Lanting Beruga masih tertidur pulas di atas pembaringan di dalam Devisi Bayangan. Arnamama membawa pemuda itu langsung ke tempat ini, sambil sesekali memaki pemuda itu panjang pendek.
Hal yang membuat pria itu hampir gila adalah, ketika istrinya tercinta melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihat oleh Intinagi. Sialnya, Lanting Beruga begitu polos sampai tidak menyadari jika barang kesayangannya berhasil menarik perhatian Intinagi, dan juga seluruh wanita suku pedalaman.
Semua wanita itu menyatakan siap untuk dikawini oleh leluhur mereka, jika memang itu perlu dilakukan. Bayangkan betapa gilanya Arnamawa karena hal itu.
Tanpa menyapa tetua yang lain, Arnamawa langsung kembali ke Devisi Informasi untuk melaporkan hal ini kepada Ketua Devisi mereka.
"Jadi tidak ada prasasti itu?" tanya Ketua Devisi Informasi.
"Kami sudah memeriksanya dengan baik, tida ada satu bagian di pulau itu yang luput dari pandangan kami ..." ucap Arnawama.
"Tapi
Lanting Beruga menggaruk kepalanya, sebelum kemudian dia berdiri dan hendak pergi dari aula ini, tapi Arnamawa menghentikan pemuda itu."Dialah tangan Kanan Ketua Devisi Bayangan, kenapa kau mengusirnya?"Mendengar hal itu, tetua tadi mendadak kaku, dia menoleh ke arah Lanting Beruga cukup lama kemudian menoleh kara arah Ketua Devisi Bayangan di kursi depan.Sorot mata Ketua Devisi Bayangan sedikit berubah, hal ini membuat tetua itu menjadi sedikit takut. Di sini, orang-orang seperti Ketua Devisi Bayangan akan sangat merepotkan jika mereka sampai disinggung."Kalau begitu aku minta maaf ..."Lanting Beruga tertawa kecil, tidak menghiraukan tetua itu ataupun semua tetua yang ada di ruangan ini. Dia pergi masih dengan tawanya yang khas.Seseorang hanya akan melihat permukaan kulit, ini benar-benar menjengkelkan.Karena tidak tahu harus ke mana, Lanting Beruga berjalan ke pinggiran taman Istana yang luas.Ada banyak pohon besar di
Lanting Beruga melihat ke atas, seorang pria berperawakan tinggi besar berdiri di atas menara itu. Matanya tajam melihat ke arah Lanting Beruga seolah mata elang yang mengincar mangsanya.Lanting Beruga menyapu pandangan sesaat, menyadari jika iklim di tempat ini benar-benar ektrim.Tanpa banyak pikir Lanting Beruga naik ke atas menara."Badai petir akan datang sesaat lagi, pendekar level tinggipun tidak mungkin dapat bertahan ..." ucap orang itu.Dia mengajak Lanting Beruga memasuki pintu menara, sebuah pintu yang dibuat oleh batu hitam yang sama dengan bahan pembuatan penjara ini.Menuruni tangga cukup banyak, akhirnya Lanting Beruga tiba pula di sisi dalam Istana. Sebuah tempat dimana semua orang sudah berusia begitu tua."Tunggu apa yang terjadi?" gumam Lanting Beruga. "Tidak adakah manusia muda di tempat ini?"Pria bermata tajam tadi menghela nafas panjang, "kau akan tahu apa yang terjadi setelah tinggal di sini selama 30 tahun l
Di luar Istana ini, badai petir mulai menyambar setiap sisi penjara kematian. Sesekali percikan api yang muncul membuat beberapa batu rapuh hancur berkeping-keping.Tidak ada sisi istana ini yang luput dari badai petir, jika sekarang ada sisi bangunan yang tidak terkena sambarannya, maka besok pagi sisi itu akan terkena sambaran petir.Lautan yang masuk ke dalam jurang dalam, jurang yang mengelilingi istana ini mulai menunjukan ombaknya yang begitu dahsyat.Tidak ada yanga tahu bagaimana fenomena di tempat ini bis terjadi begitu mengerikan, sebab tidak ada satu orangpun yang berhasil mempelajarinya.Sesekali pria bermata tajam akan keluar ke atas menara, mencoba melihat kemungkinan terjadinya hal baik, tapi selama belasan tahun lamanya dia telah berada di sini, dia menyimpulkan hanya ada kematian di luar penjara ini."Aku yakin ada pintu keluar ..." ucap Lanting Beruga. "Tapi mungkin berada di sisi terjauh lautan ini ...""Meskipun mungkin m
Setelah mengetahui semuanya dari mulut Gurunya sendiri, Lanting Beruga akhirnya memutuskan untuk bertekad keluar dari tempat ini.Dia sudah tahu siapa musuhnya di dalam Serikat Satria, yaitu Ketua Devisi Informasi yang terkenal sangat lembut dan santun.Sial, rupanya sifat itu hanya untuk menutupi kelicikannya saja. Lanting Beruga benar-benar membenci orang seperti itu."Aku akan memeriksa semua tempat di penjara ini, Guru!"Guru Kilat Putih awalnya ragu, tapi dia tidak bisa mencegah keinginan Lanting Beruga. Lagipula saat ini hanya dirinya satu-satunya harapan Guru Kilat Putih."Mata yang kau miliki milik Sekar Ayu?" ucap Guru Kilat Putih. "Apa yang terjadi dengan dirinya?"Dengan wajah lesu, Lanting Beruga menceritakan kejadian yang telah menimpa Sekar Ayu, dan bagaimana dirinya bisa mendapatkan mata kirinya."Mata Asura ..." ucap Guru Kilat Putih. "Jika Sekar Ayu masih hidup, dia akan diincar oleh semua pendekar karena memili
Sekumpulan siluman datang menyerang, bergerak liar di sekitar Lanting Beruga. Melihat manusia adalah hal yang langka, membuat perut mereka menjadi lapar.Pria di sebelah Lanting Beruga mengeraskan rahang, mengepalkan tinju, bersiap menghadang lawan yang sesaat lagi akan datang.Meliuk ular besar berniat menerkam Lanting Beruga, tapi siluman lain melakukan hal yang sama, jadi mereka saling sikut kiri kanan untuk mendapatkan makanan.Tapi mereka tidak tahu, ada benang begitu tipis telah mengelilingi tempat ini."AHKKK!" ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, tapi berhenti tepat di hadapan Lanting Beruga ketika dia menyadari telah terjadi sesuatu dengan tubuhnya.Tak sengaja ular itu terkena benang emas milik Lanting Beruga. Membuat tubuhnya terhenti dan sisik di tubuhnya mulai terkelupas.Krek krek. Suara benang emas berderik, tapi tidak putus.Lanting Beruga tersenyum tipis, mata kirinya berdenyut kuat saat energi batin menyerang energ
"Apa yang akan kau lakukan jika keluar dari tempat ini, Paman?" tanya Lanting Beruga."Kembali ke kampung halaman, di Negara Swarnadwipa ..." ucap Rambai Kaca.Swarnadwipa, Lanting Beruga terdiam cukup lama."Apa kau tahu negara itu?" tanya Rambai Kaca."Ya, hanya sedikit dari cerita kakekku ..." ucap Lanting Beruga. "Dia berasal dari sana ...Kakek tidak memberi tahuku informasi yang banyak, aku juga tidak tahu apa alasannya?"Rambai Kaca bercerita sedikit mengenai kampung halamannya, dan ini membuat Lanting Beruga berniat pergi ke tempat itu suatu saat nanti.Setelah menyantap banyak daging siluman, Rambai Kaca duduk bersila tidak jauh dari api unggun ini. Dia meletakan tangannya ke dasar penjara, lalu energi kecoklatan mulai masuk ke dalam tubuhnya.Menurut pria itu, dalam ke adaan seperti ini, dia tidak boleh lengah, harus tetap waspada karena kemungkinan besar masih banyak siluman yang akan menyerang mereka di tempat ini.
Lanting Beruga harus menggunakan kekuatan roh api dan mata asura untuk menghadapi ratusan siluman buas yang mengincar mereka.Meski menebas kepala siluman itu cukup mudah dilakukan, tapi lama-kelamaan sedikit lebih sulit. Hal ini mungkin karena stamina dua orang itu semakin terkuras habis, atau mungkin pula level siluman yang mereka lawan saat lebih tinggi dari sebelumnya.Gemerincing suara tebasan pedang Lanting Beruga terdengar nyaring manakala berbenturan dengan kulit keras siluman tersebut.Di sisi lain, kepalan tinju Rambai Kaca telah mengirim beberapa belas siluman ke alam baka, tapi jumlah seperti itu masih sangat kecil dibanding jumlah keseluruhan siluman ini.Lanting Beruga bergerak ke belakang, ketika dua ekor siluman secepat kilat menusukan duri dari tangan mereka. Pada saat yang sama, pemuda itu meninggalkan benang emas di sepanjang jalur lintasannya.Rambai Kaca melihat hal itu tidak berniat mendekati pemuda itu lagi, dia tidak memilik
Wajah Lanting Beruga mulai terlihat begitu serius, tidak ada senyum di bibirnya saat ini.Dengan penuh kesadaran, Lanting Beruga mengetahui lawannya begitu tangguh.Siluman laba-laba itu lebih kuat daripada ular yang ada di gerbang pusaran energi Devisi Penerimaan.Mahluk itu berdecis sekali, menunjukan gigi besar di monyong mulutnya.Push.Tembakan jaring laba-laba bergerak begitu cepat ke arah Lanting Beruga, hampir saja berhasil menangkap tubuh pemuda tersebut.Pow Pow PowMata kiri Lanting Beruga mengirim energi batin dalam jumlah yang sangat banyak, membuat kepala Lanting Beruga sedikit sakit.Serangan energi batin itu berhasil melemahkan energi siluman raja laba-laba, tapi biasanya serangan energi batin bisa langsung membunuh para siluman.Lanting Beruga melihat sebuah kesempatan untuk menyerang, langsung memanfaatkan kesempatan itu dengan sangat baik."Tarian Dewa Angin ..." Lanting Beruga bergerak ke depan