena benang emas milik Lanting Beruga. Membuat tubuhnya terhenti dan sisik di tubuhnya mulai terkelupas.Krek krek. Suara benang emas berderik, tapi tidak putus.Lanting Beruga tersenyum tipis, mata kirinya berdenyut kuat saat energi batin menyerang energ

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • LANTING BRUGA   Sarang Siluman

    "Apa yang akan kau lakukan jika keluar dari tempat ini, Paman?" tanya Lanting Beruga."Kembali ke kampung halaman, di Negara Swarnadwipa ..." ucap Rambai Kaca.Swarnadwipa, Lanting Beruga terdiam cukup lama."Apa kau tahu negara itu?" tanya Rambai Kaca."Ya, hanya sedikit dari cerita kakekku ..." ucap Lanting Beruga. "Dia berasal dari sana ...Kakek tidak memberi tahuku informasi yang banyak, aku juga tidak tahu apa alasannya?"Rambai Kaca bercerita sedikit mengenai kampung halamannya, dan ini membuat Lanting Beruga berniat pergi ke tempat itu suatu saat nanti.Setelah menyantap banyak daging siluman, Rambai Kaca duduk bersila tidak jauh dari api unggun ini. Dia meletakan tangannya ke dasar penjara, lalu energi kecoklatan mulai masuk ke dalam tubuhnya.Menurut pria itu, dalam ke adaan seperti ini, dia tidak boleh lengah, harus tetap waspada karena kemungkinan besar masih banyak siluman yang akan menyerang mereka di tempat ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • LANTING BRUGA   Raja Siluman

    Lanting Beruga harus menggunakan kekuatan roh api dan mata asura untuk menghadapi ratusan siluman buas yang mengincar mereka.Meski menebas kepala siluman itu cukup mudah dilakukan, tapi lama-kelamaan sedikit lebih sulit. Hal ini mungkin karena stamina dua orang itu semakin terkuras habis, atau mungkin pula level siluman yang mereka lawan saat lebih tinggi dari sebelumnya.Gemerincing suara tebasan pedang Lanting Beruga terdengar nyaring manakala berbenturan dengan kulit keras siluman tersebut.Di sisi lain, kepalan tinju Rambai Kaca telah mengirim beberapa belas siluman ke alam baka, tapi jumlah seperti itu masih sangat kecil dibanding jumlah keseluruhan siluman ini.Lanting Beruga bergerak ke belakang, ketika dua ekor siluman secepat kilat menusukan duri dari tangan mereka. Pada saat yang sama, pemuda itu meninggalkan benang emas di sepanjang jalur lintasannya.Rambai Kaca melihat hal itu tidak berniat mendekati pemuda itu lagi, dia tidak memilik

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • LANTING BRUGA   Ini Sudah Cukup

    Wajah Lanting Beruga mulai terlihat begitu serius, tidak ada senyum di bibirnya saat ini.Dengan penuh kesadaran, Lanting Beruga mengetahui lawannya begitu tangguh.Siluman laba-laba itu lebih kuat daripada ular yang ada di gerbang pusaran energi Devisi Penerimaan.Mahluk itu berdecis sekali, menunjukan gigi besar di monyong mulutnya.Push.Tembakan jaring laba-laba bergerak begitu cepat ke arah Lanting Beruga, hampir saja berhasil menangkap tubuh pemuda tersebut.Pow Pow PowMata kiri Lanting Beruga mengirim energi batin dalam jumlah yang sangat banyak, membuat kepala Lanting Beruga sedikit sakit.Serangan energi batin itu berhasil melemahkan energi siluman raja laba-laba, tapi biasanya serangan energi batin bisa langsung membunuh para siluman.Lanting Beruga melihat sebuah kesempatan untuk menyerang, langsung memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik."Tarian Dewa Angin ..." Lanting Beruga bergerak ke depan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status